Episode 4

583 275 231
                                    

Gerimis turun sepanjang perjalanan menuju rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerimis turun sepanjang perjalanan menuju rumah. Senja mengayuh sepeda dengan tenang, tidak ke buru-buru. Senja sempat mampir ke swalayan hanya untuk membeli es krim matcha. Senja menatap jalanan basah, luberan genangan air di sana. Dia pikir saat Senja sedang memainkan piano tidak hujan deras─di luar. Kemajuannya dalam bermain piano berkembang pesat, tiga lagu yang sudah Senja mahir.

"Lumpuh lo, ya." Hinaan yang Senja dengar dari jarak jauh.

"Gak bisa jalan, ya? Kasihan deh lo."

Temannya ikut meneriaki. Anak sebaya Senja berteriak di tengah jalan. Mereka berpasangan, cewek dan cowok.

Senja mengerem mendadak.

"Tapi lo punya kaki tuh, nggak berfungsi, ya?" Cewek nakal itu menjegal kaki anak yang mau berjuang berdiri.

Satu temannya yang lain melempar muka anak itu dengan bola basket. "Makanya jangan mau jadi orang cacat."

"Minta uang lo, cepat."

Senja masih memantau mereka. Dia mendesah pasti mereka sedang memalak dan melakukan buli.

Senja menyeka wajah yang basah oleh gerimis. Dia meloncat turun dari sepeda. Sosok anak yang di buli itu juga belum kelihatan. Di dalam benaknya bertanya mengapa dia tidak melawan sama sekali. Suaranya saja tidak Senja dengar.

"Woi!" Senja menegur mereka.

"Minggir anak-anak nakal." Senja berkomentar.

Mereka akan mengganggu pejalan dan pengendara yang lain walaupun blok kompleks dalam keadaan sepi.

Mereka berbalik badan. Mata Senja membola saat tahu anak yang kena buli itu. "Mau apa lo?"

Senja menjawab. "Kalian yang mau apa?"

"Ini bukan jalan nenek moyang kalian."

"Pergi dari sini." Senja berbicara lantang.

"Bukan urusan lo, bocah." Cowok dengan rambut acak-acak menyahut.

"Kalian yang bocah ingusan! Jelas lah urusan aku, kalian menghambat aktivitas jalan." Senja berseru ketus. "Udah salah, tapi gak merasa bersalah."

"Malah ganggu anak lain lagi." Senja berbicara dengan nada menyindir.

"Gak pernah belajar sopan santun kalian, ya?" Tangan Senja dengan berani terangkat menunjuk mereka.

"Berani lo sama kami?" Temannya maju mendekat.

Senja melawan dengan wajah galaknya. "Apa? HAH?"

"Mau aku tabok satu-satu kalian." Senja mengarahkan jarinya ke mereka. "Sini," ucapnya tenang.

"Sok berani lo." Yang salah malah balas berseru ketus.

Senja melotot. Air comberan dan telur di kedua tangannya. Jorok sekali anak-anak nakal itu.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang