Chapter 8 - Kencan

12.7K 893 6
                                    

"Okay! Kalau gitu jalan ke dekat kampusku ya!" sahut gadis itu, terdengar antusias.

Sam mengikuti instruksi Hanah. Tak lama kemudian mereka sampai di depan gedung berisi deretan ruko yang berjualan aneka makanan. "Kamu ada alergi seafood nggak?" tanya Hanah lagi.

Sam menggelengkan kepalanya.

"Aman berarti," ujar Hanah. Gadis itu meraih tangan laki-laki itu sambil melangkah ke arah ruko tujuannya.

Kedua alis tebal Sam terangkat saat gadis itu tiba-tiba saja menggenggam tangannya. Setelah berjalan beberapa langkah, Sam menyamai langkah kakinya dengan Hanah. Mereka berjalan berdampingan, seolah seperti sepasang kekasih sungguhan.

"Bu, pesan mi goreng seafoodnya dua, ya!" Hanah langsung memesan begitu mereka sampai. Seorang ibu yang berdiri di meja kasir tersenyum pada langganan tetapnya. Dia langsung mencatat pesanan Hanah sambil meminta Hanah menunggu sebentar.

Dua orang itu memilih meja untuk duduk. Ketika sudah duduk, Hanah melepaskan gandengan tangan lalu meraih tas selempang di bahunya dan memangkunya. Seperti kebiasaannya, dia membuka tutup kotak sendok dan garpu, mengambil dua pasang peralatan makan itu, lalu mengambil tisu baru untuk mengelapnya. Hanah mengambil tisu baru lagi untuk menaruh sendok dan garpu yang sudah dia lap di atas meja.

Melihat itu Sam berterima kasih. Rupanya Hanah memperhatikan detail-detail seperti ini juga. Namun, ada sesuatu yang sedang mengganjal hatinya saat ini. Ketika Hanah melepaskan tangannya barusan, dia merasa kosong. Walau masih ada kehangatan yang tersisa di sana, tapi rasanya ia ingin menggenggam tangan gadis itu lagi untuk mengisi kekosongan itu. Sam menepis pikirannya itu ketika pesanan mereka datang.

Hanah dan Sam memulai makan malam mereka. Di luar perkiraan, rasa makanan itu cocok di lidah Sam. Gadis itu tersenyum lebar, puas karena pilihannya tidak salah. Setelah itu, Sam mengantar Hanah kembali ke kos-kosannya.

Sam mengantar gadis itu hingga pintu gerbang kosnya. Laki-laki itu mengangkat tangannya lalu menepuk pelan puncak kepala Hanah. "Kamu masih libur, kan?" tanyanya.

Hanah berdiri mematung ketika merasakan telapak tangan hangat itu di puncak kepalanya. Ia hanya bisa menganggukkan kepala sebagai jawaban. Entah mengapa dia merasa gugup untuk menjawab pertanyaan sederhana itu walau pria itu sudah menurunkan tangannya dari sana.

"Kalau begitu, tunggu kabar dariku ya. Agenda berikutnya, kita harus bertemu kedua orang tuamu. Aku harus meminta izin pada mereka." Sam sudah memikirkan skenario dalam benaknya.

Mendengar hal itu, Hanah cepat-cepat menarik ujung lengan baju laki-laki itu. "Soal hal ini, biar aku saja. Beri aku waktu dua hari!" Gadis itu mengerutkan kedua alisnya, terlihat serius.

"Setelah berbicara dengan mereka, barulah kita berdua datang menemui mereka," lanjut Hanah.

"Oke, kuserahkan padamu," ujar Sam kemudian. Dia menunggu hingga gadis itu masuk ke dalam baru ia membalikkan badan dan berjalan ke arah mobilnya terparkir. Saat sudah duduk di dalam mobil, Sam menunduk, melihat ke arah telapak tangannya. Tadi dia bergerak impulsif dengan mengelus puncak kepala gadis itu. Hal yang selalu dia lakukan sepuluh tahun lalu. Setelah beberapa saat duduk diam, barulah pria itu memakai sabuk pengamannya dan menyalakan mesin mobil kemudian pergi dari sana.

***

Tak disangka orang tua Hanah menelepon keesokan harinya. Ada apa ya mereka menelepon? Tanya gadis itu dalam hati. Mereka langsung menelepon seolah tahu apa yang telah direncanakan Hanah.

"Ya, ma?" tanya Hanah.

"Gimana skripsimu, nak?" Suara ibunya bertanya. Nada suaranya terdengar hangat di telinga gadis itu.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang