Siapa Dia???

8.5K 547 1
                                    

Pagi-pagi aku sudah terbangun, beginilah kebiasaan ku setiap hari saat ayah ku meninggal, kadang bibi prihatin melihtaku, aku hanya tersenyum membalas ucapannya yang bagaikan bunda yang menenagkan ku saat aku ada masalah,. Aku mengerjakan pekerjaan rumah saat sdah bangun tidur dibantu oleh bibi, apabila aku telat menyelsaikannya maka bersiaplah pendengaran ku mendgar makian-makiannya dan bersiaplah tubuhku yang mendapat siksaannya

setelah membersihkan rumah aku memasak di bantu oleh bibi, karna tangan ku masih sakit akibat nenek sihir itu kemarin, setelah selesai aku menatannya di meja makan, saat selesai ku lihat mereka turun dengan dandanan super heboh, maklum mereka kan Miss Fashionable, tapi tunggu mengapa mereka membawa koper masing" dan memanggl pak jaja membawannya kebagasi mobil, mereka mau kemana?

"Silahkan nyonya" ucapku menarik kursi supaya dia bisa duduk, dengan gaya anggunnya dia duduk dan mengambil makann disana begitu juga dengan Meri,

"Hari ini kami akan berangkat ke luar negri, dan ingat jangan sekali" kamu kabur dari rumah, karna sejauh mana kamu pergi aku dengan mudah mendapatkan mu" ucap Rose ibu tiri ku tajam,  aku mengangguk patuh berpura" takut, padahal dalam hatiku bersorak senang karna untuk beberapa hari iniu aku akan merasa bebas sejenak, aku bagaikan burung dalam sangkar yang di kurung dan tidak bisa terbang bebas menikmati segarnya udara di luar sana

"Baik nyonya, saya mengerti" ucapku yang diangguki

setelah selesai mereka pun berangkat menuju bandara, katannya mereka akan ke New York, untuk menghadiri acara pelelangan perhiasan, dasar kalau perhiasan saja ia secepat itu, orang tua sama ank sama saja

"Non prilly istrahat saja yahh lagian pekerjaan rumah juga sdah selesai, yang lainnya biar bibi saja yang lakukan, non pasti sangat capek" ucap bibi membelai rambut ku, aku mengangguk dan mmluk bibi, orang yang sudah kuanggap sebagai ibuku sndiri dia sangat pengertian, dan sangat baik, mengingatkan ku pada bunda

'Aku sudah capek bun'

****

saat menjelang sore aku terbangun aku tak tahu sudah berapa jam aku tertidur rasannya badanku jauh lebih sedikit segar dari sebelumnya yang begitu pegal, aku bangun membasuh wajahku dengan air dan keluar melihat bibi , tapi aku tidak menemukannya apa mungkin ia berda di dalam kamarnya

Aku berjalan dan menemukannya sdang melipat mukenannya aku berjalan menghampirinnya

"Kenapa non? tanya nya ketika aku duduk di sampingnya

"Bi, prilly boleh keluar sebentar, prilly pengen banget jalan sebentar ketaman kompleks" ucapku memelas, bibi mengusap rambutku sambil tersenym

"Boleh kok non, bibi ngak bklan bilang kok sama nyonya pasti pak jaja sama pak rahmat ngak bkaln ngomong juga sama nyonya" ucap bibi, aku tersenyum dan kmbali memeluknya memang bibi, pak jaja dan pak rahmat orang yang selalu setia pada bunda dan ayah karna mereka sudah bekerja berpuluhan tahun,, ayah dan bunda sangat baik pada mereka sehingga mereka membalsnya dengan menyayangilku meskipun mereka di tekan oleh ibu tiriku

"Yahh udah prilly jalan dulu yahh bi" ucap ku yang diangguki , aku keluar rumah dengan perasaan bahagia , kapan lagi aku bisa menghirup udara segar seperti ini

Aku berjalan dan bertemu pada pak jaja dan pak rahmta, mereka mennyaiku mau kamana yang ku jawab ke taman kompleks, mereka tersnyum dan memperslhkanku pergi , aku yakin mereka juga pasti kasihan padaku

Saat tiba di taman, aku memlih duduk di bangku taman , taman mulai sepi karna ini sudah sore menjelang malam, andai aku bisa selamnnya terbebas dari tempat itu, Aku lebih suka hidup sendrii, aku hanya ingin tenang, aku tidak ingin seseorang mengusik ketenangan ku, tapi aku tidak tahu kapan itu semua bisa terkabulkan, miris nya hidupku ini,

Aku memandang lurus kedepan, melihat langit yang mulai berwarna jingga, senja telah tiba, udara sore hari ini juga bgitu sejuk, aku rasannya tidak ingin pulang, aku ingin menikmati yang namannya hidup bebas, bebas dengan apa yang ingin aku lakukan, bukan di kurung di dalam neraka yang penuh keterbatasan dan penuh aturan

Andai saja tuhan mengambil sajja nyawaku, mungkin aku sudah bersama bunda dan ayah saat ini, aku merindukan kehidupan ku yang dulu, merindukan kebersamaan bersama orang tua ku, tanpa sadar air mataku mulai menetes setetes, dan seterusnya, aku sangat  merindukan kebersamaan bersama mereka, berlibur dan bercanda tawa,

Kapan ini semua akan berakhir tuhan, mengapa rasannya begitu sakit mengenang itu semua, walaupun pada akhirnya tak membuahkan hasil, tetap saja takdir yang bicara, aku ngak mungkin bisa bersama kmbali bersama orang tuaku, kecuali , aku menyusul mereka,

Saat matahri benar" ingin tenggelam, aku bangkit dari bangku besi itu, dan tanpa sengaja, tngan yang terbalut perban itu tersangkut di pegangan kursi, aku menjert kesakitan

"Aaakhh" air mata mengalir lagi, rasannya begitu sakit dan perihh, luka di tanganku kembali berdarah tanpa bisa di cegah

Aku terduduk di rumput jepang itu memegangi tangan ku yang berdarah, sampai kurasakan ada tangan yang memegang tnganku dan sebuah sapu tangan sudah melilit lukaku, meskiipun perih tapi cukup membntu supaya drah tidak terus mengalir

"Makasihh" ucapku masih menunduk, aku tidak ingin memperlihatkn kesedihanku pada orang lain, sdah cukup aku yang memikirkan diriku sndri, aku tidak ingin dikasihani

'kenapa tangan ku mu tidak kau obati, itu bisa infeksi" ucapnya membantu ku berdir, saat berdiri aku masih saja tertunduk tak berani menatpnya

Aku tidak tau bagaimana wajah pria yang berdiri dihadapnku ini

"Apa kamu mendengarkan ku?? tnyanya terdngar dingin dan itu mmbuat ku menggil, dengan sedikit takut aku mendongakkan kepala ku dan langsung bertatapan dengan mata hitam pekatnya, ia smpat terdiam sesaat saat aku balik menatapnya

"Ahh, ini hanya luka kecil, nnti juga smbuhh, saya permisi dulu sudah malam, dan sekali lagi terimah kasihh bantuanny" ucapku lalu lari pergi dari hadapannya,

*

"Tahan yahh non" ucap bibi ketika mengobati luka ku tadi, aku meringis menahan perih ditanganku,

"pKenaa bisa kayak gini non" ucap bibi masih dengan nada khawatir, aku tersnyum pada bibik seolah 'tidak apa-apa , semuannya akan baik" saja' seolah mengerti bibi tidak lagi bertannya sampai aku kmbali kekamar ku

Untuk malam ini, hujan tiba" turun dengan derasnya, aku membaringkan tubuhku diatas kasur, memandang jendela yang langsung tembus melihat rintikan hujan diluar sana

Rintik hujan ibarat air mataku

Semakin gelap awan mendung tidak bisa menampung rintik hujan yg akan tumpah

Begitu juga denganku semakin berat menampung sesak maka air mata yang akan keluar

Rintik hujan turun berlinang  ke aspal jalanan, Tapi

Aku, air mata berlinang di pipiku,

Hujan bagaikan mengerti perasaanku saat ini, yang sangat mendukung suasana hatiku, tapi aku mulai berfikir untuk menata hidupku walaupun aku masih berda di sini , mulai merencanakn hidupku walaupun natinya harus aku kubur dalam"

dan soal pria tadi aku seperti tau, tapi aku lupa, dia  begitu baikk terlihat, tapi aku juga takut melihatnya dengn sifat dinginnya mampu membuat ku menggil saat berda di dekatnya, tidak ada kehangatan disana,  Tapi siapa Dia?

Sudahlah memikirkan orang yang tidak di ketahui dan tak jelas siapa, aku memilih tidur, si nyonya katannya pergi selama seminggu, dan itu akan ku gunakan sebaik"x menikmati hidup bebas semntara waktu

......

Time After TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang