Banyak pasang kaki melangkah di jalan itu. Menunggu di pembatas penungguan di bandara. Menunggu rekan datang dan menemui mereka. Hal itu yang juga aku lakukan. Menunggu Arka datang membawa senyuman.
"Kenapa lama banget, sih?" tanyaku bermonolog. Bibirku menekuk, sedikit ada rasa keresahan.
Dan banyak pertanyaan melintas di kepalaku. Apa dia sampai dengan selamat? Tidak terjadi apa-apa, kan? Dia baik-baik aja, kan? Apa jam berangkatnya diundur? Atau ... Arka lupa di mana letak rumahnya? Atau bahkan parahnya, Arka lupa gimana muka gue? Makanya gak ngenalin gue!
Sudah hampir 30 menit aku menunggu, tapi belum juga melihat ada tanda-tanda Arka muncul. Bahkan, orang di sampingku inj yang baru beberapa menit datang, justru sudah lebih dulu dari berjumpa keluarganya.
Aku menghela napas. Menunduk dan sesekali aku merapikan poni yang bertengger di kening.
Drrt! Drrt!
Ponselku tiba-tiba bergetar. Aku merogoh jeans yang aku kenakan untuk mengambil benda pipih itu.
Arka is calling....
Mataku hampir ke luar. Anehnya, tanganku gemetar, tapi tak urung sedetik kemudian menggeser dial hijau.
Aku tidak bersuara. Napasku tercekat. Padahal, aku ingin sekali mengomeli Arka karena membuatku menunggu lama.
"Haha, udah nunggu lama ya?"
Aku tidak menjawab. Justru aku mematung, tak berkutik sedikit pun.
"Di belakang," ucap Arka dengan suara rendah. Dan tanpa sadar, aku menoleh ke belakang, mengikuti apa kata Arka.
Dan....
Seketika air mataku lolos begitu saja ketika melihat wajahnya. Senyum yang ia tunjukkan, adalah senyuman yang sudah kurindukan sejak tiga tahun lamanya. Detik itu, aku menyadari bahwa Arka semakin tampan.
Arka berjalan menghampiriku, lalu tangannya terjulur menyentuh pipiku, menyeka air mataku.
"Kangen banget ya sama gue?" tanyanya diikuti kekehan pelan.
"Jangan ditanya."
"Lebay banget sampe nangis segala."
"Kayaknya cuman gue yang ngerasa kanget berat ya?"
Arka tersenyum hangat. Jarak kami yang hanya satu meter, dikikisnya. Ia melangkah, membuatnya kini menjadi satu jengkal saja. Lalu Arka membawaku ke pelukannya.
"Haha, gue juga kangen sama lo, Bii. Sangat," ucapnya.
"Kedengarannya biasa aja. Gak sungguhan ya?"
"Gue mau tanya satu hal." Alih-alih menjawabku, Arka malah menghiraukanku dan mengajukan pertanyaan lain dengan nada serius, tiba-tiba.
"Apa?" tanyaku yang masih berada di pelukannya.
"Lo udah mandi belom?"
Bagaikan suara kaset rusak, aku segera menjauhkan diri dari Arka. Menatapnya dengan tajam kemudian. Meski pun yang Arka tanyakan sekaligus nyatakan itu adalah fakta, tapi aku tetap tidak terima. Seolah-olah harga diriku jatuh. Padahal kan, aku tidak mandi karena buru-buru mau bertemu dengannya.
"Ya itu karena lo, tau!"
"Lah? Kenapa jadi salah gue?" Wajah Arka kebingungan, ya iyalah, aku kan main salahin dia.
"Iya! Lo bangunin gue jam tiga, terus bilangnya mau dateng pagi-pagi, gue telat bangun, bego! Lihat aja gue pake baju apa?!" Aku ngegas, gak bisa direm.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)
Teen Fiction[𝙵𝙰𝚂𝚃 𝚄𝙿𝙳𝙰𝚃𝙴] 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚑𝚒𝚊𝚝𝚞𝚜 𝚍𝚞𝚕𝚞, 𝚐𝚞𝚢𝚜. 𝚂𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒𝚒𝚗 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚊𝚑. 𝚈𝚞𝚔, 𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊!^^ *** 𝓑𝔂 𝓼𝓹𝓵𝓮𝓷𝓼𝔂𝔂𝔂_ 𝐀𝐫𝐤𝐚 𝐆𝐚𝐦𝐦𝐚 𝐄𝐫𝐝𝐢𝐜 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚. 𝐓𝐞𝐭𝐚�...