Neora (Jaewoo) END

𝓝𝓮𝓸𝓻𝓪 : 𝓒𝓲𝓷𝓬𝓲𝓷 𝓖𝓲𝓸𝓴 𝓗𝓲𝓳𝓪𝓾

An : maafkan untuk part ini ya

Mata indah dengan manik berwarna kecoklatan itu mengerjab saat si empunya terbangun dari tidur, ia meringis kesakitan saat mencoba bangkit dari tempat tidur beraroma kayu cendana yang begitu nyaman dihirup.

Jemarinya memijit pangkal hidung bangirn sampai pada pelipisnya yang terasa tidak baik baik saja saat ini "kepalaku pusing sekali"keluhnya pelan.

Matanya menatap sekeliling ruangan, terdapat banyak lukisan yang menggantung disana, ia kenal tempat ini "apakah ini kamar Raja? Mengapa aku bisa disini?"tanyanya pada diri sendiri.

Alih alih memikirkan jawaban mengapa ia bisa berada dikamar raja, pemuda itu lebih memilih merebahkan kembali tubuhnya pada tempat tidur yang diketahuinya adalah tempat tidur sang raja, ia menarik selimut tebal itu hingga menutupi seluruh tubuhnya. Kerena memang saat ini suhu udara sangat dingin menusuk kulit.

"Huh... Dinginnya"gumamnya pelan "emhh! Mengapa napasku bau arak?"tanyanya terkejut, ia segera menyibak selimutnya untuk memastikan apakah aroma arak itu benar benar berasal dari mulutnya.

"Hah.."ia menghembuskan napasnya ketelapak tangan kemudian mengendusnya.

"Hoekk!! Mengapa bisa bau arak?! Sedangkan aku saja sudah sangat lama tak meminumnya"pemuda itu menggerutu, tangannya menarik selimut sang raja lalu mengelapkannya kemulutnya.

Setelah dirasa puas membersihkan mulutnya menggunakan selimut milik raja, pemuda itu mencoba mengingat kembali bagaimana bisa ia terbangun berada dikamar raja dan juga tentang napasnya yang bau arak.

"Menemui Sungchan terus berbincang dengan dayang min terus itu bertanya tentang cinta terus itu kabur dari istana terus itu mencari jodoh dayang min terus....."

Mata pemuda itu terbuka lebar, begitu pula dengan mulutnya ketika ia berhasil mengingat kejadian selanjutnya dimana ia dengan konyolnya minum arak sampai dua kendi yang berujung mabuk dan menari-nari didepan khalayak ramai tanpa rasa malu seperti orang tak waras.

"Tidak-tidak! Aku tidak mau mengingat selanjutnya!"ucapnya sambil menutup kedua telinga, ia berusaha keras menepis ingatan selanjutnya, namun semakin ia berusaha menepisnya semakin jelas ingatan tersebut tergambar.

"Astaga, bagaimana ini?! Bagaimana bisa aku mengancam raja dengan begitu konyolnya!"ucapnya dengan wajah berkerut ingin menangis. "Jungwoo bagaimana bisa kau begitu bodoh?!"ia memaki dirinya sembari mengguling-gulingkan badannya ditempat tidur sampai ke lantai.

Tiba tiba pemuda itu berhenti berguling, ia duduk dengan tegap dengan kuku yang ia gigiti, wajahnya menjadi panik dan bingung saat itu juga, "apakah aku benar benar mengatakan bahwa aku mencintai raja?"gumamnya ragu dengan penuh ketakutan ketika ia mengingat percakapannya dengan sang raja sebelum masuk kedalam Tandu.

Ia menggeleng keras, bahkan saking kerasnya kepalanya hampir terlepas dari pangkal leher jenjang miliknya, "tidak mungkin, aku tidak mungkin mengatakan itu. Sebodoh-bodohnya kim Jungwoo, dia tidak akan mengucapkan kalimat memalukan itu bukan?"monolognya, seketika butiran keringat muncul didahinya membuat kulit kepalanya terasa lembap, rasa gugup seketika datang mendera bahkan ia sampai meremas jemarinya sendiri.

"Tapi.. Bagaimana jika aku benar benar mengatakannya? Apa yang harus kukatakan bila bertemu dengan yang mulia raja?"ujarnya khawatir, ia kembali meremas jemarinya hingga memucat tak teraliri oleh darah.

Dengan segera ia bergegas bangkit dan berlari menuju pintu kamar raja, Jalan terbaik untuknya sekarang adalah keluar dari kamar Raja dan menghindarinya untuk selama lamanya.

Srett...

Baru saja tangannya ingin meraih daun pintu kamar Raja, namun lebih dahulu pintu itu tergeser dan membuka, yang membuat Jungwoo mematung diambang pintu melihat sang Raja yang berdiri tegak dihadapannya dengan sebuah nampan ditangannya.