Jumat, 12 April 2019
Sejak insiden dua hari yang lalu, Mark memang selalu menghabiskan harinya di sini, di rumah sakit. Setiap pulang sekolah, pemuda itu pasti akan langsung mengunjungi gadisnya. Ya, contohnya seperti sekarang ini.
"Clau, ini aku Mark!" sapa pemuda itu dengan wajah yang berseri-seri.
Claudia tersenyum kecil. "Iya, Mark, aku inget kok!"
"Eh, kok bisa?" tanya Mark bingung.
"Aku juga nggak tau."
"Gapapa, intinya kamu inget aku," balas Mark senang.
Gadis itu menatap pemuda di depannya dengan penuh selidik. Apa yang membuat Mark sesenang ini? Kenapa wajah pemuda itu tampak begitu bahagia?
"Mark, kamu lagi seneng ya?" tanya Claudia memastikan.
"Iya!"
"Kasih tau aku dong, kamu seneng karena apa?" tanya Claudia penuh harap.
Mark mengulurkan tangannya ke arah pipi gadis itu. Mencubit pipi bulat itu dengan pelan, membuat gadisnya berdecak kesal. "Anak kecil nggak boleh kepo!"
"Aku bukan anak kecil tau!"
"Loh, masa sih? Tapi badanmu ko-"
"Ih! Jangan bawa-bawa tinggi badan dong," seru gadis itu tak terima.
Mark tertawa puas. Ia senang karena akhirnya ia bisa mendengar omelan gadis itu lagi. Kalau boleh jujur, ia benar-benar merindukan momen-momen seperti ini.
"Aku nyesel karena udah nanya ke kamu," sambung Claudia yang langsung disambut tatapan hangat dari kekasihnya yang menyebalkan itu.
"Masih butuh jawabannya, Tuan Putri?"
"Nggak usah, makasih!" balas Claudia dengan ketus.
"Oke."
"Mark!" pekik gadis itu geram.
"Hahaha jangan marah dong! Lagian kenapa kamu penasaran banget sih?"
"Siapa yang penasaran banget sih? Aku biasa aja loh ini!" elak gadis itu.
"Pembohong."
"Terserah!" balas Claudia dengan cepat.
Senyum Mark mengembang. Tatapannya kini menjadi jauh lebih intens dari yang sebelumnya. Bahkan kini tangannya telah sibuk mengusap lengan gadis itu dengan lembut.
"Mau tau kenapa aku bisa seseneng ini?" tanya Mark, namun ia sama sekali tak mendapatkan jawaban dari gadis itu, tampaknya gadis itu benar-benar kesal padanya.
"Kamu. Kamu adalah alasan utama kenapa aku bisa seseneng ini."
Mark tersenyum lembut, sebelum ia kembali membuka mulutnya. "Kamu itu salah satu sumber kebahagiaan yang aku punya, Clau."
Claudia memutar bola matanya malas, walau kini hatinya terasa menghangat karena ucapan pemuda itu. "Ini rumah sakit loh, Mark, masa kamu gombal kayak gitu sih?"
Mark menatap gadis itu dengan gemas. "Siapa yang gombal sih, Sayang? Aku serius loh!"
"I love you, Mark!"
Sial. Kenapa harus kalimat itu yang keluar dari mulutnya?
Claudia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sekarang ia sangat merasa malu karena telah mengatakan hal itu kepadanya. Oh, astaga, bukan itu yang sebenarnya ingin ia katakan.
"I love you too. Cepet sembuh ya, Sayang," balas Mark dengan lembut. "Aku kangen ke sekolah bareng kamu."
"A-aku juga kangen, rasanya aku pengen cepet-cepet ke sekolah lagi," sahut gadis itu sambil terus menundukkan kepalanya.
Mark mengangkat dagu gadis itu dengan lembut. Saat mata keduanya bertemu, senyum pemuda itu kembali muncul, kali ini jauh lebih lebar dari sebelumnya. "Aku tau. Itulah alasannya kenapa kamu harus cepet-cepet sembuh, Sayang."
"Ka-kalo yang itu, aku nggak bisa janji," ucap Claudia pelan, namun masih terdengar oleh Mark.
Saat mendengarnya, hati Mark terasa begitu sakit. Ia benci situasi seperti ini!
"Sa-sayang, maaf, aku nggak bermaksud bikin kamu sedih," ujar Mark merasa bersalah.
"Siapa yang sedih? Aku gapapa kok," balas Claudia dengan cepat. Ia tidak mau Mark terus-menerus merasa bersalah seperti ini.
"Mark, aku mau semangka! Boleh minta tolong potongin buahnya?" tanya Claudia mengalihkan pembicaraan.
Mark mengangguk seraya tersenyum manis. Ia akan lakukan semua permintaan gadis itu dengan senang hati, karena baginya, menuruti permintaan gadis itu merupakan sebuah kewajiban.
Setelah mencuci buah bulat itu hingga bersih, Mark segera membelahnya. Ia membelah buah semangka tersebut dengan cepat. Tentu saja, ini adalah hal mudah, karena pada dasarnya, ia sering melakukannya.
"Nih," ujar Mark seraya menyodorkan sepiring semangka penuh ke arah gadis itu. "Makan yang banyak, biar cepet gede."
"Makasih," sahut Claudia. "Kalo aku makannya kebanyakan, nanti bisa jadi gendut tau!"
"Gapapa dong, kan jadi lucu."
"Maksud kamu, lucu kayak boneka Ancol?" tanya gadis itu dengan sengit.
"Nggak," jawab Mark seraya menggelengkan kepalanya. "Tapi lucu kayak tahu bulat!"
"Emang tahu bulat lucu?"
"Iya, kayak kamu!"
"Ih, nggak jelas!" tandas gadis itu.
"Hahaha udah ah, kamu lanjutin aja makannya."
Claudia menatap Mark dengan bingung. "Kamu nggak mau ini?"
"Nggak usah. Kamu aja yang makan, biar cepet gede."
"Astaga, Mark!"
"Hahaha."
~♥~
menurut kalian, mark dalam cerita ini gimana sih? kasih tau aku dong!
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Fast ᵐᵃʳᵏˡᵉᵉ
Fanfiction❝ 𝓲𝓷𝓲 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓬𝓮𝓻𝓲𝓽𝓪 𝓪𝓴𝓾 𝓭𝓪𝓷 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓱𝓪𝓻𝓾𝓼 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓼𝓮𝓬𝓮𝓹𝓪𝓽 𝓲𝓷𝓲. ❞ ₛ: ₂/₈/₂₀₂₁ ₑ: ₂/₉/₂₀₂₁