Tak terasa hari Sabtu telah tiba. Seperti yang sudah didiskusikan sebelumnya, Hanah dan Sam akan berkunjung bersama ke rumah orang tua Hanah. Topik pembicaraan pentingnya adalah untuk melamar Hanah. Tentu, untuk meyakinkan orang tua gadis itu, Sam berpakaian formal pada hari ini. Laki-laki itu memakai kaos putih dengan blazer hitam, celana panjang berwarna hitam dan terakhir, sepasang sepatu sneakers putih yang membuat penampilannya terlihat casual.
Untuk sesaat Hanah terdiam memperhatikan Sam. Dia memuji penampilan laki-laki itu dalam hatinya. Seharusnya ini bakal meyakinkan mama dan papa sih. Kemudian Hanah tersadar akan satu hal. Dengan posisi jabatan Sam di perusahaan, kedua orang tuaku tidak mungkin ragu. Mungkin pilihannya setuju pada pernikahan kontrak ini betul-betul tepat.
"Yuk, masuk," ucap Hanah ketika mobil Sam sudah berhenti di depan sebuah rumah.
"Han, tunggu," seru Sam dari belakang.
Hanah yang tadinya berjalan mendahului, kini berhenti lalu menoleh ke belakang. Tiba-tiba telapak tangan Sam menyelip di antara telapak tangan kanannya. Tanpa ragu, laki-laki itu menggenggam telapak tangan gadis itu. Merasakan kehangatan itu, kedua mata Hanah membulat. Dia menatap ke arah Sam, terlihat terkejut.
"Nah, harusnya memang seperti ini." Sam tersenyum lebar. "Yuk!" Dia menggandeng tangan Hanah sambil berjalan ke arah pintu.
Jika saja Sam menoleh ke arah gadis itu, dia pasti akan melihat semburat merah di kedua pipi Hanah saat ini. Gadis itu terdiam sambil menundukkan kepalanya. Dalam rongga dadanya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Sadarlah, ini semua cuma akting!
Sam menekan bel pintu rumah Hanah. Tak lama menunggu, mama Hanah, Leoni, membukakan pintu. Saat melihat tamu yang datang hari ini, Leoni tak bisa menutupi rasa terkejutnya. "Lho, kalau nggak salah... kamu Sam, kan?" tanyanya.
Laki-laki itu menunjukkan senyum lebarnya. Tidak menyangka bahwa Leoni masih ingat. "Halo, tante. Apa kabar?" tanyanya ramah.
Saat melihat laki-laki itu menggenggam tangan anaknya, senyuman di wajah Leoni semakin melebar. "Masuk dulu," ajaknya.
Hanah melihat ayah tiri dan kakak tirinya duduk di sofa ruang tamu. Ketika mereka melihat Sam, ekspresi di antara keduanya sungguh terlihat kontras. Yohan dengan ekspresinya yang tersenyum gembira, sedangkan Pram dengan wajah datar dan mata memicing tajam. Lucunya, pria itu tidak berusaha menutupi isi hatinya. Semua tercetak jelas di wajahnya. Pram terlihat seolah seperti predator yang sedang mengamati musuhnya.
Gadis itu tidak ingin terlihat terintimidasi sehingga dia mengangkat dagunya. Dia dan Sam duduk di sofa yang berseberangan dengan mereka bertiga. Ayah tirinya mengusap dagunya, dia membuka suara setelah memikirkan kata-katanya. "Namamu siapa nak?" tanya Yohan.
"Saya Sam, om. Senang bertemu dengan om dan tante." Sam menjabat tangan Yohan yang terulur. Laki-laki itu sekilas menoleh ke samping, dia melihat wajah datar Pram. Namun, tak banyak ambil pikiran, dia kembali fokus ke arah Yohan dan Leoni.
Ada apa dengan kakak tiri Hanah? Aneh sekali sikapnya. Sam mengamati Pram dari samping. Dia menangkap gerak-gerik tidak ramah dari laki-laki itu. Apa aku melakukan sesuatu sampai dia bereaksi begitu?
"Benar juga, apakah kalian sudah makan siang? Mama masak banyak buat acara kumpul-kumpul ini," ujar Leoni dengan wajah gembira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...