- 14 : Tuan Hamada

2.2K 319 33
                                    

hari ini penghujung minggu, yang mana seharusnya sepasang pasutri muda ini tengah menikmati waktu bersama malah berakhir di mansion megah keluarga Hamada.

atas dasar perintah dari Tuan Hamada Yuta yang berpesan lewat keponakannya, Haruto.

pesan yang berbunyi, "pulanglah sabtu nanti, papa tunggu di rumah, ini bukan permintaan tapi sebuah perintah."

dan disinilah keduanya, "kita cuma mau ketemu papa dan mama mu, dek kenapa wajah mu kayak orang liat hantu?" tanya Jihoon ketika sampai di halaman luas rumah orang tua Asahi.

Asahi meringis ringan, tapi genggaman tangannya pada milik Jihoon menguat, takutnya setelah dia mendapatkan tekanan di rumah Jihoon sekarang gantian Jihoon yang akan di apa apakan lagi oleh papanya.

"kita pulang aja yuk kak, aku takut papa macem macemin kakak seperti waktu itu lagi." ucap Asahi memohon, agak lirih. serius dia hanya khawatir.

tapi bisa bisanya Jihoon terkekeh seraya mencoba menenangkan istrinya lewat sebuah usapan lembut di rambut, "kamu nggak perlu khawatir nanti kamu stress, aku nggak akan kenapa napa, papa mu cuma minta kita kunjungan bukan memulai pertempuran, ngerti?"

"aku disini, dan semua akan baik baik aja."

dua langkah lebar melenggang ke arah pintu utama, seorang butler datang, "tuan Hamada sudah menunggu kalian berdua di dalam, tuan Asahi, apa tuan sakit?"

Asahi menggeleng, "aku baik baik aja, terima kasih." ucapnya.

kemudian butler tersebut mendahului mereka, bak di sebuah kerajaan mereka masuk setelah di bukakan pintu oleh dua orang butler lainnya.

"selamat siang, Tuan Hamada." sapaan tegas dari Jihoon seketika membuat Asahi ingin menarik suaminya menjauh segera, sebab tak lama berselang papanya berjalan mendekat.

Asahi tremor sekujur tubuh.

"selamat siang, menantu."

"uh, menantu?" Asahi reflek menggumam, tatkala papanya menyambut kedatangan mereka seolah tak pernah terjadi huru hara sebelumnya.

"Jihoon ini menantu papa, kan?" tanya Yuta sementara setelahnya Asahi mengangguk pelan.

"lalu apa yang salah, Hikun?"

Jihoon bahkan bergerak mendekat lalu bersalaman singkat dengan Yuta, seolah mereka berada di tingkat usia yang sama membuat Asahi mendelik sekejap lalu menatap curiga.

"ada apa sebetulnya disini?!"

"Hikun!!"

"eh? Mama!!"

yang tadinya berniat menjelaskan terhalang kala Asahi sontak berlari mendekat ke arah sang mama yang sangat ia rindukan.

akhirnya Jihoon memilih mengatupkan bibirnya, melirik pada ayah mertuanya yang tengah menatap Asahi dan sang istri tengah saling memeluk erat.

"tuan-"

"panggil saya Ayah, Hoon."

panggilan Jihoon terpotong, Yuta menoleh padanya, "panggil saya Ayah." ulangnya sekali lagi mengundang kekehan tipis di bibir Jihoon.

"baiklah, Yah. saya nggak tau ternyata hari yang Ayah sebut itu adalah hari ini," ucapnya.

"setelah saya tahu semua kebenarannya, saya pikir masalah ini harus segera di selesaikan. Asahi dan anak di dalam kandungannya perlu keadilan."

Jihoon mengangguk setuju,

"ayo ikut saya, ada yang harus kita bicarakan."

dan keduanya pergi menuju ruangan Yuta, memberi waktu untuk Asahi melepas rindunya dengan sang mama.

Be With Me [JiSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang