DUAPULUHDELAPAN

60 24 147
                                    

"Lo yakin gak salah pilih?!"

Gadis itu mengangguk sembari menyeruput jus yang ada di mejanya.

"Itu kalung dia yang kasih?!"

Ara mengangguk.

"Lo juga diajakin ke rooftop hotelnya Aksel?!"

"Orang tuanya."

"Ya itu maksud gue hotel orang tuanya Aksel?!"

Gadis itu kembali mengangguk.

"Lo sadar kan Ra pas bilang suka sama dia?!"

Sudah berapa kali Ara mengangguk rasanya Iva masih tak puas dengan usaha leher gadis itu. Jangan-jangan sampai leher Ara putus pun Iva masih akan memberondongnya dengan pertanyaan yang jawabannya sama.

"Gila! gak nyangka gue Lo bisa jadian sama dia."

"Kan Lo yang suka suruh gue move on dongo!"

"Iya tapi kan tetep excited kalau itu Aksel Ra! penjuru sekolah juga gak bakal nyangka kalian yang musuhan gitu sekarang pacaran."

Benar juga kata Iva, itu hanya akan membuat dirinya jadi pusat perhatian. Mengingat sebelum ini hubungan Ara dan Aksel hanyalah sebatas teman acot, adu cocot.

"Fahri tahu?" suaranya kali ini lebih tenang.

Ara mengangguk lemah. Serasa ingin menceritakan tentang Agam dan Della namun jangan, itu hanya akan memperkeruh suasana. Kasian nanti malah mereka mikir jelek tentang Agam.

Jaga rahasia Ra, si Agam juga lagi dilema dengan cintanya.

"Menurut Lo aneh ya kalau cewek kayak gue pacaran sama Aksel? mereka pasti mikir gue cewek matre."

"Bukan gitu Ra, rumor keluarga Aksel juga masih jadi trending topik disekolah kalau ditambah tentang ini bisa-bisa tambah heboh."

"Tapi gak ada yang salah kok, Aksel baik, almarhum Mamanya juga gak kayak yang mereka gosipin."

"Iya gue tahu tapi apa Lo mau jadi pusat perhatian seluruh ciwi-ciwi SMA Pertiwi? mereka bakal natap Lo dari semenjak Lo masuk gerbang sampai akhirnya keluar gerbang lagi?!"

Nonono!

Ara menggeleng cepat, membayangkannya saja sudah bikin merinding.

H o r o r !!

***

"Tapi kenapa!"
"Aaaa Ara ayolah!"

Tubuhnya berontak memberi isyarat tak setuju, Ara hanya memandang laki-laki didepannya itu--datar walau dalam hati rasa ingin menyubit ginjalnya, habisnya gemoy.

"Gak penting juga bagi mereka kan Sel mau kita pacaran atau enggak."

"Emang Lo gak bangga apa punya cowok kayak gue?"

"Biasa aja," jawab gadis itu enteng.

Lagi-lagi Aksel merengek, "aaaaaaa apa salahnya sih berangkat sekolah bareng? apa salahnya juga gue kenalan sama orang tua Lo? Gak boleh bilang ke anak-anak lain juga kalau kita pacaran? Kenapa gak boleh semua!"

Bayanginnya aja gemoy, apalagi Ara yang ngeliat langsung. Bakalan punya gejala kejang kalau Aksel terus-terusan kayak cacing kepanasan gini.

"Kan udah kenal, gak usah kenalan lagi." Sengaja menggoda Aksel.

"Kan beda! Ini sebagai seorang laki-laki yang menjaga seluruh jiwa dan raga Lo!"

"Lebay!"

"Lo tuh gak ada romantis-romantisnya ya sama pacar sendiri!"

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang