Rumah megah itu bergaya modern classic. Sesudah melewati pintu gerbangnya, taman yang indah menyambut indera pengelihatan. Hanah berjalan mengikuti Sam menuju pintu utama rumah yang terbuat dari kayu jati yang tebal. "Apa kamu tinggal bareng kakekmu juga?" tanya Hanah ketika mereka sudah berada di bagian foyer rumah Sam.
"Nggak, kakek tinggal di luar Jakarta. Beliau lebih suka tempat yang sepi sambil menghabiskan masa tuanya," jawab laki-laki itu. "Sesudah menikah nanti, kita akan tinggal di rumah ini. Pada saatnya, aku akan mengenalkanmu pada asisten rumah tangga yang bekerja di sini."
Hanah menganggukkan kepalanya. Dia tidak mau kelihatan udik. Tapi, rumah itu benar-benar membuatnya terpesona. Interiornya begitu mewah. Seluruh sudutnya terlihat instagramable. Di dalam rumah pun disediakan sandal khusus bahkan untuk tamu seperti dirinya.
Sam mengamati wajah gadis itu. Dia merasa ekspresi wajah Hanah terlihat begitu menggemaskan. Diam-diam, dia jadi ingin menjahilinya. "Jangan dipandangi terus rumahnya, nanti aku mubazir berdiri di sini, sayang," ucapnya terkekeh pelan sambil mencubit pipi kanan Hanah.
"Sam!" Hanah menepis tangan Sam lalu memukul lengan laki-laki itu dengan kesal. Kedua pipinya memerah mendengar kata 'sayang' dari bibir laki-laki itu. Tidak tahu apakah laki-laki itu serius saat mengatakannya atau tidak, yang jelas Hanah merasa malu mendengar panggilan intim itu. Apalagi, ditambah dia belum pernah pacaran sebelumnya. Pengetahuannya tentang lawan jenis bisa dikatakan nol besar!
"Aku ingin berbicara denganmu. Yuk, ke ruang tamu," ajak pria itu berubah serius. Dia menuntun Hanah ke ruangan lain.
Kalimat Sam itu seketika memecah lamunan Hanah. Gadis itu pun mengikutinya dari belakang. Di balik sekat dinding, sebuah ruang yang cukup luas terpampang di depan matanya. Di tengah ruangan terdapat karpet dengan set sofa dan meja kecil di atasnya.
*Referensi Living Room Rumah Sam*
Hanah suka cara mereka mendesain rumah itu. Tidak seluruh furniture-nya memakai tema klasik. Tetapi, mereka memadu-padankan furniture bergaya modern juga di dalamnya. Material kayu berwarna agak gelap, lantai marmer putih lalu cat dinding dan langit-langit yang berwarna putih membuat suasana ruangan terlihat mewah. Hanah sering melihat rumah mewah seperti ini hanya dari majalah. Tidak pernah terbayangkan suatu ketika dia akan menjejakkan kaki langsung di dalamnya.
Sesudah gadis itu itu duduk di salah satu sofa ruang tamu, Sam melangkah ke arah pantry. "Kamu mau minum apa?" tanya pria itu.
"Ada minuman apa?" tanya Hanah. Dia beranjak dari tempat duduknya lalu mendekati Sam. Penasaran dengan isi persediaan pantry di sudut ruang tamu itu.
"Ada teh, orange juice..." Sam menyebutkan beberapa jenis minuman yang ada di rak maupun di dalam kulkas.
Setelah itu, dua gelas orange juice dan cookies terhidang di atas meja pendek di depan sofa. Sam dan Hanah telah duduk di sofa, saling bersebelahan. Pria itu terlihat berpikir sejenak sebelum membuka topik pembicaraan. "Aku merasa penasaran dengan satu hal. Mengapa kakak tirimu terlihat tidak ramah, seolah aku telah berhutang sesuatu padanya?" Sam tidak bermaksud mengkritik Pram terang-terangan di hadapan Hanah. Namun, rasa kesalnya kembali muncul ketika mengingat bagaimana sikap saudara tiri gadis itu hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...