"Luthfi!"
"Jangan lari kamu!"
Suara teriakan yang sambung menyambung itu mengalihkan atensi Naya. Dan dalam satu kedipan mata, seorang lelaki menabrak bahunya keras.
Cukup untuk membuat Naya mundur beberapa langkah, hampir terjatuh. Lelaki itu menggenggam tangannya, Naya terpaku.
"Maaf, gue gak sengaja-"
"LUTHFI!"
Teriakan itu membaha seantero sekolah, membuat siswa-siswa lain segera menyingkir memberi jalan.
"Maaf, gue buru-buru." Lelaki itu mengedipkan sebelah matanya, kemudian kembali berlari diiringi seorang guru yang badannya cukup gempal.
Naya memandangi tangannya, lalu beralih dimana lelaki itu terakhir terlihat. "Abil?"
***
"Udah berapa kali Gue bilang, jangan mendekat!" pekik Naya dengan pandangan kosong.
"Hentikan omong kosong ini! Gue Lutfhi, bukan Abil! Kami orang yang berbeda!" kesal Luthfi.
"Tetap saja! Wajah kalian, wajah Lo ... sama persis dengannya!" Naya menutup wajah dengan kedua tangannya, kelihatan menahan rasa sakit yang menusuk dada.
"Jadi Lo benci wajah ini? Iya? Kalau gitu biar gue ubah buat Lo." Luthfi meraba sakunya, mengambil pisau lipat yang selalu terselip disana.
Dengan penuh keyakinan mengarahkannya ke wajahnya sendiri, Naya membulatkan matanya.
"L-Luthfi!" peringat Naya horor.
"Apa? Lo benci wajah ini 'kan?" desis Luthfi marah.
Tangan Luthfi dengan gesit menggoreskan benda tajam itu di pipinya, darah segar mengalir tapi tak membuat Luthfi gentar.
Naya histeris, dengan panik merebut pisau di tangan Luthfi dan melemparnya jauh, sebelum lelaki itu melakukan hal yang lebih gila lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Way of Love (Hiatus)
Teen Fiction"Udah berapa kali kubilang, jangan mendekatiku!" pekik Naya dengan pandangan kosong. "Hentikan omong kosong ini! Gue Lutfhi, bukan Abil! Kami orang yang berbeda!" kesal Luthfi. "Tetap saja! Wajah kalian, wajahmu ... sama persis dengannya!" Naya menu...