Valeron, serius?
+++
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam lewat 25 menit, tapi kenapa Vale belum pulang? Selama itukah rapat BEM? Padahal kan Aksa ingin bercerita tentang apa yang dialaminya di kampus sore tadi. Mana mungkin ia ditembak secara langsung oleh Nyla di koridor depan kelasnya tadi. Kalau semacam surat atau makanan masih bisa ia terima tapi kalau pernyataan rasa, tidak bisa sembarangan. Lagian Aksa dengan Nyla hanya tidak lebih dari teman chattingan. Untung tadi kondisi koridor sepi jadi tidak ada yang melihat. Jadilah Aksa yang menggantung Nyla, tidak diterima juga tidak ditolak.
Vale belum mengetahui hal ini, karena tadi ia rapat makanya Aksa akan memberitahu Vale tentang hal ini. Kadang Aksa butuh pendapat Vale untuk hal yang seperti ini.
Bosan main HP, Aksa bangkit dari kasurnya menuju meja belajar Vale untuk mengambil salah satu novel yang kemarin ia baca, tapi Aksa tidak menemukan novel itu, padahal kemarin ia taruh di tempat semulanya.
Karena tidak menemukan novel itu, Aksa melihat-lihat novel lain tapi judulnya tidak ada yang menarik. Akhirnya Aksa urung membaca novel, tapi matanya menangkap satu buku berwarna kuning cerah yang terselip antara dokumen dan kertas-kertas proposal.
Aksa mengambil buku itu, ternyata sebuah diary yang ukurannya tidak terlalu besar. Aksa lantas membuka diary itu karena penasaran, Vale bukan tipikal orang yang menulis diary seperti ini.
Aksa membulatkan mulutnya begitu melihat lembar pertama, disitu bertuliskan namanya dan ada fotonya yang ia tidak tahu kapan Vale mengambilnya.
Aksara Mahaprana, a man with a beautiful smile..
Apa ini sebuah kado ulang tahunnya, tapi kan ulang tahunnya masih sekitar 1 bulan lagi. Karena kepalang penasaran, Aksa lanjut untuk membuka lembar berikutnya.
Halaman selanjutnya adalah biodata Aksara lengkap yang ditulis Vale sendiri, disitu juga ada fotonya, ia ingat foto itu diambil Vale ketika mereka sedang berlibur dipantai 3 tahun lalu. Aksa tersenyum membaca biodatanya, semuanya benar tidak ada yang salah, memang Vale itu tau segalanya tentang dirinya.
Lanjut halaman berikutnya, adalah ketika mereka petama kali bertemu sewaktu SD, ada foto pertama mereka yang kelihatan masih imut. Vale ganteng dari kecil -batin Aksa.
Tulisannya masih biasa saja, hanya pengalaman Vale yang ditulisnya di diary. Aksa membukanya lagi dan lagi, hanya tulisan biasa ketika ada momen mereka sedang bersama dan tertempel sebuah foto. Aksara hanya tidak menyangka bahwa Vale menuliskannya di diary.
Sampai ke halaman sembilan, Aksa menyerngitkan alisnya. Membaca tulisan itu dalam diam lalu membelalakkan matanya, kaget dengan apa yang barusan dibacanya.
Aksara, can we through this? Mungkin aku bisa, tapi kamu enggak. Aku nggak mau egois, aku mau semuanya berjalan normal, tapi kenapa susah, Sa? Aku selalu bilang ke diri aku sendiri kalau ini itu salah, salah banget. Tapi jujur, aku masih bingung, letak kesalahannya dimana? Kamu bilang, perasaan itu nggak ada yang salah. Semuanya murni dari hati, aku juga merasakan itu, perasaan tulus yang hanya aku dan Tuhan ketahui. Perasaan yang Tuhan berikan itu, enggak salah kan, Sa? Tapi kalau perasaanku itu untuk kamu, apa itu termasuk kesalahan? Atau sebuah anugerah?
Aksara mematung ditempat setelah membaca tulisan itu, Aksa tidak bodoh untuk tidak tahu apa arti tulisan itu. Ia paham, sangat paham. Tapi ini apa? Valeron, serius?Kemudian dengan hati-hati Aksa membuka lembar berikutnya, ada foto Aksa dengan Vale yang menatapnya, matanya kembali terbelalak membaca tulisan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH YOU WERE GAY | NOHYUCK
De TodoKamu bilang, perasaan itu nggak ada yang salah, semuanya itu murni dari hati. Aku juga merasakan itu, perasaan tulus yang hanya aku dan Tuhan ketahui. Perasaan yang Tuhan berikan itu, enggak salah kan? tapi kalau perasaanku itu untuk kamu, apa itu t...