Bintang: Gk usah beli donat Lan
Bulan memutar bola matanya saat membaca pesan dari Bintang. Bisa-bisanya cowok itu menyuruhnya agar tidak membeli donat lagi.
Kali ini, Bulan akan mengekang perintah dari Bintang. Ia akan tetap membeli donatnya. Karena jika tidak, Bulan tidak bisa makan donat lagi seperti kemarin.
Tanpa membalas pesan dari Bintang, Bulan memasukan ponselnya ke dalam saku rok, ia berjalan menuju kantin untuk menghabiskan waktu istirahat kali ini.
"Mbak, kayak biasa, ya," ujar Bulan meminta pesanannya kepada Mbak Ika.
Mbak Ika yang sudah sangat hapal dengan pesanan Bulan langsung mengangguk mempersiapkan pesanannya. Tak menunggu waktu lama, wanita single itu memberikan satu kantong plastik yang langsung diterima oleh Bulan, Bulan pun memberikan uangnya.
"Mbak, besok punya gue yang gula banyakin ya, ninggal yang kacang," ucap Bulan meminta pesanannya besok, lalu setelahnya ia menuju stand nasi cepat saji untuk memesan makanan karena ia belum sarapan tadi pagi.
Setelah selesai memesan, Bulan mengambil langkah untuk duduk di salah satu bangku yang terlihat masih kosong. Seperti biasa, ia akan duduk sendirian—jika pengganggunya tak datang.
Pengganggunya yang tak lain dan tak bukan adalah Bintang itu menurutnya sangat random akhir-akhir ini. Kadang baiknya minta ampun, perhatiannya sudah seperti pacar sendiri, tapi tengilnya itu loh yang membuat Bulan mengelus dada.
Sembari menunggu pesanannya datang, Bulan memilih untuk menyamili donatnya. Ia bukan orang yang dilarang nyemil sebelum makan makanan utama karena takut kenyang duluan.
Tak berselang lama, pesanan Bulan datang. Setelah mengucapkan terima kasih, Bulan mulai menyantap makanannya, menikmati kesendiriannya dengan senang hati.
Walaupun lagi, tak berselang lama Juki, Devan, Agas, dan Bintang datang ke mejanya untuk makan bersama karena meja yang lainnya kebetulan sudah penuh.
Melihat meja yang kapasitasnya hanya untuk 4 orang, dengan akalnya Juki mengambil dua kursi plastik dan meletakkannya di sisi lain meja agar orang tetap kebagian tempat.
Duduk dikelilingi 4 cowok tampan seperti sekarang ini bukannya Bulan yang mengalami salah tingkah, melainkan cewek-cewek yang berada di kantin yang melihat interaksi mereka yang menurut mereka menggemaskan.
Devan yang duduk di sebelah Bintang, di depan Bintang ada Bulan yang duduk sendirian, dan disisi lain meja ada Juki dan Agas juga yang berhadapan.
Sedangkan Ana yang melihat arah pandang cewek-cewek di kantin mengarah pada satu arah, membuat Ana yang baru saja akan jadi mengurungkan diri.
Ana tersenyum tipis saat melihat kekasih barunya di sana.
Walaupun tampan, Devan kaku terhadap wanita. Walaupun dianggap menjadi idola, Devan tak pernah mengakui fans-fansnya itu. Bahkan Ana saja bisa membandingkan kehidupannya dengan Devan jika hanya dilihat dari aktivitas saja. Jika banyak orang berkata hidup Ana monoton karena hanya ada buku, buku, buku, dan latihan soal, maka Ana akan bisa membandingkan jika hidup Devan yang isinya hanya mendrible bola dan bermager ria lebih sangat monoton dibanding dirinya.
"H-hai," sapa Ana ke seisi meja dengan canggung saat ia sudah berdiri di samping Devan.
"Hai..." balas Juki dan Agas dengan ramah. Melupakan fakta bahwa Ana adalah kekasih Devan, teman mereka. Jika ada cewek cantik, maka kedua orang itu pasti akan selalu beraksi.
Devan yang tak mau Ana kembali membalas sapaan mereka menarik pelan tangan gadis itu untuk duduk di sebelah Bulan. Sedangkan Ana hanya diam menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patrick and Sabit
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca] "Fiks, no debat. Lo pacar gue, Bulan Anastasia." "Heh, ngaco ya lo!!!" Bulan Anastasia, gadis cantik yang selama 10 tahun terakhir ini menyibukkan diri untuk mencari sahabat kecilnya. Hingga tak sadar jika sifatnya b...