Seluruh pasang mata menatap ke arah perempuan berambut hitam. Tatapan intens bak hewan liar yang bertemu makanannya. Jeaveline memasang raut kaku dengan netra yang masih membelalak heran. Dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa kakak kelas yang merupakan guru les fisikanya itu akan membantunya di saat seperti ini.
Netra yang menatap bingung, tidak suka, dan penasaran itu masih membanjirinya. Jeav hanya berdehem canggung seraya tersenyum setengah hati.
"Nama kamu siapa ya? Aduh maaf lupa aku." Ujar Ryan terhadap Jeav yang menatapnya tidak percaya. Namun gadis tu masih memaksakan sebuah senyuman yang terpaku pada wajahnya.
"Jeaveline, Kak."
Jawaban sewot dari Jeaveline itu membuat pria berkemeja putih bungkam. Ia mengangguk mengerti lalu bertanya, "apa idemu?"
"Masa aku same ditegur anak basket, padahal kamu yang pasif." Lanjut Ryan dengan lagi-lagi tawaan yang meremehkan lawan bicaranya. Jeav mendengus sebal dengan raut datar.
"Vampire, kak. Kayaknya bakal seru. Propertinya nanti kayak pada coffin nya gitu." Usul Jeav dengan segala keberanian yang ia miliki sekarang.
Ryan mengangguk-angguk pelan seraya memasang wajah pura-pura berpikir. "Kalo vampir tuh gimana ya...? Hm, kalo dari pengalamanku sih kayaknya bakal repot propertinya. Terus kostumnya juga ga gampang nyarinya."
Jeaveline tersenyum kikuk. Ia mengetahui bahwa pendapatnya tidak akan dihargai oleh para manusia di sini. Namun kecanggungan yang masih berlangsung semenjak kehadiran Joshua itu dihentikan oleh Janice.
Perempuan itu tersenyum lebar. "Tapi kalo menurut aku, vampire bagus ga sih?" Tanyanya berusaha membujuk yang lain.
"Menurutmu gitu ya? Kalo yang lain gimana?" Tanya Ryan balik kepada seluruh oknum yang terdiam. Semuanya saling melihat satu sama lain, berusaha mengumpulkan opini di dalam otak mereka.
Jeaveline terdiam pasrah pasal pendapat darinya yang tadi tidak dihiraukan namun sekarang menjadi topik pembicaraan utama akibat Janice.
Cherie membuka suara, "mau vampire ga, guys?" tanyanya dengan antusiasme tinggi dari nada bicaranya. Setiap anggota menatapnya penuh harapan. Satu per satu perempuan di dalam lingkaran itu mengangguk setuju dengan pertanyaan sang ketua.
"Menurut gue sih bagus!" Seru Gabbie seraya mengangkat tangannya. Chely menghela dan mengangguk. "Gue ngikut aja dah!" Sahut perempuan tinggi itu.
"Gue terserah sih!"
"Gapapa, gue suka."
"Bagus sih. Gue mah setuju aja!"
"Bajunya bisa gue bikinin di kenalan Mami gue sih," Tanggap Caroline.
"Ya udah, kalo gitu vampire aja!!" Pekik Thariell heboh dengan senyuman yang membuat netranya hilang. Cherie pun tertawa. "OKE FIX VAMPIRE YA?!" Teriak perempuan berkacamata itu sekali lagi.
"Oke dah, vampire aja." Sahut Ryan yang sedari tadi terdiam.
"YEAY! Thanks, Jan. Buat bikin kita semua mikir ulang."
"Iyaa!! Makasih Janice udah ngeyakinin kita semua!!"
Suara lantang dari para perempuan itu membuat Jeav melihat sekitar dengan heran. Siapa yang mengusulkan dan siapa yang mendapat pengakuan?
KAMU SEDANG MEMBACA
physics ; jake shim.
Fanfiction"Enggak, gue ga mau jodoh sama orang yang cinta mati sama fisika." "Kalo gue ga cinta fisika, tapi cintanya lo gimana?" written by © verdantulips, 2021.