Kadangkala Aksa merasa insecure dengan Vale, Ia kadang merasa tidak sebanding dengan sahabatnya itu.
+++
“ada apa dengan promises list kita?”
Tanya Aksara tiba-tiba dari belakang yang membuat Vale berjingat kaget. Saat ini memang Vale sedang gabut menunggu dosen masuk serta menunggu Aksa dengan membaca ulang promises list yang mereka buat waktu SMP dulu. Promises list itu selalu Vale bawa kemana-mana, beda dengan milik Aksa yang tergeletak mleyot di bawah tumpukan modul-modulnya.
“gausah ngagetin, bisa?!”
“khidmat banget bacanya, sampe nggak sadar gue dateng” ujar Aksa
“darimana?” tanya Vale mengalihkan topik
“biasa” jawab Aksa dengan menaik-turunkan alisnya membuat Vale berdecak malas.
Apalagi kalau bukan pedekate caper traktir sarapan beliin susu bajingasot tai anjing Vale sudah sangat muak dengan tetek bengek kelakuan Aksara.
“serah” respon Vale seadanya.
Dosen akhirnya masuk dan kelas pun dimulai, sangat membosankan menurut Aksa tapi asik bagi Vale, makulnya berisi teori dan Aksara malas dengan yang namanya hapal-menghapal. Jadi Aksa memilih untuk menidurkan kepalanya di meja.
“lo nyimak baik-baik ya, nanti ajarin ke gue” ucap Aksa kepada Vale
“hm”
Vale memperhatikan dosen di depan, sesekali melirik Aksa yang memejamkan matanya, tidak tidur, hanya menutup matanya. Pak Aji memang terkenal dosen santai, terserah dengan mahasiswanya mau mendengarkan ya monggo enggak ya bodoamat. Yang penting jangan ribut, itulah sebabnya Aksa memilih menidurkan kepalanya di meja.
Aksa membuka mata, lantas melihat Vale dari sudutnya, wajahnya adalah wajah yang sangat sempurna. Hidung mancung, rahang tegas, bibir pink, mata tajam, semuanya sempurna. Kadangkala Aksa merasa insecure dengan Vale, Ia kadang merasa tidak sebanding dengan sahabatnya itu.
“pingin jadi lo sehari aja bisa nggak sih” ucap Aksa lirih
“hng?”
Aksara menggeleng, membuat Vale memperhatikan dosen lagi. Ia memperhatikan Vale lagi, perkara semalam, kejadian yang menurut Aksa sangat merinding sekalipun itu hanya sekelebat lewat di otaknya. Aksara masih teringat ketika Valeron menindihnya, menatapnya dengan tatapan yang Aksa yakin, belum pernah Valeron perlihatkan kepadanya. Tatapan yang rasanya asing dan sulit dimengerti namun hangat serta tegas disaat bersamaan.
Aksara meyakini sahabatnya itu mempunyai alter ego. Tapi lebih daripada kepribadian lain, mengapa pikirannya selalu menuju kesana.
Dari cara pandang Vale menatapnya.
Dari gemuruh jantung Vale yang tidak sengaja didengarnya.
Dari dirinya yang bahkan tidak mampu berkutik sama sekali dalam validasi yang Vale buat.Aksara tanpa sadar geleng-geleng kepala, merasa konyol akan pikirannya yang sudah jauh. Kemudian Ia memejamkan matanya, membuang jauh pikiran bodoh itu.
.
Setelah makul pertama selesai dan berakhir dengan Aksa yang ketiduran, Vale memutuskan untuk membeli jajan di kantin untuk Aksa. Selagi Vale membeli jajan, Aksa terbangun kaget akibat teriakan perempuan di kelas.
“heh cewek-cewek! teriaknya kurang kenceng! ganggu orang tidur aja”
“dih sewot??” respon salah satu perempuan tersebut
“ya menurut lo??!” sangsi Aksa
“kayak cewek, Aksa kayak cewek sukanya sewot”
“MANA ADA??!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH YOU WERE GAY | NOHYUCK
RandomKamu bilang, perasaan itu nggak ada yang salah, semuanya itu murni dari hati. Aku juga merasakan itu, perasaan tulus yang hanya aku dan Tuhan ketahui. Perasaan yang Tuhan berikan itu, enggak salah kan? tapi kalau perasaanku itu untuk kamu, apa itu t...