“Jangan pernah melawan manusia yang nyaris mati.”
***
Jay
Samuel masuk ke kelas gue saat masih pagi, tapi dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Sudut tubuhnya penuh lebam. Wajahnya bonyok. Dia kayak orang mabuk waktu nemuin gue. Beberapa teman sekelas gue kaget. Mereka menatap ngeri. Gue langsung berdiri, memeriksa tubuhnya. Ini pasti sakit banget!
"Lo kenapa?"
"Jay... gue abis dikeroyok...."
"Geng Adi?" tebak gue dan Samuel mengangguk. "Di mana mereka sekarang?!"
"Gue ketemu mereka di jalan. Kayaknya sekarang mereka udah ada di Lawrensia, karena mereka pake seragam sekolah."
Gue memijat kening. Adi, si bocah necis populer di Tiktok itu kayaknya mau ngajak berantem lagi. Sumpah, di mata gue dia cuma cowok sampah tukang koar-koar betapa dia perfect, pintar, kaya, dan dermawan. Padahal gue tahu nilainya tuh hasil nyogok semua—Langga pernah ngasih tau gue. Sumpah demi apa ngelihat mereka ngeroyok Samuel gini bikin gue pengin ludahin sekaligus belah kepala mereka pake samurai sekarang juga.
Tahun lalu sekolah gue sama sekolah Adi terlibat tawuran karena Adi kalah waktu ngetrek lawan gue. Komplotan mereka ditambah 10 orang bayaran mendadak nyerang gue yang mau tanding sama sekolah lain. Alasan mereka nyerang waktu itu cuma karena Adi sakit hati, soalnya Jake ngejelekin hidupnya yang penuh drama lewat Instagram. Padahal konteksnya mereka cuma saling ejek.
Adi CS kalah karena bekingan gue bukan warga Tiktok. Beberapa murid—kebanyakan bocah taekwondo—Nusa Bakti yang nonton pertandingan gue turun tangan.
Tawuran itu viral, polisi jadi penengah, kami dikasih ceramah di kantor polisi dan disuruh bermaafan, tapi tentu nggak segampang itu. Bagi segelintir orang, tawuran ini bukan sekedar tawuran, membuat semua warga sekolah jadi menganggap Lawrensia itu saingan terberat dalam bidang apa pun, termasuk akademik.
Nah, gue masih bingung apa alasan Adi ngeroyok Samuel sekarang padahal udah nyaris satu tahun kami nggak bersinggungan pakai kekuatan.
Samuel nangis. Gue mau ketawa, tapi dari wajahnya yang kentara sedih, gue jadi simpati dengan mengusap bahunya.
"Lo istirahat aja di UKS sekarang."
"Jay...."
Gue mengernyit. "Apa?"
"Sebenarnya Adi mau ketemu sama lo, ngajak sparing lagi, tapi—"
Ucapan Samuel gue potong dengan tawa meledak dari bibir gue. "Jangan khawatirin gue. Nyawa gue ada sembilan."
Samuel memandang tubuh gue, kemudian gue langsung menarik tangannya buat nganter dia ke UKS.
Gue tahu apa yang harus gue lakukan.
***
Bening
Aku menghindar dari Surya. Pada akhirnya aku menolak perasaannya karena aku lebih memilih mencintai Jay meski aku juga menggantung jawaban yang Jay inginkan. Aku bisa saja menerimanya dan kami langsung berpacaran, tapi aku masih takut. Aku tidak siap dibombardir dengan pertanyaan apalagi pernyataan menusuk kenapa Jay bisa menyatakan perasaannya padaku dari para penggemarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sebelum Pagi
Teen Fiction🔞(YOUNGADULT - ROMANCE) Jatuh cinta padamu adalah harap yang selama ini kudamba; berada di dasar hati; diselimuti oleh imajinasi liar yang semakin membara. Kita tahu, seharusnya kita saling mencinta dalam diam saja, tapi ternyata kita tak semudah...