Tanpa terasa sudah empat bulan rutinitas ku jalankan. Luka di wajah Tuan Muda sudah mulai menghilang, goresan hitam-hitamnya memudar menyisakan garis-garis, yang paling terlihat adalah garis memanjang dari dahi hingga dagunya. Luka bakar tuan muda juga mulai sembuh, namun teriakan dan rintihan Tuan Muda masih terus berlanjut.Pada awalnya, Nyonya Lee rutin menelepon setiap hari, namun Tuan Muda Lee Seung Gi selalu menolak untuk berbicara. Lama-kelamaan Nyonya Lee juga jarang menelepon. Tuan Muda masih tidak mau berbicara, tapi aku lebih menyukai Tuan Muda yang seperti ini dibandingkan Tuan Muda yang suka berbicara. Karena aku tau makian dan cacian sudah ada diujung lidahnya setiap aku berbuat kesalahan. Uang yang dikirim Nyonya Lee perlahan juga mulai menipis. Bahkan untuk membeli makanan dan obat Tuan Muda, aku harus sangat menghemat, bagaimana bisa aku mengambil bagian gajiku?. Untungnya uangku masih bisa untuk bertahan selama dua bulan ke depan.
Semakin dekat dengan bulan ke enam semakin aku gelisah. Pada bulan ke lima, Nyonya Lee sudah tidak lagi mengirim uang, uang simpananku juga mulai menipis di makan alat kesehatan, makanan dan uang kontrakan. Mungkin karena kegelisahanku membuat Tuan Muda Lee Seung Gi untuk pertama kalinya berbicara padaku, dengan nada biasa tanpa nada tinggi atau makian ketika aku termenung saat memberinya makan.
"Ada apa? " tanyanya.
Terdiam, aku tanpa sengaja menatap matanya. Entah mengapa aku merasa warna bola mata Tuan Muda tidak lagi berwarna coklat gelap. Warna mata Tuan Muda berubah menjadi lebih gelap, hitam kelam, seperti wajah predator mengintai mangsa.
Aku segera menurunkan pandangan dan menggeleng. Setelah berpikir keras dengan otak bodohku itu, akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya "Apa tuan muda tidak masalah jika saya pergi pukul sembilan, kembali ketika tuan muda makan siang, pergi lagi lalu kembali sebelum pukul enam?. "
Tuan muda tampak menimbang. Matanya menyelidikku membuatku gugup. "Jika Tuan Muda keberatan.. Saya.. "
"Lakukan semaumu. " ujarnya. Matanya kembali kosong. Aku mengangguk.
Sepertinya rencanaku akan berlanjut. Untuk pertama kalinya aku akan melakukan pekerjaan selain menjadi pembantu. Aku akan mencoba berjualan makanan kecil. Dipedesaan tidak banyak pekerjaan seorang pembantu. Rata-rata penduduk membersihkan rumah, menyuci, dan menyetrika baju mereka sendiri. Mata pencarian mereka juga bertani ladang kecil untuk konsumsi sendiri. Alternatif lainnya hanya berjualan.
Saat aku bekerja di rumah keluarga Lee, aku pernah belajar membuat makanan kecil. Juru masak di rumah itu sangat ahli sehingga rasanya sangat enak. Aku mulai membuat makanan kecil ketika malam hari saat Tuan Muda Lee Seung Gi tertidur. Pukul sembilan aku akan pergi, sebelum berangkat aku berpamitan dengan Tuan Muda
"Tuan Muda saya berangkat. "
Saat akan berbalik sebuah tarikan membuatku terhenti.
"Kau akan kembali. " ujar Tuan Muda.
Tanpa nada tanda tanya. Nada yang dipakai Tuan Muda adalah nada yang selalu ia pakai, nada memerintah, tapi aku bisa mendeteksi sedikit ke khawatiran pada suaranya.
"Tentu saja Tuan. " ujarku khidmad
Akhirnya aku memulai pekerjaanku. Aku menjual makanan dari rumah ke rumah. Karena area pedesaan, pasar yang terdapat di area ini tidak buka lebih dari jam 9. Rata-rata penduduk juga bertani sehingga mereka bisa mencukupi kebutuhan mereka tanpa harus repot ke pasar. Rumah di lingkungan itu sangat jauh jarak antar rumahnya sehingga aku harus berjalan sangat jauh, tapi salah satu syarat menjadi pembantu yang baik adalah mempunyai sepasang kaki yang kuat jadi hal itu tidak masalah bagiku.
Di lima hari pertama, aku kesulitan menetapkan harga, seringkali aku malah mengalami kerugian, namun di hari ke enam akhirnya aku berhasil menetapkan harga yang pas. Aku juga menargetkan penjualan pada anak kecil, berharap rengekan mereka berhasil meluruhkan hati orangtua yang terlalu berhemat. Siapa bilang aku bodoh? Aku bahkan bisa membuat strategi pemasaran yang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangi (Completed)
Kısa HikayeTidak pernah ada yang membayangkan bahwa Keluarga Lee, keluarga dengan kekayaan yang tidak ada habisnya akan hancur. Tentu saja itu adalah hal terakhir yang dipikirkan oleh Tuan Muda Lee Seung Gi ketika ia sibuk mengejar rok wanita. Itu juga bukan h...