CHAPTER 30

269 45 77
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiya sumarah pada predestinasi lampau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiya sumarah pada predestinasi lampau. Tidak akan lagi meranyun perkara hal melankolis yang redum. Sekala memang ia akan kembali pada visi awal. Namun, ia sudah punya persistensi. Menganggap bahwa kelemahan itu sangkil membuatnya mala malah membuatnya tidak memiliki futur. Predestinasinya akan makin sporadis. Jadi, repui ia lenyapkan. Dilenyapkan dengan cara berpikir elok dan normal.

Beberapa sekon yang kompatibel bagi Jiya mengevaluasi struktur fragmen yang ia buat dari saban hari. Beberapa jadi representasi nirwana yang janardana, beberapa penuh kenestapaan, bahkan poin kedua lebih mendominasi catatan. Jiya terlalu sering berpikir mundur. Termaktub dari bagaimana ia membiarkan nestapa menggerorogoti pikiran dan sanubari. Padahal ia masih memiliki banyak pilihan.

Dengan lemas, ia menarik selimut, dibantu oleh Taehyung. Ia memikirkan perkara futur, tetapi ia ingin menikmati momen redum untuk sementara waktu. Semerta-merta demi menaikan konsentrasi spirit sebelum akhirnya kembali memenuhi serebrum dengan eunoia dan buntara. Ia sesekali menggeram subtil untuk merealisasikan banyak perasaan di penampungan batin.

Langit-langit kamar nampak putih. Selimut candramawa ini sedetik menutupi visus akan imej itu. Jiya melupakan kerongkongan yang kering kerontang. Secara subtil ia melirik Taehyung yang eksis di samping kanan daksa. Mengunci pergerakan pria tersebut lantaran ia lenggana kalau pria ini pergi. Meski sempat memberi netra setajam sembilu pada Taehyung sebagai reaksi kehadiran Jihwa tadi, Jiya tetap tidak ingin kalau Taehyung pergi. Satu urgensi yang jadi akara, Taehyung tidak mutlak salah. Jiya hanya eksesif akan situasi fragmen lampau tanpa melihat futur.

Sebelum Taehyung masuk kamar, atau lebih tepatnya sebab dipanggil barbarik oleh Jiya, Jiya menyempatkan diri untuk melakukan panggilan dengan Seokjin sekaligus melihat validasi kepergian Taehyung yang misterius itu. Mendadak ingin tahu. Sekaligus sebab mendadak kepikiran untuk mutlak memilih Taehyung dibandingkan JiminㅡJiya hanya terlalu muak dengan Jihwa.

Di sana, Seokjin memberi gambaran jelas yang sama sekali tidak menyudutkan posisi Taehyung, malah menyudutkan Jiya yang kelewatan. Seokjin bilang dengan bahana afirmatif yang sangkil membuat Jiya bertafakur: "Bukan salah Taehyung. Dia pergi sebab dipaksa pergi. Tempting Paradise jadi awal segala problematikanya. Lalu kontinyu menuju masalah peledakan mobil dengan titel Man In Burnt Car. Dan finis dengan Taehyung yang sekarat di rumah sakit. Taehyung tidak pergi meninggalkanmu. Kamu yang pergi meninggalkannya."

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang