Seharusnya waktu libur seperti sekarang dijadikan sebagai waktu berleha-leha bagi anak sekolahan. Tapi tidak bagi panitia perpisahan, karena pagi-pagi sekali mereka sudah diumumkn agar datang ke sekolah untuk berkumpul karena katanya ada rapat.
Aoi berniat untuk tidak datang karena ia tidak berminat untuk menjadi panitia. Bahkan telfon dari ketua kelasnya sejak tadi tak pernah Aoi terima. Spam chat terus menerus datang menganggu waktu tidur Aoi, saat ia bangun untuk mematikan ponselnya tapi bel rumah keburu berbunyi.
Aoi berdecak, kalau tamunya salah satu dari ketiga sahabatnya sudah pasti Aoi akan langsung mengusirnya sekarang juga. Memangnya siapa yang mau bertamu sepagi ini selain mereka?
Tanpa mencuci muka Aoi segera turun, sebelum itu Aoi sempat melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan. Bel rumah lagi-lagi berbunyi.
"Sebentar!" teriak Aoi dari dalam hingga mempercepat jalannya.
Saat Aoi sudah sampai di depan pintu ia melihat pembantunya juga ke sana hendak membuka pintu.
"Biar aku aja," kata Aoi membuat pembantunya berbalik dan pergi.
Pelan-pelan Aoi membuka pintu hingga ia melihat seorang perempuan dengan membawa kotak di tangannya. Perempuan itu tidak muda sepertinya, kalau ditafsir umurnya bisa jadi sekitar 40 ke atas, terlebih cara pakaiannya yang benar-benar seperti ibu-ibu.
"Iya. Kenapa?" tanya Aoi.
"Selamat pagi, maaf ganggu waktunya. Nama tante Lidya, tetangga baru kamu rumah tante persis di samping sana." ia menunjuk sebuah rumah yang Aoi pernah bilang kalau rumah itu sudah cukup lama tak dihuni.
"Orang tua kamu ada?" tanya Lidya.
Tidak ada yang salah dengan pertanyaan perempuan di depannya ini tapi karena dasarnya Aoi yang sensitive jadi raut muka cewek itu langsung berbubah. Aoi memilih untuk tidak menjawab.
Lidya yang menyadari perubahan raut wajah anak tersebut sedikit merasa menyesal.
"Oh ya tante sampai lupa. Ini tante bawain kue buat kamu." Lidya menyerahkan makanan tersebut dan diterima Aoi.
"Nama kamu siapa?"
"Aoi," jawabnya.
"Salam kenal Aoi, semoga kita bisa jadi tetangga yang rukun ya."
Aoi hanya diam tak membalas. Sampai akhirnya...
"Bun, ini adek nih gangguin aku terus," teriak seseorang.
Aoi menggeser sedikit tubuhnya untuk melihat siapa yang berteriak. Matanya menyipit seperti kenal dengan seseorang yang berjalan menggandeng adiknya ke arah mereka.
Begitu sampai di depan mereka Aoi merasa seperti sudah mengenalnya saja.
"Loh Aoi kan?"
Lidya terkejut anaknya mengenal gadis yang menjadi tetangganya itu.
"Lo tinggal di sini?"
"Kamu kenal, Ken?" tanya Lidya.
"Kenal Bun, aku satu sekolah sama dia dan dia juga adiknya Aldrian."
"Oh ya?" Lidya merasa terkejut mendengarnya.
"Nama lo?" tanya Aoi.
"Kendra, di Batavia angkatan gue sama kayak Athala. Btw kita juga satu seksi dikepanitiaan, lo belum mau berangkat?"
Aoi mengendikkan bahunya, "Gue gak ikut."
Lidya membawa adiknya Kendra menjauh, karena anak itu sedari tadi terus merengek padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
ספרות נוערSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.