74. Gak Mau!

6.6K 759 33
                                    

Kirana menyeka air matanya lalu bertepuk tangan pelan usai melihat penampilan murid asuhnya bernyanyi sebuah lagu tentang orang tua. Menghibur para orang tua yang telah lanjut usia di Panti Jompo tersebut.

Tersenyum cerah pada sembilan muridnya yang telah bernyanyi dengan memukau. Melakukan tos pada setiap muridnya yang turun dari panggung.

"Aku keren kan, Mami?" tanya Megumi yang langsung diangguki Kirana. Mengusap puncak kepala Megumi yang tersenyum cerah.

"Orion juga keren," puji Megumi pada Orion yang juga tersenyum cerah. Kedua anak kecil itu bergandengan tangan menuju ke arah teman-temannya yang berkumpul untuk menonton pertunjukkan selanjutnya.

Kirana pamit menuju ke toilet untuk buang air. Setelah selsai, ia tidak langsung keluar. Tinggal diam seraya mengusap perutnya.

Kirana menyadari perubahan sikap Iyo yang tidak seperti biasanya. Bahkan Iyo tidak lagi perhatian padanya. Iyo seakan menghindarinya. Akan berangkat kerja pagi sekali, bahkan tidak sarapan. Lalu jika pulang selalu tengah malam.

Pernah Kirana menunggu Iyo pulang hingga larut, bukannya mendapat kedatangan Iyo yang hangat, Iyo malah memarahinya karena ia begadang.

Menghela nafas pelan. Ia menyeka air matanya yang jatuh tanpa izin. Merapikan rambut sepundaknya. Lalu keluar dari toilet tersebut. Kembali bergabung dengan orang-orang yang berada di Panti Jompo tersebut.

Usai acara dari anak-anak yang menghihur penghuni Panti Jompo tersebut. Mereka makan bersama. Para Guru membagikan makanan. Para murid pun duduk rapi menikmati makanan mereka juga para lansia. Ada beberapa yang di bantu para suster untuk makan, juga para Guru yang ingin membantu. Menyuapi para lansia tersebut.

"Ibu kenapa gak makan?" tanya Kirana saat melihat salah satu ibu parah baya yang hanya diam.

"Ah saya belum dapat air minum. Saya mau minum dulu baru makan." Kirana tersenyum lembut segera meraih air botol baru, membuka segelnya lalu memberikan ibu tersebut.

"Terima kasih, Nak."

"Sama-sama, Bu," balas Kirana. Tidak lupa membantu ibu itu membuka tutup nasi kotak tersebut. Menawarkan ingin menyuapi ibu itu, tapi ditolak.

"Saya bisa sendiri kok." Kirana hendak pamit, tapi wanita paruh baya itu kembali berujar padanya. "Nama kamu siapa, Nak?"

"Saya Kirana Bu."

"Guru juga, ya?"

"Iya Bu. Saya sudah hampir tiga tahun mengajar di Kindergaten Joyous."

"Oh pantas saja saya baru lihat. Soalnya tiga atau empat tahun yang lalu juga pernah adain acara di sini. Saya gak lihat kamu."

Kirana tersenyum lembut menanggapi ucapan Ibu tersebut. "Em.. kalau boleh tau, Ibu sudah berapa lama di sini?" tanya Kirana hati-hati.

Ibu tersebut terdiam lalu tersenyum tipis. "Kurang lebih tujuh tahun. Sejak saya lumpuh gak bisa jalan lagi."

Kirana terdiam mendengarnya, tatapannya tertuju pada dua kaki Ibu tersebut yang begitu kurus kering. Ingin bertanya, apakah Ibu tersebut tidak memiliki anak sehingga berada di tempat ini, tapi ia menahan diri. Takut jika nantinya akan melukai hati Ibu tersebut jika ia menanyakan hal yang begitu sensitif.

"Saya punya anak perempuan. Mungkin sekarang sudah seumur dengan kamu." Tatapan Kirana kembali bertemu dengan ibu tersebut yang berhenti makan. Menatapnya dengan lembut.

"Kenapa Ibu ngomong seakan-akan gak pernah bertemu dengan anak Ibu itu?" tanya Kirana heran, sekaligus hati-hati.

Ibu itu menghela nafas kasar lalu menyunggingkan senyum getir. "Memang gak pernah. Saya meninggalkannya sejak kecil."

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang