• ѕαℓαн נα∂ωαℓ

261 225 43
                                    

Kamis, 8 Maret 2019

Senyum Claudia mengembang kala mendapati kekasihnya sudah berada di depan rumahnya. Dari tempatnya berdiri, Claudia dapat melihat jelas bagaimana senyum terukir di wajah tampan Mark.

Tanpa menunggu lama, Claudia segera melangkahkan kakinya, menghampiri Mark yang tengah duduk di atas motor kesayangannya.

"Ayo," ajak Claudia.

Mark menggeleng kecil seraya melebarkan senyumannya. Pemuda itu menatap Claudia dari atas sampai bawah. "Kamu nggak mau ganti seragamnya dulu?"

"Ganti seragam?" tanya Claudia bingung.

Mark tertawa pelan. Tertawa untuk menutupi rasa sakitnya. Sepertinya, ingatan gadisnya mulai memburuk.

"Iya, Sayang. Seragammu salah. Sana ganti dulu, ganti jadi seragam batik ya."

Gadis itu menundukkan kepalanya, melirik ke arah seragamnya sendiri. Ia menatap lekat seragam olahraga yang kini telah terpasang di badannya.

"Jangan diliatin terus seragamnya, Clau. Sana ganti dulu, aku tunggu di sini," ucap Mark dengan lembut.

Claudia mengangkat kepalanya, menatap Mark dengan tatapan polos. Tak lama, ia terkekeh kecil. "Tungguin ya, aku mau ganti seragamnya dulu."

Mark mengangguk sambil terus menatap gerak-gerik kekasihnya itu. "Sekalian kamu cek mata pelajaran hari ini, jangan sampe salah juga!"

"Siap, Bos!"

Setelah Claudia masuk, Rahel segera keluar dan menghampiri pemuda itu. Ia tersenyum tipis sebagai tanda sambutan hangatnya.

"Pagi, Tante," sapa Mark ramah.

"Pagi, Mark!" sapa Rahel. "Kenapa nggak masuk aja?"

"Gapapa, Tan, aku di sini aja."

"Claudia, salah jadwal ya?" tanya Rahel dengan suara pelan.

Mark tersenyum kecil. Ia tahu ke arah mana pembicaraan ini akan berakhir.

"Iya, Tan," balas Mark singkat.

Rahel menghela nafasnya dengan berat. Kini ia mendongak, menatap langit pagi yang tampak begitu indah. "Tante belum siap, Mark."

Mark menatap wanita di hadapannya dengan tatapan yang kosong, namun senyum di wajahnya tak pernah luntur. "Di sini bukan Tante aja yang ngerasa nggak siap. Om, aku dan semua orang yang sayang sama Claudia pasti nggak akan pernah siap buat ngehadapin hari itu, Tan."

"Tante nggak boleh kayak gini! Tante harus percaya sama skenario Tuhan, Tuhan udah atur semuanya, Tan. Mark yakin, skenario Tuhan itu pasti yang terbaik!"

Rahel mengangguk setuju. Kini tatapan matanya telah tertuju pada remaja tampan yang ada di depannya.

"Gapapa, Tan, kita pasti bisa lewatin ini semua," ucap Mark yang mampu menenangkan hati Rahel.

"Wah, lagi ngomongin apa nih? Kok serius banget sih? Claudia kan mau ikut juga."

Mark dan Rahel kompak menatap Claudia dengan raut wajah yang sangat kentara sekali paniknya. Sejak kapan gadis itu berdiri di sini?

"Kamu udah selesai?" tanya Mark berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

"Udah," jawab Claudia singkat.

"Kalo gitu kita berangkat sekarang ya?"

Claudia menggeleng tegas. "Jawab pertanyaanku dulu dong! Tadi kalian ngobrol apa?"

"Ck, anak kecil nggak usah kepo deh," sahut Rahel dengan cepat.

"Ih, aku bukan anak kecil, Ma!"

"Ayo, Sayang, kita harus berangkat sekarang," ajak Mark dengan lembut.

Claudia menatap Mark dengan tajam. Kenapa kekasihnya tampak menyembunyikan sesuatu?

"Kenapa kamu nggak mau jawab pertanyaan aku? Apa yang kamu omongin sama Mama?" tanya gadis itu dengan rasa penasaran yang luar biasa.

Mark tampak berpikir keras. Ia harus bisa meyakinkan gadis itu dengan alasan yang logis.

"Jawab, Mark!"

Sebelum menjawab, Mark tampak menghela nafasnya. "Tadi aku lagi cerita ke Tante, kalo aku mau lanjut kuliah ke Kanada."

"Terus?"

"Iya, habis itu Mama tanya ke Mark, 'emang kalian sanggup LDR?' gitu," sahut Rahel dengan cepat.

Claudia menganggukkan kepalanya berkali-kali. Kini rasa penasarannya telah hilang. "Terus yang 'gapapa, Tan, kita pasti bisa lewatin ini semua' itu jawabannya Mark?"

"Iya, itu jawabannya Mark."

"Udah nggak penasaran lagi kan, Sayang?" tanya Mark dengan senyum yang mengembang sempurna.

"Nggak kok."

"Berarti bisa berangkat sekarang dong?"

"Hahaha bisa kok. Yuk, Mark!"

"Sana berangkat, nanti kalian telat," ujar Rahel.

Claudia mengangguk patuh sembari menyalami punggung tangan Rahel dengan penuh kasih sayang. "Claudia berangkat ya, Ma."

"Iya, Sayang. Hati-hati di jalan ya," sahut Rahel, lengkap dengan senyum manisnya.

Mark tak tinggal diam, ia juga melakukan hal yang sama seperti Claudia-menyalami Rahel dengan penuh sopan santun. "Mark juga berangkat ya, Tan."

Rahel mengangguk sembari menepuk pelan pundak Mark. "Hati-hati loh bawa motornya. Inget, di belakang kamu itu ada karung beras."

"Hahaha siap, Tan."

"Mama! Kok aku dikatain karung beras sih?" pekik Claudia tak terima.

"Protes terus! Sana berangkat, Mama sibuk tau."

"Iya, ini juga mau berangkat," balas Claudia seraya menaiki motor milik kekasihnya itu.

"Berangkat ya, Tan," pamit Mark untuk terakhir kalinya.

"Iya!" sahut Rahel sambil melambaikan tangannya.

~♥~

Too Fast ᵐᵃʳᵏˡᵉᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang