06. Penobatan

33 12 28
                                    

Maret 949 M
Hari Penobatan       

***

Wang So tercenung ketika Dayang Min bersama beberapa anak didiknya merias wajahnya.

Akhirnya ... ini harinya, ya .... Wang So membatin.

Hari ini Wang So akan dinobatkan secara resmi oleh para menteri lalu selanjutnya akan diangkat dengan tandu kerajaan kemudian diarak ke seluruh kota. Rakyat tentu sangat ingin melihat raja baru mereka, bukan?

Memandang jubah kebesarannya yang berwarna hitam dengan corak naga di kedua pundak dan bagian depan jubahnyanya, pikiran Wang So melayang.

Kematian Wang Mu dan Wang Eun, pengkhianatan Wang Wook dan Wang Soo, perubahan sikap Baek Ah, kesemua ingatan itu membuat Wang So sesak.

Padahal dulu semuanya baik-baik saja. Walau Wang So diasingkan, ia merasa bahagia karena saudaranya akur.

Hanya karena tahta ... hanya karena tahta sialan ini dan ... gadis itu.

Gadis yang 6 tahun lalu membuat segalanya berubah. Gadis yang begitu misterius kedatangan dan kepergiannya. Dan untuk mencegah segalanya menjadi semakin buruk, Wang So rela menjadi satu-satunya orang jahat.

Hanya Wang Jung yang tidak berubah. Atau mungkin hanya menahan diri. Entahlah,Wang So sama sekali tidak memaksa orang-orang tetap di sampingnya. Kalaupun Wang Jung juga ingin pergi, silahkan saja.

"Pyeha, semuanya sudah siap."

Lamunan Wang So buyar ketika kepala kasim Kim datang. Dengan menghapus jejak-jejak air mata yang entah sejak kapan turun itu, Wang So mengubah ekspresinya kembali menjadi datar.

"Baiklah," jawab Wang So sambil berjalan ke arah kasim Kim.

"Mari hamba antar, Pyeha." Kasim Kim menundukkan kepala sembilan puluh derajat sambil menunggu Wang So berlalu. Pria paruh baya itu kemudian menegakkan kembali badannya sejenak untuk menutup pintu lalu kembali menunduk untuk mengikuti Wang So.

Tepat setelah kasim Kim bergabung dengan Wang So, 1 kelompok pelayan pria dan 2 kelompok pelayan wanita mengekor keduanya.

Di baris pertama, beberapa pelayan pria yang berbaju serupa dengan Kasim Kim mengekor, diikuti kelompok pelayan wanita berbaju ungu dengan rambut disanggul, dan di belakangnyaㅡ sekaligus kelompok terakhir, sekelompok pelayan wanita berbaju kuning dengan rok kusam dan rambut dikepang, kasta terendah di istana.

Kesemuanya berjalan menunduk, dengan tangan yang disatukan di depan dada sebagai bentuk hormat karena berjalan bersama sang calon raja mereka.

Kelompok besar itu berjalan menyusuri taman-taman yang mengelilingi seluruh istana, setelah menaiki beberapa undakan kecil yang menghubungkan taman kerajaan dan aula pengadilann—yang beralih fungsi sebagai aula penobatan, rombongan itu akhirnya berhenti.

Kasim Kim—yang sebelumnya berjalan beberapa langkah di belakang Wang So, mengambil posisi di sebelah kanan sang calon raja lalu mulai berteriak gagah.

"Pyeha telah tiba!"

Pintu terbuka. Wang So disambut dengan ucapan selamat datang dari para menteri dan sarjana muda yang telah lebih dulu berada di dalam ruangan.

Di depan sana, tepatnya di samping kanan singgasana, calon permaisuri Daemok teersenyum malu-malu. Baju kebesarannya nampak serasi dengan baju kebesaran sang kakak tiri sekaligus suaminya. Calon ibu suri Shimyeongsunseong hanya menampakkan wajah angkuh dengan dagu terangkat yang membuatnya semakin berkharisma.

Kasim Kim kemudian mengambil tempat di samping pintu bersama pengawal yang tadi bertugas membukakan pintu untuk Wang So. Rombongan pelayan dibiarkan berbaris di luar bersama barisan pelayan lain yang terlebih dahulu menunggu di halaman aula, tetap dalam posisi menunduk menunggu jalannya acara penobatan.

Saranghabnida, Pyeha! : THE GORYEO'S DORAEMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang