Serena menghembuskan nafas, ia menepi diantara banyaknya lautan manusia. Harusnya ia menonton festival musik kampus dengan Kino tapi sekarang hanya ia sendiri karena masih marahan.
Terik matahari sore masih menyengat di tambah alunan musik band yang berdentum-dentum keras melalui sound system membuat Serena sedikit pusing.
Ia baru saja ingin duduk saat botol minuman dingin menempel di pipinya diikuti tawa khas.
"Minum dulu Re,"
"Ayis?"
"Hmm," senyum laki-laki itu.
"Kok bisa disini?"
"Dapet cenayangan kalau lagi ada yang kesepian di festival,"
Serena terkekeh, meminum air aqua yang tutupnya sudah dibukakan oleh Ayis.
"Kayak peramal aja Yis," ungkap Serena mendongak menatap Ayis yang lebih tinggi. Ayis tersenyum tapi yang terlihat hanya matanya yang menyipit karena laki-laki itu memakai masker untuk menutupi identitas.
Bisa heboh kalau ada yang tau seorang Ayis datang ke festival kampus ini. Bahkan ketika tertutup masker pun masih ada beberapa yang curi-curi pandang.
"Makasih ya Yis,"
"My pleasure cantik. Mau ke tengah?"
Serena mengangguk, membiarkan Ayis menarik pergelengan tangannya. Ia menatap Ayis yang tengah bernyanyi sambil loncat-loncat kecil seperti penonton yang lain.
"Ayo Re, seru banget,"
Andai aja yang ada disamping aku kamu Kino.
"Iya Ayis,"
Selepas lelah loncat-loncat dan suara sudah mau habis, keduanya mampir untuk jajan bakso.
"Ayis nggak pesan?"
Ayis menggeleng, "Nggak bisa lepas masker Re,"
"Ohh iya, kalau gitu kita makan di tempat lain aja Yis,"
"Tapi katanya mau makan bakso ini Re?"
"Yaampun, nggak papa Yis. Ayo,"
Keduanya berjalan ke parkiran, Ayis membukakan pintu mobil untuk Serena. Baru saja ingin masuk tangan Serena sudah terlebih dahulu ditarik.
Serena bungkam saat mengetahui Kino yang memegang tangannya, lelaki itu menatap Ayis dengan tak bersahabat padahal mereka sahabatan.
Ayis menatap genggaman tangan Kino pada Serena sebelum ke arah mata Kino.
"Kenapa kak Kino?" Tanya Ayis santai.
Kino berdecih, "Sejak kapan lo suka jalan sama pacar gue Yis?"
"Sejak lo sibuk sama Kinara," balas Ayis memprovokasi.
Serena menggeleng pada Ayis mengkode agar tidak memancing keributan.
"Maksud lo apa Yis?! Lo tahu sendiri kan keadaan Kinara kayak apa,"
Serena menunduk, ia ingin menutup telinganya saat Kino mengeluarkan alasan itu lagi. Serena sudah hampir muak.
"Lo sadar nggak sih lo tuh brengsek No?" Ucap Ayis, ia sungguh ingin mencongkel isi otak Kino.
"Oh ya? Brengsekkan mana sama orang yang mau nikung sahabatnya sendiri?" Kino menaikkan alisnya. Jangan dipikir Kino tidak tahu kalau Ayis tertarik dengan Serena, ia tahu.
"Lo tau gue nggak akan niat buat nikung kalau lo memperlakukan Serena dengan baik. Lo cuma nyakitin Rere aja No!"
"Nggak usah sok tau Yis!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ONSRA | Lee Know
Fiksi Penggemar[ONSRA] a.n. the bittersweet feeling that love won't last