"Bibi, kenapa dagingnya direbus?" Wanita itu jelas tersenyum geli, Phuwin melangkah pelan kearah panggangan daging yang mengeluarkan aroma sedap "Woahhh" sontak saja bertepuk tangan "hebat sekali, seperti ada juisy nya"
"Tuan mau mencoba?"
Kala sosok manis menggemaskan itu mengangguk, Tak butuh waktu lama dia sudah mengeksekusi daging diatas meja makan. Memotong dengan acak dan menikmati irisan demi irisan menu yang lezat itu.
"Nyumm... Masakan bibi tak pernah mengecewakan" phuwin tersenyum puas, dia memotong daging itu lagi dan lagi "bibi tolong berikan kotak makan"
"Untuk apa?" Meski dia keheranan tetap saja Diberikannya sebuah kotak makan berukuran minimalis pada sang tuan "ingin jadi cemilan dikamar?"
Phuwin menggeleng "aku ingin memberinya pada Pond"
"Hah?, malam-malam begini tuan?"
"Iya Bibi, aku akan mengantarnya"
Bibi chai menggeleng, bukan urusan mudah jika begini. Udara diluar tak kondusif untuk kesehatan majikannya, namun cukup paham bahwa sang tuan yang sangat keras kepala. Jadi dia mencoba menawarkan jalan lain.
"Biarkan bibi saja yang antar, tuan tinggallah di rumah dan istirahat"
Tapi yah... Phuwin tetaplah Phuwin, pemuda keras kepala yang akan melakukan apapun demi keinginannya. Dia meraih kotak itu dengan cepat, disusun dengan rapi lalu segera memakai mantelnya yang tebal. ngomong-ngomong salju sudah berhenti sejak tadi sore, tapi udara masih tak bisa di tolerir karena sangat dingin untuknya.
"Aku dan paman supir yang akan pergi, Bibi saja yang tinggal dirumah"
"Tapi tuan, udara diluar dingin sekali. Bibi saja yang mengantarnya untuk Pond saat pulang, lagipula itu adalah daerah yang dekat dengan rumahku"
"Ya sudah Bibi juga mau pulang kan? ikut dengan kami saja sekalian" Tanpa ba bi bu lagi, Phuwin melesat keluar rumah
"ya ampun tuan muda"
.
.
.
.
.Ini pertama kalinya dia datang ke kawasan kumuh, disana benar-benar jauh dari kata layak. Jalan kecil hampir tak muat untuk satu mobil saja, dan banyaknya sampah mengedar di tiap sisi jalan. Beberapa halaman rumah kecil sudah tertutup salju disertai lalu lalang pembersih dari kalangan mereka sendiri, bahkan banyaknya rumah nampak tak membuat orang-orang disana kesulitan. pandangan Phuwin terus tertuju pada aktivitas menyedihkan di sepanjang jalan, bahkan saat anak-anak terkantuk-kantuk menyelimuti diri dengan jaket kusam.
"Kasihan sekali" Lenguh Phuwin begitu mendapati salah satu anak kecil duduk di trotoar jalan mengais sesuatu "paman, singgah disini"
Supir menghentikan mobil, menatap sang tuan dari kaca depan "Ada apa tuan?" Bibi Chai mengikuti arah pandang lelaki itu dan mengangguk paham.
"itu sudah biasa terjadi disini tuan, ayo pergi sekarang"
"Paman, tolong Antarkan Bibi pulang" Phuwin membuka pintu mobil, memegang kotak bekal yang tadi ia bungkus rapi dari rumah "aku akan menunggu disini"
"Tapi tuan, udara dingin itu tidak bagus untukmu" masalahnya ini pertama kalinya sang tuan muda ke daerah ini, Bibi chai mencoba meraih lengan pria itu namun ditolak sangat keras.
"Aku memakai mantel, Bibi sekali saja, aku benar-benar ingin terlihat seperti orang sehat yang tak punya pantangan apapun di luar rumah"
Mereka terdiam, tak ada jawaban lagi, maka Phuwin segera menuruni mobil. Langkahnya terpacu sembari menenteng kotak bekal yang hangat, dia menghampiri anak kecil itu.
"ayo pergi, jangan lupa menjemput tuan Phuwin disini lagi nanti" Bibi Chai berbicara sambil tersenyum, tuanya itu benar-benar berhati malaikat, mengagumkan.
"Baiklah"
Phuwin melirik sedikit, dan benar saja mobilnya sudah melesat pergi. dia duduk disamping anak kecil itu, tersenyum padanya, kemudian membuka kotak makan. Anak itu menatapnya dengan bingung.
Phuwin sendiri tak menanggapi apapun dan sigap menyuapi makanan dengan pelan pada Lelaki kecil itu. Suara kunyahan terdengar nampak sosok itu menikmati dengan diam. sesekali tersenyum dan mengatakan bahwa itu sangat nikmat, membuat Phuwin ikut tersenyum. Phuwin sendiri begitu bahagia, terlihat dirinya sesekali bercerita sesuatu membuat bocah itu semakin semangat dan antusias.
"Kau?"
Seolah ditegur, phuwin mengangkat kepalanya melihat sumber suara, pond ada disana, menatapnya keheranan. Dia jauh lebih terkejut, tak pernah merencanakan dia akan bertemu dengan sosok tampan pujaan hatinya di tempat ini.
Phuwin bingung harus mengatakan apa? harus terlihat biasa saja, pasti Pond akan risih saat tau Phuwin datang kesini untuk menemuinya hanya agar bisa memberikan makanan. Aneh sekali, bahkan perhatiannya nyaris seperti kekasih.
"Ahhh, halo" Phuwin tersenyum tipis, tapi pria itu hanya melihat sekeliling memastikan sesuatu "ada apa?"
"Tak apa, kukira tadi siang aku melihatmu bersama seseorang"
"Dia adalah kerabatku" Phuwin mengatur detak jantung, memberi suapan lagi pada bocah lelaki disampingnya, sesekali melirik pond yang memperhatikan aktivitas mereka "apa Pond sudah makan?"
"I-iya aku sudah makan" Pond tersenyum renyah, agak gugup sedikit karena berbohong "silahkan lanjutkan"
"Phi.., sini makan lagi" Bocah itu berdiri, menarik tangan Pond dan mendudukkannya tepat disamping Phuwin "makanannya sangat enak"
Tersipu malu lah phuwin, ia bisa merasakan tatapan Pond pada netranya benar-benar membuat terkesima. Seketika Pond sigap menaikkan bocah kecil itu di pangkuannya, menghadap Phuwin yang bingung menatap mereka berdua.
"Suaplah, sepertinya anak ini sangat kelaparan"
"Kau juga bisa mencobanya" dia mengarahkan se sendok daging ke mulut Pond, dan akhirnya langsung dilahap lelaki itu.
"benar-benar enak"
"Nah kan Phi..., kubilang juga apa"
Terjadilah acara suap-suapan disana, dengan Phuwin yang tak bisa berhenti tersenyum melihat tingkah kedua lelaki itu.
"Dimana rumahmu, bocah?" Pond berdiri sembari menggendong anak itu "akan Ku Antar pulang"
"Tak apa Phi... aku tak punya rumah" Sontak saja kedua orang dewasa disana mengernyitkan dahi, agak miris mendengar itu. "aku anak jalanan Phi..., turunkan aku, aku akan mencari tempat tidur malam ini"
"Ja-jangan" Phuwin mengambil alih menggendong bocah kecil itu "Leon ikut denganku saja yah, nanti Leon tidur dirumahku"
"Kau yakin?" Pond menatap keduanya bergantian "lagipula, dengan siapa kau disini? kupikir kau tinggal di perumahan elit, sudah pasti rumahmu besar, apakah orang rumah akan mengizinkan?"
"Leon anak baik kan?" Dipeluknya erat bocah itu "jangan membuatku kecewa yah, tinggallah denganku"
"Sini Ku Antar pulang"
"Tak usah Pond, aku bisa sendiri"
"Tapi cuaca sedang dingin"
"Aku bisa sendiri" Diberikannya selembar kertas berisi alamat rumah "mampirlah sesekali jika kau mau melihat kondisi Leon lagi"
Phuwin beranjak cepat meninggalkan Pond yang masih bingung dengan keadaan barusan, otaknya berfikir panjang sebelum akhirnya Lelaki itu tersenyum takjub "Dia seperti malaikat"
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Jangan lupa tinggalin jejak yah kak, maaf masih berantakan 💙🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishes And Dreams [Pondphuwin]18+[END]
Fanfiction"Lonceng sepeda apa?" Wajah manisnya kebingungan, mengapa dia menyusun alur yang bahkan tak pernah hadir dalam ingatannya? "Apakah ada legenda tentang dua malaikat muncul di permukaan salju? Aku selalu memimpikannya" Kerinduan menguliti tubuhnya, ka...