MDB 31| Kasih Sayang

317 31 0
                                    

"Kasih sayang keluarga itu nyata, dan itu valid no debat."

—Sean—

...

Ega datang penonton dari SMA dan SMP Carios yang datang langsung ramai. Tidak dari barisan penonton tim Carios, para pemain pun menyambut kedatangan Ega. Bedanya jika para penonton bersorak karena senang, maka para pemain berdiam diri sambil memasang wajah yang dingin karena sebal dan jengkel.

Pada awalnya Ega kaget ketika mendapatkan seruan yang bergemuruh ini, tetapi tidak lagi pas matanya melihat para pemain yang menampilkan wajah yang sangat sangar. Apalagi Avis. Dia seperti terlihat seperti seorang jendral yang siap menghabisi bawahannya yang sudah membelot.

Bazeng. Sepertinya aku akan terkena semprotan yang banyak.

Dari jarak yang masih jauh Ega sudah memasang senyum, berharap dengan itu akan mengurangi rasa kesal mereka. Namun nyatanya hal itu tak mempan sama sekali. Dia malahan mendapatkan lebih buruk, pengacuhan karena bunyi peluit terdengar begitu keras.

Pertandingan set pertama belum berakhir dan menjadi sebuah penjeda waktu untuk memberikan hukuman kepada Ega. Pun ini menjadi sebuah pembelajaran untuk memperhatikan kehebatan lawan timnya.

Ega mengangguk mengerti. Dia dengan cepat bergabung kepada teman-temannya yang tidak bermain. Di bangku yang sudah disediakan, Ega menghampiri pelatih seseorang yang berpakaian paling beda. Selain itu perawakan dan kharismanya pun beda yang membuat Ega berpikir bahwa dia mungkin adalah seorang pelatih tim SMA Carios.

"Permisi, Pak," ucap Ega, sedikit gugup. "Anu ... saya Ega Asherxen salah satu pemain yang udah diseleksi."

Lelaki dengan tampang gagah itu melirik dan menelisik sebentar. Lalu sedikit merubah posisi duduknya. "Saya Dan. Panggil aja Pak Dan," katanya memperkenalkan diri.

Dia melanjutkan, "Saya udah dengar nama kamu dari Avis. Duduk dulu, kamu main di set kedua. Sekarang perhatikan aja dulu."

Ega menurut. Dia mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum pergi. Saat dirinya ikut duduk bersama yang lainnya, tidak banyak kata yang ia ucapkan. Orang-orang yang ada di bangku pemain ini tidaklah banyak, hanya tiga orang dan itu pun tak dikenalinya sama sekali. Jadi dia merasa canggung ketika bertukar beberapa kata.

Ega duduk dengan keadaan hati yang berdebar. Matanya fokus ke area lapang lawan sambil mencari Sean, tetapi tidak ditemukan. Rasa lega langsung menyergapnya, membuat helaan napas tanpa terasa keluar dengan tenang. Ketika itu terjadi matanya tidak sengaja bersinggungan dengan setter Starla yang baru akan mengumpan sebuah bola. Dan yang membuatnya tercengang adalah smirk yang diciptakan sambil meloncat dan mentos bolanya dengan cantik.

Dia ... dia melihat aku sambil ngasih toss?

Priiiit!

"Masuk!"

"Yooosh!"

"Nice kill!"

Ega masih tercengang dengan apa yang baru saja terjadi.

•••

Peluit berbunyi dua kali tanda pertandingan telah usai untuk set pertama. Tak bisa dielak memang di set pertama ini pertandingan dipimpin penuh oleh tim Starla. Tim Carios hanya bisa pasrah untuk kekalahan yang pertama ini da bertekad untuk membalikkan keadaan di set kedua.

Semua pemain berpindah lapangan. Tim Carios yang awalnya berada di sisi kanan kiri ke kiri. Dengan melewati jalan yang terdekat, Ega bergerak bersama Pak Dan dan diikuti oleh yang lainnya.

MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang