ρяσℓσg

491 243 106
                                    

Minggu, 24 Februari 2019

Dengan lembut dan penuh ketelitian, Mark Lee mulai menuntun gadisnya untuk segera duduk di sofa panjang yang berada tepat di hadapan keduanya. Pemuda itu membantu mendudukkan gadisnya, berusaha menempatkan gadis itu pada posisi yang nyaman dan aman. Setelahnya, ia pun mendudukkan dirinya, tepat di samping gadis itu.

Claudia Alexa-gadisnya yang baru saja pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan mobil yang dialaminya dua minggu yang lalu. Gadis malang itu sempat koma selama satu minggu, namun sepertinya Tuhan masih memberikan Claudia kesempatan, sehingga ia bisa sadar kembali dan dapat kembali pulang.

"Makasih ya, Mark, maaf juga udah bikin kamu repot kayak gini."

Mark tersenyum kecil sembari mengusap lembut punggung tangan gadisnya. "Aku nggak ngerasa repot kok, Clau."

Gadis itu hanya tersenyum lebar, tanpa berniat membalas ucapan laki-laki tersebut.

Tak lama, sepasang suami-istri datang menghampiri keduanya. Mereka adalah kedua orang tua dari Claudia.

"Mark, makasih ya! Makasih udah mau ikut jemput Claudia dari rumah sakit. Padahal kamu nggak perlu repot-repot kayak gitu, soalnya kan masih ada Om sama Tante."

"Gapapa, Om, kayak sama siapa aja," balas pemuda itu seraya terkekeh kecil.

"Oh iya juga, kamu kan satu-satunya calon menantu Om," sahut Dion-laki-laki berumur empat puluh tahun tersebut.

"Papa, ngomong apa sih?!" pekik Claudia malu.

"Apaan sih, Dek? Malu ya? Hahaha!"

Claudia mendesis. Ia menatap papanya dengan tajam. "Mama, ini Papanya iseng, omelin dong!" adu gadis itu kepada mamanya.

Rahel-wanita yang dipanggil dengan sebutan 'mama' itu lantas melirik garang ke arah suaminya. "Ck, kebiasaan banget kamu, Pa! Ini anaknya baru pulang dari rumah sakit loh, masa udah diledekin sih?"

"Ember banget mulutmu, Dek," gerutu Dion sebal.

Melihat raut wajah papanya yang tampak terlihat kesal, gadis itu malah tertawa puas. Ia benar-benar merasa terhibur sekarang.

"Nanti kamu gereja nggak, Mark?" tanya Rahel yang langsung menghentikan tawa anak gadisnya.

Mark mengangguk kecil seraya tersenyum. "Gereja, Tan, tapi nanti aku ambil jam sore aja. Jadi kalo Tante sama Om mau ke gereja sekarang, gapapa kok, biar aku yang temenin Claudia di sini," ucapnya dengan halus. Mark Lee benar-benar tipe pemuda yang sopan.

Rahel mengangguk paham lantas ia menoleh ke arah Dion. "Yuk, Pa, kita siap-siap ke gereja."

"Emang waktunya cukup?" tanya Dion.

"Harusnya sih cukup, kan kita masih punya waktu empat puluh menit."

Dion mengangguk. "Ayo."

Setelahnya, sepasang suami-istri itu lantas berjalan ke arah kamar mereka. Bersiap-siap untuk pergi beribadah.

Kini tinggallah kedua remaja tersebut.
Berpegangan tangan dengan tatapan yang mengunci satu sama lain. Dan untuk beberapa saat, keduanya hanya diam, menikmati waktu kebersamaan mereka.

"Clau," panggil pemuda tampan itu dengan lembut.

"Iya, Mark?"

"Sekarang apa yang kamu rasain?" tanya Mark khawatir.

Claudia menggeleng tipis. Tak lama, senyum mengembang di bibir kecilnya. "Aku udah gapapa kok, cuma masih pusing sedikit aja."

"Yakin?"

"Yakin dong! Hm, kamu nggak percaya ya sama aku?"

Mark tersenyum tipis. "Aku percaya, Sayang. Tapi kalo kamu kenapa-kenapa, bilang ke aku ya, jangan ngerasa nggak enak dan pendem semuanya sendiri."

Maaf, tapi sayangnya, aku udah kenapa-kenapa.

"Iya, kamu tenang aja!" sahut Claudia dengan ceria.

Setelah Claudia mengatakan itu, tak ada lagi suara di antara mereka. Keduanya kembali terdiam-sama seperti sebelumnya.

Tenang saja, karena keheningan itu tidak akan berlangsung lama selama kedua orang tua Claudia masih ada di sini, di antara mereka.

"PA, AYO CEPETAN, KITA BISA TELAT NIH!"

"ASTAGA, MA, SEBENTAR! DARI PADA BERISIK, MENDING KAMU TUNGGU DI MOBIL AJA SANA."

Rahel memutar bola matanya malas, suaminya selalu saja begitu! Karena kesal, tanpa disadari Rahel malah memajukan bibirnya beberapa senti ke depan. Wajah wanita itu tampak begitu kesal, kontras dengan pakaiannya yang rapi dan juga berwarna.

"Clau, Mama berangkat dulu ya," ucap Rahel dengan wajah kesalnya.

Claudia terkekeh kecil kala melihat wajah mamanya. "Iya, Ma. Eh, tapi senyum dulu dong, masa mau ke gereja mukanya kayak gitu sih? Jelek banget!"

Mendengar hal itu, mata Rahel lantas membesar. Ia melotot marah ke arah anak gadisnya itu. "Mama udah pake makeup tau!"

"Aku ngeliat kok, kan makeup Mama tebel! Mark yang matanya rabun aja ngeliat, apalagi aku!" balas Claudia sambil menahan tawanya.

Rahel menoleh ke arah Mark, menatap pemuda itu dengan penuh harap. "Emang makeup Tante ketebelan ya, Mark?" tanya Rahel seraya memegang wajahnya sendiri.

"Nggak kok, Tan, itu udah pas banget."

Rahel tersenyum lebar ke arah Mark. "Tante cantik nggak sih?"

Tanpa ragu, Mark mengangguk. "Cantik, apalagi kalo Tante senyum kayak gini."

Rahel tersenyum malu. Kini ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. "Aduh, Tante jadi malu," gumamnya pelan.

Claudia tertawa lepas begitu melihat tingkah aneh mamanya. Menurutnya ini sangat lucu. Ia tidak boleh melewatkan hal ini, memangnya kapan lagi ia bisa melihat kejadian seperti ini?

"Hahaha lucu banget, masa Mama salting sama pacar aku sih."

Mark hanya tersenyum tipis kala suara tawa Claudia terdengar di telinganya. Suara itu, suara yang begitu merdu dan candu.

"Sayang, ayo berangkat," ucap Dion yang baru saja datang di tengah-tengah mereka.

Mendengar suara suaminya, Rahel segera menurunkan kedua tangannya dari wajahnya. Berbalik menatap suaminya dan tersenyum lembut ke arah pria itu.

"Ayo, Pa."

Dengan sigap, Dion mulai merangkul pundak istrinya. Berjalan sejajar dengan senyum yang mengembang sempurna, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan langsung merasa iri.

"Papa sama Mama berangkat dulu ya, Dek. Kamu di rumah aja sama Mark sambil tunggu Bi Siti datang ke sini."

"Iya, Pa. Hati-hati ya, jagain Mama aku, jangan digodain terus."

"Emang Papa pernah godain Mama ya?" tanya Dion sambil terkekeh pelan.

"Ck! Ayo cepetan, Pa," seru Rahel tak sabar.

"Iya, Sayang," balas Dion sambil menatap Rahel dengan lembut.

"Bye Om, Tante!"

"Tante titip Claudia ya, Mark."

"Siap, Tan, dengan senang hati!"

~♥~

Too Fast ᵐᵃʳᵏˡᵉᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang