Awal

39 8 0
                                    


Disclaimer:

Min Yoongi and Park Jimin belong to HYBE agency and their respective families. All the familiarity of this story is purely coincidence.Please listen to Tenang by Yura Yunita (Awal)and Chiquititta by ABBA (Akhir) while reading.BxB. Don't like don't read.

---------------------------------------------

Yoongi baru saja menyelesaikan latihannya di ruang piano ketika Ia menangkap sesosok orang yang familiar dengannya. Ia pun bergegas membereskan tasnya dan berlari keluar, mengejar sosok kekasihnya yang terlihat layu tak seperti biasanya.

"Jimin?" pemilik nama mendongak dan tersenyum, seolah Yoongi adalah obat penenang paling ampuh baginya. Tanpa kata, Jimin menggenggam tangan Yoongi dan lanjut berjalan.

"Sudah makan siang?" Jimin menggeleng.

"Belum ingin" jawab Jimin singkat, masih berusaha tersenyum seolah berusaha menyembunyikan gemuruh di dalam benaknya. Kali ini Yoongi yang menarik tangan Jimin dan memimpin jalan. Ketika sampai di parkiran, Yoongi menyodorkan telapak tangannya pada Jimin dan Jimin yang bingung memberikan kunci mobilnya pada Yoongi. Lagi, tanpa kata kata Yoongi pun masuk dan menduduki kursi supir sementara Jimin duduk di sampingnya.

"Lagi ngga mau ngobrol juga ya?" tanya Yoongi hati – hati membuat Jimin terkekeh pelan. Ia pun mendekati kekasihnya yang seperti kucing itu untuk memberikan sebuah kecupan singkat di pipi, yang jelas membuat pemilik pipi bersemu meski sudah pernah dicium berkali kali.

"Maaf ya" Jimin menghela nafas dan membiarkan Yoongi membawa mobilnya Kembali ke unit apartemen mereka. Sepanjang perjalanan tidak ada kata yang terucap diantara keduanya, namun baik Jimin dan Yoongi sudah terbiasa dengan sunyi yang nyaman itu. Meski benak Jimin masih diterpa badai dan hati Yoongi masih khawatir.

Setelah memarkirkan mobil, Yoongi pun mengembalikan kuncinya pada pemilik mobil dan berjalan ke unit mereka sembari bergandengan tangan. Takut Jimin melindur entah kemana jika tidak di tuntun, pikir Yoongi.

Ketika sampai, Jimin langsung merebahkan dirinya di kasur, sementara Yoongi mencuci tangan dan langsung mengarah ke dapur mini mereka. Yoongi tahu ada yang mengganggu pikiran kekasihnya, tapi Ia harus bersabar sampai Jimin mau bercerita. Sembari menunggu, Yoongi memutuskan untuk membuat ramyeon dengan berbagai macam topping yang bisa Ia temukan di kulkas. Yoongi tahu bagaimana cara membuat Jimin mau makan, dan itu harus Ia buat dengan kedua tangannya sendiri.

"Babe?" mencium wangi ramyeon yang sudah matang, Jimin pun bangun dari kasur dan melangkah menuju sumber wangi yang sedap itu. Dilihatnya Yoongi yang sedang duduk di meja makan dan menyeruput sesendok ramyeon dengan kuah yang lumayan membuat Jimin lapar.

"Mau ku buatkan?" Jimin menggeleng dan kembali tersenyum.

"Melihatmu makan aku sudah kenyang" Yoongi menaikkan alisnya dan mendengus lalu melanjutkan kegiatannya sementara Jimin masih asyik memperhatikannya. Tidak lama kemudian, belum habis setengahnya Yoongi bersandar ke kursi sembari mendorong mangkuk berisi ramyeon itu ke arah Jimin yang duduk di hadapannya.

"Kenyang. Jimin, habiskan" ramyeon yang tersisa masih cukup banyak, bahkan topping seperti sosis dan telur nya belum tersentuh. Yoongi tahu Jimin tidak suka membuang – buang makanannya, mungkin karena dulu pernah dimarahi oleh kakak sepupunya akibat makan yang jarang habis.

"Kebanyakan ya?" Jimin pun menerima mangkuknya dan mulai menyantap ramyeon sisa Yoongi. Iya, ini cara Yoongi membuat Jimin makan. Cara yang menurut Yoongi paling ampuh dibandingkan berusaha membujuknya dengan kata kata.

"Jiminnie.. Mau cerita?" Jimin yang baru saja menghabiskan ramyeonnya mendongak dan melihat Yoongi. Kekasihnya selama 3 tahun terakhir itu melihatnya dengan raut wajah yang khawatir, Jimin pun akhirnya menyerah dan memutuskan untuk bercerita. Ia tidak mau raut wajah itu berada pada Yoongi lama – lama, lebih cantik jika Yoongi tersenyum, batinnya.

"Jadi.. Ada audisi untuk agensi ternama di fakultas ku tadi.. Salah satu showoff talent nya, bisa dari menyanyi atau menari.." Jimin kembali menunduk dan mengaduk – aduk kuah ramyeon sisa di mangkuknya tak tentu.

"Aku ingin ikut audisi itu, tapi aku merasa suaraku kurang bagus untuk ikut lewat menyanyi.. Akan lebih baik kan kalo aku bisa menyanyi juga menari?" Yoongi mengangguk mengiyakan walau nampaknya Jimin tak melihat anggukan itu. Sebelum melanjutkannya Jimin menghela nafas panjang.

"Aku.. Jika aku beberapa minggu ini sering tidak bisa pulang bersama bukan karena aku tidak mau.. Tapi aku berlatih menari lagi. Walau kaki ku sudah sembuh total, rasanya aku masih merasakan sakitnya.." Jimin menyenderkan tubuhnya ke kursi dan perlahan mengangkat pandangannya untuk melihat Yoongi. Raut khawatir itu masih disana, namun lebih berkurang dibanding sebelumnya.

"Tidak apa apa.. Semuanya butuh proses, aku yakin semua usaha mu untuk kembali menari seperti dulu akan ada hasilnya" Yoongi tersenyum simpul. Senyum yang membuat Jimin dulu pertama kali jatuh hati pada pria manis dan cantik di hadapannya.

"Babe.."

"Lagipula" potong Yoongi, pria bermarga Min itu kemudian menyodorkan segelas air putih pada Jimin sebelum melanjutkan perkataannya.

"Dancing is your life, right? You can always reclaim it" kini Jimin ikut tersenyum. Seharusnya Ia ingat betapa mudahnya Ia merasa tenang ketika Ia berbicara pada Yoongi tentang badai di pikirannya. Perkataan Yoongi seolah seperti mercusuar yang menuntunnya Kembali ke daratan.

"Terima kasih sudah percaya padaku.. Terima kasih sudah percaya pada kemampuanku" Jimin pun bangkit dari duduknya dan memeluk Yoongi yang masih terduduk. Yoongi hanya mengelus lengan kekasihnya lembut, memberikan tambahan efek menenangkan bagi Jimin.

*-*-*

Hello! 
Aku kembali dengan yang manis manis, ku kira bakal selesai sebagai oneshoot tapi ternyata kepanjangan jadi ku bagi dua hehe besok ku post bagian akhirnya. Semoga suka ya! :"D 

A Little HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang