25. PASRAH

42 3 0
                                    

“Meskipun kemarahanku padamu begitu besar, tetapi rasa sayangku mengalahkan semua ketidakberdayaan yang telah kuterima selama ini”

Setelah kondisi papanya pulih, Nadira terpaksa memilih untuk menjalankan perusahaan agar sang papa bisa istirahat. Namun, selama masa pemulihan tersebut ternyata papanya selalu keluar rumah. Nadira merasa heran dengan tingkah laku papanya ini. Apa yang membuatnya begitu gelisah dan apa yang dikerjakan diluar? Mungkinkah karena Randi sudah tiada, makanya semua urusan dikerjakan sendiri? Nadira tidak bisa menemukan jawabannya.

Seperti sore ini setelah pulang kantor, Nadira segera menemui Pak Aryo yang selalu menemani papanya.

“Hari ini tujuan kalian kemana lagi, Pak?” tanya Nadira penasaran.

“Sama aja, Non seperti kemarin. Menanyakan hal yang sama pada petugas bandara atau petugas di pelabuhan,” sahut Pak Aryo.

Wajahnya juga masih bingung dengan kebiasaan baru majikannya ini. Jika pulang dari perjalanan tersebut dan tidak menemukan hasil biasanya langsung tidur untuk melupakan kegagalannya.

“Raka lagi?” tanya Nadira lebih kepada dirinya sendiri.

Tetapi suaranya terdengar oleh Aryo.
“Benar, Non. Suami Nona, Mas Raka,” ucap Aryo.

Nadira hanya bisa meghela napas panjang.

“Terima kasih ya, Pak,” ucap Nadira lalu meninggalkan Pak Aryo.

Perlahan ia mengetuk pintu kamar papanya. Karena tidak ada jawaban dari dalam, Nadira lalu membuka pintu sedikit. Tampak sang papa tertidur pulas dengan pakaian yang masih sama saat pergi tadi.

‘Apa yang terjadi pada papa? Ada apa dengan Mas Raka kali ini?’ Nadira membatin. Mengapa harus Raka lagi, Pa. Apa yang membuat Papa begitu ingin menemuinya?
Entahlah, Nadira sendiri masih bingung dengan segala perubahan sang papa sejak kecelakaan itu terjadi. Apakah papa menyembunyikan sesuatu dariku selama ini? Tapi apa? Nadira tidak bisa menemukan jawabannya.

***

Raka sudah kembali pulih dan dapat meninggalkan rumah sakit. Namun, ia mencari informasi tentang mertuanya. Mengetahui bahwa sang mertua sudah kembali ke Surabaya bersama putrinya, ada rasa sedih menyusup di hati.

Padahal sebenarnya ia ingin menemui putrinya, tetapi semuanya sudah terjadi. Sekarang mereka harus terpisah lagi dan Raka harus kembali ke Jakarta.

Tommy memilih untuk bekerja di Jakarta membantu sang ayah agar Raka tidak semakin leluasa menguasai ayahnya. Hatinya belum bisa menerima dan mengakui keberadaan Raka sebagai saudara kandungnya.

“Lalu siapa yang harus mengelola perusahaan yang ada di Surabaya, Tom?” tanya sang ayah.

Tommy tidak memperhatikan ayahnya, tetapi asyik dengan game online yang sedang dimainkan.

“Tommy, kamu dengar pertanyaan ayah tadi?” tanya ayahnya dengan sedikit meninggikan suara.

“Iya iya,Tommy dengar. Kenapa bukan dia saja yang urus perusahaan itu. Aku tidak ingin dia di samping ayah terus menerus dan setiap waktu,” tukas Tommy dengan malas.

“Tommy. Apa yang kamu bilang? Raka itu adalah saudaramu. Mengapa kamu belum bisa menerimanya dan hidup berdamai dengannya?” Pak Ahmad mulai terpancing emosinya.

Tommy menghempas ponselnya sambil menatap ayahnya dengan rasa tidak suka.

“Ayah mulai pilih kasih. Perhatian ayah sekarang hanya Raka dan Raka saja. Apakah Tommy bukan anak ayah juga? Katakan, Yah,” tukas Tommy dengan nada tinggi.

The License of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang