01

34 1 2
                                    

Langit biru membumbung tinggi bak mahluk hidup di angkasa yang luas.

Burung-burung pelikan beterbangan di bawah lautan biru yang tenang dengan pantulan cahayanya yang indah.

Angin sejuk menerpa dedauan hijau yang tengah terbang di pinggiran samudra.

Di sini aku terdiam di atas hamparan ombak yang tenang tanpa menoleh sedikit pun karena tengah terpesona akan kecantikan seorang wanita muda di depan sana.

Kami berdua diam tak berucap.
Hanya memandangi wajah satu sama lain.
Tiada sepatah kata pun muncul di benak kami.
Hanya hembusan angin dan suara ombak sajalah yang berbunyi.

Dalam suasana yang canggung itu, aku memutuskan mengambil inisiatif untuk bertanya kepadanya.

"Siapa kau?"
Tanyaku kepada wanita cantik bergaun hitam yang tengah terdiam tidak jauh di depanku itu.

Sembari memandangiku dengan anggun, ia hanya diam...
Dan sesekali bibir manisnya tersenyum kepadaku sambil sedikit memiringkan kepalanya ke arah kanan.

Saat itu aku tidak mengerti apa yang sedang ia lakukan, apakah itu adalah jawaban yang hanya bisa dimengerti oleh hati?, atau bahasa isyarat yang tidak dapat ku mengerti?.

Seakan mengerti ketidaktahuanku akan hal itu, bibirnya yang manis berucap kepadaku untuk sekedar mereda sedikit rasa penasaranku tadi.

"Dalam waktu dekat, kita akan bertemu kembali... Saat itu tiba aku akan memperkenakan siapa diriku ini sebenarnya. Tuan pahlawan."

Seketika itu juga aku terbangun dengan raut wajah panik di sebuah ruangan tua yang kental akan dekorasi kayu di setiap sisinya.

Aku mengatur nafasku yang terengah-engah supaya ia dapat tenang seperti sedia kala.

"Rupanya, semua itu hanya mimpi?"

*Brak!
Suara dari tumit kaki yang menghantam sekitaran hidungku.

Kaki itu berasal dari seorang gadis yang sama-sama tengah tidur di ranjang bersamaku.

Viel namanya. Namun, aku sering menyingkatnya menjadi V agar mudah diingat dan diucap.

"Uuurgh! MENYINGKIR!"
Aku mendorong badan V sehingga ia terjatuh dari atas kasur.

"Aduh!"
V menungging sembari mengelus-elus pantatnya yang sakit.
"Jahat banget sih ama perempuan, pantesan masih jomblo sampai sekarang."

Bukan maksudku untuk berprilaku jahat pada seorang wanita, hanya saja V terkenal dengan gaya tidurnya yang sering berubah-ubah layaknya jarum jam yang terus menerus berputar-putar, atau lebih speisifiknya ia sering mengigau ketika tidur.
Terlebih karena tempat tidur ini hanya diperuntukan untuk satu orang saja, membuatku memiliki alasan yang kuat untuk menyuruhnya minggat, walaupun harus menggunakan paksaan sedikit.

*Drak!
Suara pintu yang dibuka oleh seorang pria berjenggot bernama Barnie.

"Ada apa ini?!"
tanya Barnie karena mendengar bunyi gaduh di ruanganku.

Seakan ingin mengadu domba antara aku dan Barnie, V lalu mencoba memeluk erat-erat diriku seolah-olah aku telah melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya.

"Pak tua, lihat deh kelakukan Kiel... Dia mencoba menodaiku seperti halnya caramu menodai bantal gulingmu tadi malam."
Ujar V sambil memeluk erat diriku yang tengah lengah karena berusaha mencerna perkataannya barusan.

Momen seperti itu aku manfaatkan untuk sedikit melakukan eksploitasi kekerasan fisik, yaitu dengan menepis seluruh tangan yang hendak memelukku sambil sesekali menahan perutnya dengan kaki kananku agar dia menjauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fragment - The Hero's Journey Of A Thousand StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang