2

2.7K 184 0
                                    

"Qian mau itu." Tunjuk pria kecil itu ke nuget yang disiapkan Kak Anik. Katanya mereka sangat suka akan nuget.

"Iya sebentar," ucapku mengambilkan nuget ke piring Qian. Posisi Qian tepat disampingku bersebelahan dengan Quin dan Ayahnya.

"Wah sudah cocok ya." Goda Abang menatapku penuh gurauan.

"Nggak usah mulai deh Bang," jawabku menatap dua sejoli yang sering merecokiku dengan pertanyaan tidak bermutunya.

"Hahaha, adik kamu marah Yang."

"Biasa, sudah ayo makan dulu kasihan Riannya." Kami menikmati makan siang dengan khidmat. Hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring yang aku dengar bahkan anak-anak tidak juga mengeluarkan suaranya.

"Quin sudah." Dengan sigap Ayah si kembar meletakkan piring Quin agak menjorok ke dalam dan mengusap bibir Quin dari sisa makanan.

"Qian juga." Pekikan dari Qian yang membuat antesiku berubah dari piring ke samping. Posisi yang lebih dekat dengan Qian membuatku harus membantu Qian seperti Ayahnya lakukan.

"Terima kasih." Ucap Ayahnya si kembar setelah aku menyelesaikan membantu Qian. Aku mengangguk meresponnya.

Hingga waktunya tiba, si kembar akan kembali ke rumahnya. Dan terjadilah drama tangisan antara Kayla dengan Quin. Kayla yang tidak mau berpisah dengan Quin begitu juga sebaliknya.

"Sttt, sudah Kayla nanti kita main ke rumah Quin. Tapi mandi dulu." Abang berupaya menenangkan gadis kecil itu.

"No Papa, Kayla mau main sama Quin. Hiks ... hiks, Mama Kayla mau main." Pekikan suara Kayla yang membahana membuat Kak Anik yang berada di dalam berjalan tergopoh-gopoh.

"Sttt, itu Mama datang." Tuturku halus sambil mengusap air mata Kayla yang sudah luruh.

"Mama!" Kayla turun dari gendongan Abang dan menubruk tubuh Kak Anik menumpahkan semuanya ke Mamanya. Dasar anak sekarang batinku.

"Sttt, Kayla boleh main ke rumah Quin tapi harus sama Papa atau Tante Fira. Mama lagi sibuk buat kue untuk acara besok." Kayla nampak mengerti apa yang diucapkan Mamanya menatapku dan Abang dengan binar bahagia.

"Papa sibuk mau bantu Mama," astaga Abang, kenapa kamu memberikan peluang untuk Kayla menatapku dengan binar menatakutkan itu.

"Ya, Tante?" Kayla menggoyangkan tanganku dan menatapku dengan wajahnya yang begitu menggemaskan. Mau menolak, kasihan, tidak ditolak juga, kasihan pada diriku. Dilema.

Hanya anggukan kepala yang bisa aku lakukan. "Yeyeye, Kayla main sama Quin."

"Tapi mandi dulu," ucapku tegas. Dengan mulut mengerucut Kayla akhirnya mau mandi. Kami bersama-sama pergi ke rumah si kembar dengan berjalan kaki. Si kembar dengan Ayahnya di depan dan aku dengan Kayla di belakang.

"Silakan masuk, maaf rumahnya berantakan." Katanya mempersilakan kami masuk.

"Tidak papa, biasa kalau punya anak kecil apalagi dua." Jawabku mendudukkan tubuh di sofa ruang tamu dan mengawasi tiga anak kecil itu yang bermain.

"Ini silakan," Ayah si kembar menyodorkan satu gelas air mineral di atas meja yang aku balas dengan anggukan.

"Jadi merepotkan," aku merasakan kegundahan saat ini. Sebenarnya bukan sekali dua kali bertamu di rumah orang tapi ini rumah seorang duda dengan dua anak ditambah dari foto yang aku lihat nampak pekerjaan ayah si kembar adalah seorang abdi negara.

