Chap 2

3.1K 412 61
                                    

Sinar matahari mulai masuk ke dalam celah-celah tirai kamarnya. Senandung burung camar yang seharusnya terdengar lembut dan menenangakan malah membuat telinga Draco mengeluarkan asap secara metafora. Draco menyibakkan selimutnya, dan mulai meratapi wajah kusutnya yang terpantul di depan cermin.

"Kau ingin makan?" Tom bertanya saat Draco memasuki ruang dapur. Pemuda raven itu meletakkan piring ke atas meja, dan mulai memakan makanannya dengan lahap.

Draco mendengus, kemudian duduk di depan Tom dan mulai meletakkan telur dadar di atas piringnya. Saat suapan pertama menyentuh bibirnya, Draco segera berlari menuju wastafel dan memuntahkan air liurnya. Makanan itu bahkan belum masuk ke dalam mulutnya, dan Draco sudah mual dan mulai kehilangan akal sehatnya. Rasanya menjijikan, bahkan lebih parah dari makanan anjing.

"Kau memasak telur dadar, atau telur busuk?" Draco tidak bisa menahan cibirannya ketika melihat Tom hanya menggeleng geli ke arahnya.

Draco sekarang mengerti. Tom sepertinya mencoba membunuhnya.

"Dengar Draco, tidak ada yang namanya hidup tanpa kepahitan."

"Dan aku akan mati secara bertahap karena kepahitan yang kau buat dalam bentuk makanan." Nafas Draco memburu, ia masih tidak kuasa menahan mual saat mengingat rasa masakan yang dibuat oleh Pamannya. Draco akan mati di tempat ini. Dimana Ibunya menangis, dan dokter akan mendiagnosa jika ia meninggal karena keracunan makanan.

Tom makan acuh tak acuh, orang itu bahkan mengambil bekas makanannya. Saat Draco meliriknya, Tom balas menatapnya dengan tajam. "Apa? Apa Sekarang kau berubah pikiran?"

"Oh, tidak. Makan saja." Draco tersenyum sumringah, kemudian duduk kembali di hadapan Tom.

Mereka duduk dalam keheningan yang panjang. Bukannya Draco tidak punya sesuatu untuk dibahas, ia bahkan ingin bertanya mengapa Tom hanya memakai sempak di dalam rumah. Hanya saja Tom mengacuhkannya dan lebih memilih untuk melahap makanannya seperti binatang yang kelaparan. Draco meringis dalam diam, merutuki sikap Pamannya yang tidak estetik sama sekali.

---

"Dengar Draco, bersikaplah ramah pada semua orang." Itulah yang Tom ucapkan pertama kali saat mereka memasuki ruang kepala sekolah. Sebelumnya, saat mereka masuk melewati pintu gerbang, anak-anak lainnya sudah menunggu sambil menatap tertarik ke arah mereka berdua. Draco tidak bodoh, ia tahu jikalau dirinya sangat menarik. Rambut yang selalu tersusun rapi, wajah aristokrat khas anak bangsawan, serta sikap anggun hasil didikan orang tuanya. Sangat cocok untuk dijadikan pertunjukan manusia sempurna yang berjalan di atas planet bumi. Di tambah, sekolah ini terlihat monoton. Para siswanya mungkin tidak pernah melihat objek yang enak di pandang seperti Draco.

Sekarang, saat mereka berada di ruangan kepala sekolah, Tom segera membungkuk hormat pada seorang lelaki tua yang ada dihadapan mereka. Pria dengan tag nama Albus Dumbledore itu mengangguk, menyilahkan Tom untuk pamit undur diri. Draco melirik sebentar ke arah Tom, melihat bagaimana lelaki itu menggunakan bahasa isyarat agar ia duduk dengan tenang dan tidak melakukan aksi brutal yang berakhir dengan dirinya yang mencekik seorang kepala sekolah.

Draco ingin tertawa. Jika ada orang yang ingin ia cekik, itu adalah Tom.

"Agak aneh melihat siswa sepertimu disini." Albus bergumam sambil memeras buah lemon ke dalam cangkir tehnya.

Draco berpikir sejenak. Apakah terlalu aneh bagi dirinya untuk pindah ke sekolah ini? Ia tahu jika dirinya lebih istimewa dari siswa lainnya, tapi ia tidak pernah berharap jika penampilannya akan semencolok itu. Draco Malfoy, anak kesayangan dari Lucius Malfoy, adalah berlian di antara sampah masyarakat.

"Ngomong-ngomong, apa yang menyebabkanmu pindah ke sini?" Lanjut Albus yang masih sibuk memeras lemon kelimanya.

Draco merenung sambil menatap cangkir teh kepala sekolah dengan jijik. Ia sebenarnya ingin mengatakan jika ia telah menghajar dua orang remaja hingga mereka harus tinggal di rumah sakit selama lima belas hari dengan iming-iming akan diamputasi jika operasi cangkok tidak berhasil. Tapi tidak, Draco hanya mengatakan jika Tom perlu seorang teman untuk menghuni rumahnya yang besar.

In His Mind || Drarry || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang