Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Sudah lewat satu tahun dari bencana yang menimpa keluarga Lee. Akhirnya semua terlihat membaik. Tuan Muda Lee Seung Gi sering berlatih menggunakan tongkat, hingga sekarang ia jarang meminta batuanku untuk ke kamar mandi. Otot lengannya membesar, tangannya juga sedikit kasar, tapi wajahnya mengandung wibawa yang sebelumnya tidak pernah terlihat.Sejak pergi ke restoran mewah itu, aku tidak pernah lagi berjualan berkeliling. Setiap pagi setelah sarapan Tuan Muda akan membawa sekantong makanan kecil dan ramuan Sangi lalu ia pergi ke kota. Awalnya aku masih menemani, namun setelah Tuan Muda cukup ahli menggunakan tongkat, ia menyuruhku untuk diam di rumah, sambil menugaskanku membuat lebih banyak makanan dan ramuan. Bingkisan yang kami pakai menggunakan plastik khusus dengan nama 'Sangi' tercetak di permukaannya. Tentu saja harga memesan bingkisan itu sangat mahal. Saat kutanya mengapa bingkisannya harus diganti dan mengapa Tuan Muda menjual ramuan Sangi, Tuan Muda menjawab dengan sederhana.
" Yang bisa menaklukkan orang kalangan mereka adalah rasa takut akan kematian, dan bagi mereka sesuatu yang indah di mata akan mempunyai harga yang bernilai, meski isinya busuk ".
Setiap hari Tuan Muda akan pergi ke kota, semakin hari maka ia akan pulang semakin larut. Banyak yang berubah dari Tuan Muda. Kulitnya kecoklatan terkena sengat matahari. Lengannya semakin kekar karena menggantikan fungsi kakinya.Aromanya juga tidak lagi seperti parfum mahal, melainkan bau matahari dan kerja keras. Bau yang biasanya kumiliki setelah seharian bekerja, tapi perbedaan yang jelas adalah jika dulu ia selalu pulang dengan keadaan mabuk dan mengoceh tidak jelas, sekarang ia pulang dengan wajah tenang dan raut puas.
Suatu hari Tuan Muda pulang sangat larut. Ia memintaku membuatkan makanan yang hangat. Ketika aku hendak pergi usai menyiapkan makanan ia menahan tanganku.
"Tunggu " ungkapnya.
Aku terdiam sambil melirik ke arah Tuan Muda.
"Makan disini. " ujarnya.
Pertama kalinya dalam hidupku aku makan bersama majikanku sendiri. Kami makan dalam diam. Ia bahkan meletakkan potongan ayam di mangkuknya ke dalam mangkukku. Aku hanya bisa terdiam sambil mengangguk.
Hari terus berganti. Keadaan Tuan Muda juga sudah jauh membaik. Kini ketampanannya sudah kembali, bahkan bekas luka diwajahnya justru menambah ketampanannya. Kakinya juga sudah tidak terlalu mengganggunya. Tuan Muda juga berhasil membawa lebih banyak uang setiap pulan. Kini kami tidak pernah kekurangan makanan, bahkan Tuan Muda berhasil membeli sebuah komputer bekas. Saat aku bertanya mengapa membeli komputer, ia berkata untuk mencari uang. Sejak mempunyai komputer ia lebih sering bekerja di rumah. Aku tidak mengerti bagaimana bisa hasil penjualan ramuan Sangi dan makanan kecil menghasilkan uang yang sangat banyak.
"Jika di jual pada orang yang tepat, bahkan sebuah tusuk gigi bisa seberharga emas. " Aku hanya bisa mengangguk. Aku yang bodoh ini tidak bisa mengerti cara berpikir Tuan Muda.
Suatu hari kami dikejutkan dengan kedatangan Nyonya Lee bersama asistennya. Saat ia melihat putranya terlihat jauh lebih baik, ia langsung menangis tersedu-sedu. Nyonya Lee langsung dibawa oleh Tuan Muda ke dalam kamar. Aku tidak tau diskusi apa yang terjadi pada kedua ibu dan anak itu. Saat aku bertanya pada asisten Nyonya Lee, ia berkata bahwa Nyonya Lee telah ditipu orang saat membeli saham. Selama menjadi Nyonya besar, semua aset hanya dikelola oleh Tuan Lee, sehingga bisa dikatakan Nyonya Lee sangat buta tentang dunia keuangan.
Sejak saat itu Tuan Muda lebih sering keluar rumah, ia juga berhasil membeli rumah di kota. Kami semua pindah dari rumah dua kamar di pinggir desa menjadi rumah bertingkat di tengah kota. Aku pikir setelah Tuan Muda berhasil mendapatkan uang, maka ia akan membayar gajiku, tapi bukannya membayar gajiku, ia malah sering membelikanku makanan, perhiasan, dan ia tidak pernah menyuruhku bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangi (Completed)
Short StoryTidak pernah ada yang membayangkan bahwa Keluarga Lee, keluarga dengan kekayaan yang tidak ada habisnya akan hancur. Tentu saja itu adalah hal terakhir yang dipikirkan oleh Tuan Muda Lee Seung Gi ketika ia sibuk mengejar rok wanita. Itu juga bukan h...