"Tidak sama sekali, malahan saya senang. Si kembar jadi punya teman jadi mereka tidak bertengkar terus." Aku mengangguk, benar ucapannya tadi saja mereka sudah bertengkar apalagi kalau tidak ada Kayla? Mungkin rumah ini sudah jadi ring tinju dengan suara tangisan yang menggema kemana-mana.

"Sebentar ya, saya persiapkan air hangat untuk kembar mandi." Ujarnya meninggalkanku sendirian, aku menatap dinding ruang tamu yang terdapat beberapa penghargaan dan beberapa foto si kembar. Dari si kembar bayi hingga besar, sungguh lucu sekali mereka.

"Lucu." Ucapku menatap Quin saat ulang tahun pertama. Saat itu Quin didandani ala putri, sedang Qian ala pangeran.

"Iya mereka memang lucu." Imbuhnya saat datang di ruang tamu dengan kondisi sudah berganti pakaian rumahan. Nampak dari penampilannya ia bukan lelaki yang sangat menjunjung sebuah gender. Buktinya ia mau memandikan kedua anaknya alih-alih menyuruh ke pembantunya.

"Ah, maaf. Mau memandikan kembar?" Tuturku memundurkan tubuh agar tidak menghalangi jalannya.

"Iya, sebentar ya saya mandikan mereka satu per satu." Aku mengangguk dan bergabung bersama Kayla. Hingga beberapa saat Qian dan Quin sudah berganti pakaian dengan pakaian tidurnya.

"Sini sama Tante." Ajakku.

"Qian mau." Sedangkan si cantik melesat bergabung dengan Kayla mengabaikan diriku.

Baiklah, aku akan bermain dengan si ganteng, "Qian mau baca apa?" Di ruangan ini ada beberapa buku bacaan anak-anak jadi aku bisa mengajaknya belajar membaca sekalian.

"Ini Tante," aku memulai dengan membacakannya bacaan legenda sangkuriang dengan beberapa kali merubah suara agar telihat dramatis. Kaya saat lomba story telling. Bahkan Qian sampai tertawa mendengarkan suaraku.

Tak terasa buku yang aku baca selesai, dan Qian terlelap tidur di pangkuanku. Sedangkan Kayla dan Quin sama teparnya di bawah, mereka juga sempat ikut mendengarkan ceritaku. Bahkan Quin merengek untuk diulangi kembali. Lucu sekali mereka, ingin rasanya aku mengajaknya pulang salah satu.

Hahahaha

Jika aku pikir, ternyata aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan si kembar, polah tingkahnya yang polos dengan binar mata yang begitu menggemaskan. Sungguh, aku ingin mengajaknya pulang satu orang jika boleh.

"Wah ternyata mereka sudah tidur, sebentar ya saya tidurkan Quin dulu." Dengan tangannya Quin dibopong menuju kamarnya, sedangkanku menunggu giliran Qian. Karena posisi Qian tepat di atas tubuhku, tubuhnya yang berisi membuatku kesusahan.

"Maaf, sebentar saya ambil Qian." Aku mengangguk mengabaikan wajahnya yang mendekat saat mengambil anaknya. Sesaat aku tertegun dengan jangkunnya, yang bergerak ke atas dan ke bawah. Sexy, batinku.

Abaikan, Fira. Aku menggeleng mengabaikan bisikan iblis ini. Mana mungkin aku jatuh hati hanya karena jangkun? Say No!!!

Setelah selesai mewaraskan otak, aku mengangkat tubuh Kayla yang sudah meringkuk di lantai saat Ayah si kembar ke dalam. "Kasihan banget ponakan Tante." Usapku ke keningnya yang agak berkeringat.

Aku akan menunggunya datang dan izin untuk pulang.

Ah, dia sudah datang, "Pak saya pulang dulu ya, Kayla juga sudah tidur."

"Apa tidak saya antar saja, mana Kayla-nya?" Belum juga menjawab tubuh Kayla sudah berpindah ke tangannya. Aku tidak bisa menolaknya meskipun ingin.

Tbc

Shaffira ✔ (KBM & KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang