Keesokan harinya, saat Naruto bersiap-siap untuk pergi ke akademi, dia tiba-tiba mengajak Boruto untuk ikut bersamanya. Naruto ingin Boruto belajar sesuatu disana mengingat dirinya tak bisa menepati janjinya pada Boruto dan sempat membuatnya kecewa karena itu.
"bagaimana Boruto? Mau ikut dengan ayah?" tanya Naruto sekali lagi.
"eumm.." Boruto terlihat berpikir "kalau ayah memaksa, baiklah aku ikut" meski terlihat dia tak begitu antusias namun ada semburat merah dipipinya menandakan bahwa sebenarnya dia sangat senang dan baik Hinata maupun Naruto menyadari itu.
"Himawari tidak mau ikut?" Naruto bertanya pada sang putri.
"tidak, aku mau ikut dengan ibu ke rumah kakek" Himawari menolak.
"ooh.. baiklah"
"Boruto, kalau mau ikut dengan ayah cepat habiskan sarapan mu lalu mandi"
"heeeh... padahal ayah sendiri belum mandi-dattebasa"
"setelah ini ayah juga mandi kok" jawab Naruto.
Setelah sarapan Naruto dan Boruto bersiap-siap untuk berangkat.
"baiklah aku pamit" ucap Naruto pada Hinata.
"Boruto juga pamit-dattebasa"
"iya, hati-hati ya"
"hati-hati ayah, kakak" ucap Hinata dan Himawari.
Setelah berpamitan, Naruto dan Boruto berangkat ke akademi ninja.
"ayah?" panggil Boruto.
"hm?" Naruto menjawab.
"untuk apa sebenarnya ayah ke akademi? Ayah mau jadi guru?" tanya Boruto.
"hahaha.. bukan"
"lalu apa?"
"ayah diminta Iruka sensei untuk memberi motivasi kepada calon-calon siswa"
"mo? Motivasi? Apa itu?" tanya Boruto polos.
"semacam kata-kata semangat dan pantang menyerah-dattebayo"
"kenapa harus ayah? Kenapa bukan yang lain?"
"karena ayah orang hebat" Naruto membanggakan dirinya sendiri di hadapan sang putra.
"aku menyesal bertanya-dattebasa" dengan nada kecil Boruto menimpali sikap terlalu percaya diri Naruto.
"hahaha..." Naruto yang gemas dengan tingkah sang putra mengusap kepalanya.
Naruto P.O.V
"kenapa harus ayah? Kenapa bukan yang lain?" tana Boruto padaku.
"karena ayah orang hebat" aku menggoda Boruto dengan membanggakan diriku sendiri .
"aku menyesal bertanya-dattebasa" wajahnya yang tadi begitu antusias menunggu jawabanku tiba-tiba berubah jadi datar hahaha itu lucu.
"hahaha..." ku usap kepalanya.
"ah ayah.. rambutku jadi berantakan tahu" jawabnya mencoba menggesar tanganku yang berada di kepalanya namun tak ku biarkan, aku tetap menaruh tanganku di kepalanya sambil mengacak-acak rambutnya.
Saat aku mengusap kepalanya aku tersenyum karena tiba-tiba sadar akan satu hal, dia sudah lebih tinggi sekarang. Dia yang dulu bahkan tak mau keluar rumah jika tak digendong kini jangankan untuk digendong memegang tangannya saja dia sudah malu-malu, dia sudah tumbuh besar.
Melihatnya bertingkah seolah dia sudah bukan anak-anak diumurnya yang sekarang membuatku iri pada Hinata karena dia tak pernah melewatkan sedikitpun waktu untuk melihat perkembangannya, dia menghabiskan banyak waktu bersama Boruto dan Himawari dibandingkan dengan aku. Wajar saja jika Hinata sangat mudah berbicara dari hati ke hati kepadanya dibandingkan dengan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT KECIL ✔
FantasiFANFICTION (Uzumaki Naruto & Uzumaki Hinata) Disclamer: Masashi Kishimoto/Mikio Ikemoto Pair: Naruto, Hinata, All character of Boruto: Naruto Next Generation In the village of Konoha . Cerita ini menceritakan tentang kehidupan Naruto dan Hinata set...