DELAPAN

39 12 0
                                    

Bagi yang belum follow, follow dulu yuk!
aniday_  udah? Tengkiu!
Jangan lupa votenya ya! Makasih!






Without reason.

.
.
.

“Hai, Diana! Eh? Eum, sorry,” ucap Shelia ketika menyapa Diana di kantornya sendiri dan mendapat beberapa perhatian dari karyawannya.

Sementara Diana yang sedang berbincang dengan Jeanita ---Idol yang akan debut dengan lagu pertamanya, menatap Shelia yang berpakaian ... Diana tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi itu terlalu mencolok.

“Jeanita, right?” sapa Shelia pada Jean yang masih terlihat kaku. Gadis SMP yang memiliki bakat terpendam untuk menjadi penyanyi serta wajahnya yang cantik adalah salah satu kebanggaan DND yang masih muda. Wajahnya masih lugu dan mudah gugup saat di panggung.

Untuk itulah Diana secara khusus bekerjasama dengan Shelia untuk melatih idolnya yang masih amat pemula ini untuk debutnya nanti.

“Jean, ini Shelia. Shelia, ini Jeanita,” ucap Diana memperkenalkan keduanya. Sebenarnya ini bukan tugasnya. Ini tugas Keyra, tapi asistennya itu terlalu sibuk bahkan lebih sibuk daripada dirinya sendiri karena mempunyai tugas... tambahan.

Nice to meet you, Jean. Aku dengar kamu idol termuda di sini. Kamu absolutely keren banget. Well, waktu aku di umur kamu yang masih muda, mungkin aku masih .... Ups, sorry. Nice to meet you, Jean. I hope we'll be a good parter,” ucap Shelia ketika melihat tatapan Jean yang terlihat semakin gugup.

“Eh, i-iya, Coach.” Shelia bahkan bisa merasakan tangan gadis itu yang bergetar dan amat dingin ketika bersalaman dengannya.

Setelah memperkenalkan keduanya, Keyra akhirnya datang lebih terlambat dari yang ia perkirakan. Wanita yang malang, pikir Diana. Keyra bahkan tidak pernah merasakan pacaran seumur hidupnya hingga usianya yang sudah menginjak pertengahan kepala dua.

Diana berpikir kalau memberikan cuti tambahan untuk Keyra mungkin adalah pilihan yang tepat.

Keyra segera mengambil alih tugasnya dan didampingi oleh Arvee, Idol senior dan yang pertama di agensinya.

Diana meninggalkan mereka dan menuju ke ruangannya untuk membahas tentang keputusannya dengan board member yang cukup berpengaruh di perusahaannya.

Tapi sepertinya hal tersebut harus ditunda karena pria itu sedang berdiri di depannya. Lebih tepatnya, Alvian bersender di pintu ruangannya.

“Kamu nyari Shelia? Dia agak sibuk sekarang. Mungkin sejam lagi---”

WE need to talk,” ucap Alvian dengan penekanan di awal kalimatnya agar wanita itu tidak menangkap maksud lain dari kedatangannya.

“Jadi kamu datang ke sini untuk formalitas supaya kamu bisa ketemu sama Shelia?”

“Aku mencari kamu, Diana. Sejak kapan kamu jadi bodoh?” Setelah mengatakan hal itu, Alvian segera membuka pintu tempat ia bersandar tadi dan membuat Diana panik seketika.

Pria itu tidak boleh melihat foto pernikahan mereka yang masih terpajang di meja kerjanya!

Dengan cepat Diana mengikuti pria itu dan menemukan Alvian yang duduk manis di sofa yang cukup jauh foto meja itu.

“Kamu mau minum?” tanya Diana sebagai formalitas namun diam-diam menutup foto pernikahan mereka yang maih terpajang.

Setelah itu ia duduk di depan Alvian.

“Diana, just don't play pretend,” ucap Alvian yang terdengar lelah. Diana tahu kalau pria ini pasti sangat kelelahan karena reputasi mereka yang kian menurun.

“....”

“Aku gak mau kamu berinvestasi di Allx atas nama perusahaan kamu. Bekerjasama? I think it's not a good idea ketika kamu dan aku udah gak ada hubungan apa-apa lagi.”

“Publik yang sekepo itu, Al. Perusahaan kita yang bekerjasama. Bukan kita. Lagi pula sebentar lagi aku bukan CEO DND lagi, Al. Kamu yang pertama tahu.”

“....”

“Aku benar-benar minta maaf untuk semua kesalahan aku dulu. Dan permintaan maaf karena minta cerai demi karir.”

“....”

“Aku mencintai karirku ---lebih tepatnya aku mencintai DND dan unfortunately aku bahkan gak berhak untuk mencintai apa yang seharusnya gak pernah aku punya.”

Alvian tidak mengerti arah pembicaraan Diana yang menurutnya terlalu sentimental. Ia hanya datang untuk menolak rasa kasihan Diana untuk perusahaannya karena ayahnya akan membantunya kali ini meskipun dengan bujukan yang amat-amat kuat.

“Kalau kamu datang hanya untuk menolak investasi yang aku tawarkan. That's not a bad idea. Kamu berhak menolak apa yang gak kamu suka.”

“....”

So do I.”

“....”

Aku meninggalkan kamu dan DND for no reason. Tapi setiap kali kamu butuh bantuan, I'll do my best.”

Alvian tidak mencerna setiap ucapan Diana. Lebih tepatnya ia tidak mengerti dan berpikir kalau wanita itu salah paham dengan kedatangannya.

“Diana....”

“Untuk yang kemarin .... Di mobil kamu, kamu gak perlu mikir yang aneh-aneh karena itu ... tiba-tiba. Ya, untuk menyenangkan Gisel.”

“....”

“Tentang investasi tadi. Kamu berhak menolak dan aku bukan kasihan kayak yang kamu pikir. It's just for no reason.”

Alvian benar-benar tidak mengerti ucapan wanita ini. Ia tidak mengerti kenapa Diana menceritakan hal itu kepadanya.

“Jadi kamu meninggalkan DND tanpa alasan. Kamu menerima lamaranku tanpa alasan dan menceraikan aku tanpa alasan. Kamu membantu perusahaan aku tanpa alasan. Well, satu pertanyaan untuk kamu dan aku harap kamu gak pura-pura untuk kali ini ....”

Alvian telah memikirkan hal ini beberapa kali di waktu yang berbeda. Diana tidak pernah sekali pun terlihat mencintainya. Sekali pun.

Have you ever loved me for no reason?”

To be continued.

Sepertinya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang