1

24 1 0
                                    

Kesendirian  adalah hal yang lumrah bagiku.  Begitu alami semudah menarik dan menghembuskan napas. Saat aku masih kecil aku mengira aku lahir sendiri tanpa bantuan ibu atau ayah. Perlu waktu lima tahun dikucilkan,  dihujat dan dikasihani untukku mengerti kalau perlu seorang wanita dewasa, laki-laki dewasa dan proses natural seperti kucing agar seorang manusia lahir ke dunia.  Apa boleh buat,  aku memang tidak pintar seperti kebanyakan orang.  Orang bilang bahwa orang bodoh akan tetap hidup mudah jika wajahnya layak membuat orang lain terpesona,  sayangnya wajahku juga tidak cukup menawan untuk orang-orang menghentikan langkah.

Aku bangga karena walau kepalaku tidak bisa dijadikan aset kehidupan,  tapi anggota tubuhku yang lainnya cukup mampu untuk menyajikan makanan di piringku. Mungkin karena Tuhan tidak cukup memberkati kepalaku,  maka ia memberikanku tangan yang  lebar untuk memegang barang yang berat dan kasar,  kaki dengan banyak otot agar aku mudah berjalan,  berlari, dan melompat, badan yang cukup kuat agar aku tidak mudah lelah dan pingsan. 

Sebelumnya aku harus mengatakan bahwa aku sendiri tidak berpikir bahwa wajahku jelek.  Seorang nenek yang tidak jauh dari rumahku sering memanggilku 'Si Cantik' saat  aku menggaruk punggungnya,  tapi kenyataan bahwa Nenek itu menderita katarak dan terkadang pikirannya lebih sering berkelana ke tahun 50-an membuat orang lain sulit untuk menerima ucapannya. Aku tidak peduli dengan pikiran orang lain,  bagiku wajahku cantik dan itu cukup,  masih banyak hal yang perlu ku khawatirkan selain itu.

Akhir-akhir ini aku mulai berpikir bahwa menjadi orang yang tidak cantik dan bodoh menurut pandangan orang lain juga punya peluang tersendiri. Jika tidak, bagaimana bisa aku bekerja di rumah besar yang untuk berjalan dari pagar luar hingga ke bangunan rumahnya saja memerlukan sepeda?.  Semua itu bermula dari teman sesama buruh cuci ku.  Dia bilang bahwa mantan majikannya memerlukan pembantu.  Hal yang unik adalah kriteria untuk lulus yaitu orang yang kuat,  berpengalaman,  dan jelek. Sebenarnya aku cukup tersinggung karena temanku menawarkan pekerjaan itu padaku,  tapi bukannya marah,  aku malah bertanya alasan calon majikanku itu menggunakan kriteria itu.  Ternyata karena Lee Seung Gi,  tuan muda rumah itu adalah seorang maniak.

Keluarga Lee adalah keluarga terhormat dengan harta yang sangat berlimpah, namun Lee Seung Gi, tuan muda keluarga itu jauh lebih terkenal daripada nama keluarga nya. Jika  pekerja keluarga Lee diminta untuk mendeskripsikan Tuan Muda Lee Seung Gi, maka deskripsinya akan seperti ini: memiliki wajah tampan,  dengan hidung mancung, tegas layaknya bangsawan, bibir merah seperi kelopak bunga,  mata tegas mengancam, kulit bersih seperti susu,  rahang tajam seperti pisau, dan tubuh yang cocok bagi wanita untuk bergelantungan.  Semua itu adalah anugrah namun juga kutukan. Lee Seung Gi adalah pria berbahaya terutama untuk wanita, karena ia tidak segan memberikan pesonanya dan membuat semua wanita bertekuk lutut, baik yang lajang,  sudah menikah, maupun janda selama wanita itu cukup cantik menurut seleranya. Tidak terhitung keluarga,  wanita, dan pria yang rusak karenanya.

Sudah memiliki saham sejak lahir, memiliki manager keuangan ketika dewasa,  bisa dikatakan Lee Seung Gi tidak perlu mengangkat satu jari untuk menyajikan kemewahan didepannya. Aku pikir, tuan muda keluarga Lee itu mempunyai terlalu banyak energi yang tersimpan dalam tubuhnya,  sehingga ia melampiaskannya dengan mengejar rok wanita, namun aku cukup terkejut jika obsesi tuan muda itu cukup kronis hingga selama itu wanita cantik maka  akan tetap dibawanya ke ranjang.  Itulah alasan Nyonya Lee, ibu Lee Seung Gi memperkerjakan wanita kuat,  berpengalaman dan jelek. Ia tidak mau menambah skandal dengan berita pembantu yang dihamili majikan sendiri.

Gaji yang tinggi ditambah diriku yang sangat sesuai dengan kiriteria Nyonya Lee,  membuatku dengan mudah bekerja di rumah mewah keluarga Lee.  Saat pertama kali aku bertemu dengan tuan muda itu wajahku memanas dan mataku tidak sanggup menatapnya. Walau wajahku mungkin jelek,  tapi aku ini wanita yang jelek, jadi reaksi alami seperti wajah memerah dan napas yang tidak teratur tentu saja timbul. Untungnya langsung bisa ku kendalikan, karena ucapan pertama Lee Seung Gi adalah 'Kenapa beruk ini yang melayaniku?' pada ibunya saat itu.  Tersinggung?  Tidak juga.  Aku telah dipanggil dengan kata yang lebih parah dari itu, menjadi pembantu memang selalu dipandang dengan sebelah mata.

Sangi (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang