Kamis, 25 April 2019
Mark melangkahkan kakinya dengan sisa tenaga yang ia miliki saat ini. Pemuda itu terus mengarahkan kakinya menuju sekelompok anak sekolah yang sebagian besar dari mereka kompak menggunakan pakaian serba hitam. Dan dari posisinya, Mark dapat dengan mudah menemukan keberadaan Jeno, Lena dan Rini yang kini ketiganya tengah berdiri di dekat kedua orang tua kekasihnya.
Saat Mark sampai di antara mereka, Jeno segera membawa pemuda itu ke dalam pelukannya. Beberapa kali ia juga tampak menepuk pelan pundak sahabatnya yang satu ini-mencoba untuk memberikan kekuatan pada pemuda malang itu. "I know how you feel, Mark!"
Dalam dekapan hangat itu, Mark menangis. Ia menangis cukup lama. Namun setelahnya, Mark segera mengangkat kepalanya. Menatap Jeno dengan kondisi wajah yang basah serta hidung yang memerah. "Thanks."
Mark menarik dirinya dari dekapan pemuda manis itu. Setelahnya, ia segera menghapus jejak air matanya dengan kasar. Bukan karena ia sudah tidak sedih lagi, namun kini dirinya tengah belajar untuk mengikhlaskan kepergian gadisnya.
Kini fokus Mark tertuju pada peti putih besar yang terletak di sebelah liang kubur. Di dalam sana, ada seorang gadis yang sangat ia cintai, bahkan sampai detik ini. Namun sayang, ia harus kehilangan gadisnya dalam waktu yang secepat ini.
Serangkaian acara sudah mereka lewati. Sekarang saatnya bagi mereka untuk mengantarkan gadis manis itu ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dan kala peti putih itu akan terkubur dan menyatu dengan tanah, suara isak tangis mulai terdengar jelas dari orang-orang yang ada di sekitar sana.
Dari banyaknya isak tangis yang ada di sana, suara tangis Rahel yang paling mendominasi-membuat orang-orang yang ada di sekelilingnya menatapnya dengan iba. Semakin lama mereka mendengarnya, suara tangis itu malah semakin terdengar menyakitkan di telinga mereka. Bahkan hanya dengan mendengarnya saja, mereka sudah bisa merasakan bagaimana posisi Rahel saat ini.
Meskipun sebenarnya sejak tadi Rahel sudah berusaha keras untuk menahan tangisnya, namun tetap saja ia tak akan bisa menahan kesedihannya untuk waktu yang lebih lama lagi. Menyadari kelemahannya, wanita itu segera menenggelamkan tubuhnya ke dalam pelukan Dion, suaminya. "Aku nggak kuat, Pa. A-aku bener-bener udah nggak kuat!"
Dion mengangkat wajah Rahel dengan lembut. Pandangan laki-laki berumur itu terlihat sangat dalam-mengisyaratkan kepedihannya yang juga mendalam. "Kamu kuat! Kamu harus kuat, Sayang! Lagian kamu nggak ngelewatin ini sendirian, di sini masih ada aku dan kita akan lewatin semua ini sama-sama."
"Jangan sedih lagi ya, Sayang, kan sekarang anak kita udah tenang di rumah barunya," sambung Dion sambil memaksa senyumnya untuk terbit dengan sempurna.
Di sisi lain, Mark tampak baru saja mengalihkan pandangannya dari gundukan tanah yang ada di bawahnya. Tak lama, mata pemuda itu menangkap sosok Rahel dan Dion yang tengah berpelukan di sebelah sana. Dapat Mark lihat bahwa wajah kedua orang tua itu tampak basah dan sedikit memerah, bahkan kondisi keduanya jauh lebih buruk dari kondisinya saat ini.
Tanpa membuang waktu, Mark segera melangkahkan kakinya menuju keduanya. Ketika pemuda itu telah berada tepat di depan mereka, pemuda itu hanya diam sambil menatap keduanya dengan sendu.
Dan dalam hitungan detik, Dion segera menarik Mark masuk ke dekapannya. Ia memeluk Mark begitu erat, bersamaan dengan lelehan air mata yang terus mengalir dari matanya.
Hari ini, Dion kembali menangis. Laki-laki itu tampak dengan jelas menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya. Menunjukkan bagaimana rapuhnya sosok seorang ayah saat ditinggal pergi oleh anaknya sendiri. Dan lebih parahnya lagi, anak gadisnya telah pergi dan tak akan pernah kembali.
Seakan mengerti, Mark segera membalas pelukan tersebut. "Keluarin semuanya, Om. Keluarin sampe Om ngerasa lega."
"Om boleh pinjem bahu kamu sebentar kan, Mark?" tanya Dion lirih.
Mark mengangguk kecil sambil terus menjaga air matanya agar tidak kembali tumpah. Ia tidak ingin menangis di depan Rahel dan Dion. Ia ingin tetap terlihat tegar, setidaknya di depan keduanya.
"Pasti! Sekarang Om bebas keluarin semuanya di sana."
Dalam dekapannya, Dion mengangguk lemah. "Makasih, Mark!"
Rini dan Lena tak tinggal diam. Mereka melangkah mendekat ke arah Rahel lalu mendekap tubuh wanita itu dengan erat. Dan kini ketiganya kembali menangis. Menangis bersama dalam hangatnya dekapan yang kini tengah mereka rasakan bersama.
"Ki-kita berdua turut berdukacita ya, Tante," ucap Rini sembari mengelus punggung Rahel yang tengah bergetar dengan hebat.
"Tante ja-jangan sedih lagi ya, kan Tante masih pu-punya kami," ujar Lena dengan terbata-bata.
"Walaupun kita nggak bisa gantiin posisi Claudia di hati Tante, tapi setidaknya, dengan kehadiran kita, Tante jadi nggak kesepian lagi," sahut Rini seraya menampilkan senyuman tulusnya.
Lena mengangguk setuju. Ia melepaskan pelukannya lalu segera menampilkan senyumannya yang manis. Setelahnya, ia segera menghapus jejak air mata di pipi Rahel dengan lembut. "Jangan sedih lagi ya, Tan. Kalo Tante sedih, Claudia pasti ikutan sedih juga."
"Makasih ya, makasih karena kalian udah mau menerima Tante dan Claudia dengan apa adanya," ucap Rahel dengan tulus sembari membalas senyum kedua gadis tersebut. Ia benar-benar sangat bersyukur karena bisa dipertemukan oleh orang-orang setulus mereka.
"Sebagai orang tuanya Claudia, Tante juga mau minta maaf ke kalian, maaf ya kalo mungkin selama ini Claudia sering berbuat salah sama kalian."
"Claudia is a good girl, she never hurt anyone," balas Rini seraya menatap sendu ke arah makam gadis itu. "Dan Rini ngerasa beruntung banget karena bisa jadi salah satu sahabatnya Claudia, Tan."
Mulai detik ini, mereka akan belajar untuk menerima dan terbiasa dengan semua kenyataan ini. Kenyataan yang-mungkin saja-begitu menyakitkan dan meninggalkan bekas mendalam di hati mereka masing-masing. Meskipun begitu, mereka akan tetap melangkah maju dan bertekad untuk dapat segera keluar dari keterpurukan ini. Karena bagaimana pun, mereka memang harus secepatnya merelakan kepergian gadis itu dan membiarkan gadis itu tenang di alamnya yang baru.
~♥~
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Fast ᵐᵃʳᵏˡᵉᵉ
Fanfiction❝ 𝓲𝓷𝓲 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓬𝓮𝓻𝓲𝓽𝓪 𝓪𝓴𝓾 𝓭𝓪𝓷 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓱𝓪𝓻𝓾𝓼 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓼𝓮𝓬𝓮𝓹𝓪𝓽 𝓲𝓷𝓲. ❞ ₛ: ₂/₈/₂₀₂₁ ₑ: ₂/₉/₂₀₂₁