EXTRA PART I

10.2K 785 39
                                    

"Hati-hati, Yang."

Kirana hanya mampu menggeleng pelan seraya terkikik saat ia turun dari mobil dan Iyo membantunya. Melangkah bersama memasuki pekarangan rumah Ayah.

"Ayah kenapa sampai nyuruh kamu ke sini?" tanya Iyo seiring dengan langkah mereka.

"Gak tau. Cuma nyuruh aku ke sini." Kirana mengelus sekilas perutnya yang kini menyembul keluar. Usia kandungannya kini memasuki bulan kelima.

Kening Kirana mengernyit saat di ruang tamu Ayah dan Tante Rita duduk di sana, bersama dengan dua orang lainnya. Seperti menyambut kedatangannya dengan Iyo.

Ia saling tatap dengan suaminya sejenak, lalu kembali menatap Ayah yang menyuruhnya duduk. Bergabung dengan dua tamu tersebut yang ia kenal  sebagai pengurus panti jompo yang pernah didatangi tiga bulan yang lalu.

"Ini Kirana," ujar Ayah menunjuk Kirana yang telah duduk. Memberitahu dua wanita itu yang sama terkejutnya dengan Kirana. Karena mereka pernah bertemu.

"Saya tidak menyangka kalau anaknya Bu Dewi, Miss Kirana," ujar salah satu dari mereka menatap Kirana dengan senyum tipis.

Kirana semakin bingung, ia menatap Ayah. Ingin meminta penjelasan.

"Ini ada apa ya?" Karena Ayah hanya diam, jadi Kirana bertanya pada dua wanita itu.

"Ibu Dewi mau ketemu dengan Miss Kirana," jawab salah satu dari mereka.

"Bu Dewi siapa?" Kirana mengerutkan kening bingung.

"Ibu kamu, Ki." Tatapan Kirana tertuju pada Ayah yang menjawab.

Pikiran Kirana langsung kosong. Ia menatap lamat Ayah yang seperti biasa tanpa ekspresi, lalu menatap dua wanita itu, kemudian terakhir menatap suaminya yang kini meremas pelan tangannya.

Apalagi saat salah satu wanita tersebut menjelaskan kondisi Bu Dewi yang saat ini dirawat di rumah sakit. Bahkan sudah selama sebulan lebih akibat sakit diabetes.

"Terserah kamu mau jenguk dia atau enggak," ujar Ayah setelah dua wanita tersebut pulang usai memberikan alamat rumah sakit tempat Bu Dewi dirawat.

Kirana hanya menunduk. Tidak tau harus melakukan apa.

Dulu....

Kirana selalu berandai, bagaimana jika ia dipertemukan dengan ibunya?
Kirana kecil akan sangat bahagia. Akan minta untuk ikut dengan ibunya. Akan minta ditemani ke sekolah. Akan minta dibelikan es krim. Akan minta diajari membaca. Akan minta dibuatkan nasi goreng. Akan minta...

Namun, seiring dia tumbuh. Kirana tidak pernah berandai lagi.

Bukannya Kirana benci pada Ibunya, hanya saja Kirana enggan mau berharap lagi karena tidak yakin akan bertemu lagi dengan wanita yang melahirkannya tersebut.

Bahkan ia tidak merasakan kerinduan karena memang tidak pernah bertemu setelah sekian lama. Bahkan tidak mengingat rupanya. Tidak mengingat bagaimana sosok ibunya tersebut. Jadi, maklum saja kan jika ia tidak merasakan kerinduan tersebut?

"Aku harus apa Mas?" Kirana benar-benar bingung saat ini. Perasaannya berkecamuk. Apakah ia harus menjenguk ibunya tersebut?

"Seperti yang dibilang Ayah. Terserah kamu, Na. Kamu punya hak buat mau ketemu atau enggak. Kamu punya pilihan sendiri mau atau enggak. Apapun pilihan kamu. Gak ada yang salah, juga gak ada yang benar. Kalau kamu milih jenguk ibu mu, itu gak salah atau pun benar, terus kalau kamu gak mau, kamu juga gak benar atau salah kok."

Keputusan tentu ada pada Kirana. Mau atau tidak. Dia yang memutuskan.

Maka Kirana memilih menjenguk ibunya tersebut...

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang