Bab 6 (Peri Kecil)

19 5 2
                                    

Kota yang sangat dingin, misteri tak terduga telah memangsa mereka berdua. Buku tua yang telah menenggelamkan Professor menutup rapat dengan segel dalam buku dicovernya itu, sementara max masih terbaring rapuh dengan kondisi kritis akibat pendarahan hebat.

Professor yang sudah pergi membuat malam ini semakin sunyi. Dia tenggelam di dalam aksara buku kuno karena tenaganya melemah tak bisa bertahan dari tarikan lengan tadi. Professor nampak begitu lesu dengan kondisi setengah sadar, matanya hanya melihat buram sesosok monster besar membawanya melaju begitu cepat. Ruangan yang dilaluinya begitu aneh, penuh dengan angka dan aksara yang melukiskan dinding dari ruangan itu.

Mungkin ini adalah ruang dimensi dari perputaran bumi, tapi tak begitu jelas pandangan professor karena badan yang terasa remuk perlahan membuat dirinya terlelap dibawah alam sadar.

Kegelapan mata telah jatuh diruangan ini, entah dimana dia sekarang. Ruang yang diselimuti cahaya hologam dengan angka kuno mengartikan bahwa professor mungkin berada di dalam dimensi lain. Dia sudah berada jauh dari bumi, meninggalkan Max yang terluka begitu parah.

Sementara rasa lelah membuat alam mimpi goyah dengan suara seseorang yang memanggilnya didalam gelap.

"Reyther! Reyther!" Suara yang membuat professor tersentak bangun, ternyata dia ada didalam ruangan yang nampak seperti kamar. Pandangannya melihat sekitar tercengang kemegahan ruangan itu, puing-luing yang dihiasi berlian dan lukisan yang diukir dengan emas membuatnya semakin bingung "Apa yang terjadi dengannya ini?" Banyak pertanyaan didalam pikirnya.

Dia masih merasa tidak percaya dengan apa yang dilihat tapi perlahan pandanganya teralihkan saat mendengar bisikan kecil memanggilnya.

"Hei, Reyther!" Bisik seseorang

Dia terlihat terkejut, pandangannya mengalih ke tempat suara itu berasal tapi tidak ada siapapun maupun wujud seseorang.

"Mungkin, rasa lelahku membuat halusinasi setia menemaniku. Sebaiknya aku beristirahat lagi rasanya punggungku serasa remuk." Ucapnya dengan membenahi bantal.

Dia sudah tidak sinkron untuk memikirkan hal-hal yang menimpanya, menghiraukan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi saat Professor berbaring cahaya mengkilat terbang dengan kecepatan satu kali dari kedipan mata manusia dan berhenti tepat dibelakang kepalanya, professor yang sibuk membenahi bantal masih belum sadar dengan cahaya itu.
Bantalnya sudah mulai terasa membaik, professor mulai membaringkan badan tapi saat matanya akan memejam, cahaya itu membuatnya terkejut hingga dia melompat menjauh dari kasur dan berlari dengan panik.

"Arghhhhhhhh." Teriaknya seraya berlari menjauhi cahaya itu. Dia sudah menjauh beberapa meter dengan tatapan histeris, sementara cahaya itu masih berada dititik semula. Pandangannya terus tertuju dengan heran, mengapa banyak sekali tragedi aneh yang terus menimpanya.

Saat Professor menatap dalam diam, cahaya itu bergerak cepat, melesat kearah professor hingga tepat berada di depan hidungnya. Dalam sekali kedipan mata, cahaya itu berpindah tepat dimukanya.

"Hai!" Sapa sesosok cahaya, sontak Professor terkejut cahaya yang membuatnya panik sudah ada didepannya lagi. Dia hanya terdiam kaku, berhenti menatap sosok cahaya dengan jantung yang masih berdebar-debar. Baru saja panggilan itu menyapanya sesosok cahaya ini kembali membuat Professor histeris.

"Hai?!" Sapanya kembali, dia berteriak histeris dengan kondisi yang mematung.

"Argggggggggggggh Aaaaaa!!!" Teriaknya dengan wajah histeris. sosok cahaya itu tertawa melihat expresi Professor yang konyol dengan teriakan histerisnya.

"Ahahah, ahahahahhahahahahhh ahahahahhaahahahahaahahahaah. ... ahahaha." Tawa kecilnya itu membuat professor terhenti dan menatap tajam sosok cahaya itu dengan posisi menertawakan professor. Dia nampak heran mengapa cahaya bisa tertawa? tapi pandangannya mulai pokus menatap cahaya itu, cahaya yang berupa manusia kecil berukuran 1inci. "Mungkinkah itu Peri?." Gumam hatinya, dia sudah mulai merasa berani dan mencoba merespon peri kecil itu yang nampak masih tertawa kecil melihat Professor. Walaupun Professor merespon pertanyaannya dengan terbata-bata.

"Sia..pp.. paaa ... Kamu?." Ucapnya dengan gemetar.

Peri kecil itu berhenti tertawa dan bertindak aneh dengan terbang melesat mengelilingi ruangan sekitar. Jarak beberapa detik Peri Kecil kembali mengejutkan Professor dengan menjawab pertanyaan Prof.

"Hai! Aku Peri Mimpi... Hai Reyther! Namaku Alice." Ucapnya dengan tingkah yang tidak diam.

Professor menghembuskan nafas, ke tiga kalinya peri itu membuat dirinya terkejut dengan kedatangan satu kedipan mata. Dia meyakinkan diri bahwa anggapannya memang benar bahwa cahaya itu adalah sesosok Peri. Fisiknya hanya 1inci disertai mahkota emas yang mengkilau bersamaan dengan serbuk cahaya yg berjatuhan.

Professor masih belum memahami dari rantaian kejadian ini, dia masih terlelap dalam pertanyaan. Mengapa? dimana? Apa yang membawanya pergi ke dimensi ini?.

-Pena Negri-

Reyther AndrushaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang