Oke sebelum membaca author bakalan kasih tau dulu tentang part ini, yeu~
Part ini adalah part yang sengaja author selipkan buat selingan sebelum puncak masalah dan penyelesaian...
Jadi mari kita bersantai dan rileks dulu sebelum kemunculan part selanjutnya..
Warning! Part berisi flashback!✨
Happy Reading Minna!!
yosshhaa!!✨°•°•°•°•°•°
Beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada saat Lulu masih duduk di bangku SMP kala itu ia pernah mengalami masalah kelam, dimana saat sang bunda tercinta pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya, sosok itu akan pergi selamanya di waktu yang sangat singkat. Sudah tak akan ada lagi sosok yang menyambutnya dengan senyum manis saat selepas sekolah, tak akan ada lagi yang menghiburnya saat sedih, dan tak akan ada lagi yang selalu memarahinya dengan penuh perhatian di waktu yang akan datang kelak.
"Semua ini salah mu..."
Lulu diam dan tidak menyahut, tangan mungilnya sedikit bergetar dan meremas kuat drees hitam panjang yang sedang ia kenakan saat ini. Matanya menatap lurus pada gundukan tanah yang masih baru itu dengan tatapan berkaca. Itu makam sang Ibunda.
"Jika saja kau tak memintanya bermain-main hal konyol seperti ini, dia akan tetap hidup dan tidak akan mati mengenaskan seperti itu!"
Dorongan kuat dirasakan Lulu tepat di bahunya. Sosok pria kecil namun berumur lebih tua dari Lulu menatap marah. Ia terus bergerak dan mendorong gadis kecil yang hanya diam tak berkata sampai akhirnya tersungkur di atas tanah dengan kepala tertunduk.
"Dari dulu memang aku tak pernah sudi memiliki adik seperti dirimu! Yang kau lakukan hanya bermanja-manja! Minta ini itu dasar anak sial!" Kaki pria kecil itu melayang menendang tubuh sang adik yang hanya terdiam di tanah.
"Deni!"
Tubuh pria kecil itu tertarik kebelakang saat seorang pria setengah baya menarik bahunya agar menjauh dari Lulu yang mulai menangis tergugu diatas tanah.
"Apa yang kau lakukan?! Kenapa kalian bertengkar disini?!" Pria yang tak lain adalah ayah dari Lulu dan Deni itu menatap bergantian pada putra dan putrinya.
"Lepas!" Deni menyentak tangan sang ayah, matanya menatap tajam. "Ini juga salahmu gara-gara dirimu tidak mendidik benar anak sial itu, ibu ku mati secara tragis seperti ini!"
Deni berteriak dan menangis kala itu. Ia meluapkan semua emosinya, menyalahkan semuanya atas kematian sang Ibunda.
"Bukan!"
Semua orang disana menoleh serempak pada Lulu yang berdiri dengan derai air mata di pipinya. "Mama mati bukan karena diriku! Mama mati karena wanita itu! Wanita itu mendorongnya dari balkon dengan kejam!"
Lulu menunjuk seorang wanita lain yang berdiri menatapnya bersama seorang anak perempuan kecil lain yang juga menatapnya dengan tatapan marah.
"Apa maksudmu Lulu! Ibu ku tidak mungkin mendorong bibi Melia dengan kejam seperti apa yang kamu bicarakan itu! Ibu ku orang baik!"
Lulu kecil menggertakkan giginya saat mendengar perkataan Aria. "Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, dia mendorongnya dia! Dia membunuh ibu ku, dia—bukan aku yang salah!!! Dia iblis dia membunuh ibu, dia—"
Plak!
Tubuh kecil Lulu terjatuh kembali saat sang ayah menampar kuat pipinya.
"Anak bodoh!" Ujar Anton dengan nada menekan lalu pergi diikuti oleh tiga orang lainnya.
"Sudah salah malah melempar kesalahan pada orang pula, dasar tolol!" Umpat Deni sebelum pergi dengan menyempatkan untuk kembali melayangkan kakinya untuk menendang tubuh sang adik.
Lulu terdiam cukup lama, apa ini? Kenapa jadi dirinya yang disalahkan? Bukankah sudah jelas bukan dirinya yang salah?
Lulu melihatnya, ia melihat semuanya.
Perdebatan wanita itu dengan ibunya di atas balkon. Tawa jahat wanita itu serta jeritan pilu dari ibunya yang terjatuh dari lantai dua masih terekam jelas di kepalanya.
"Kalian akan menyesal!"
Sejak saat itu keluarga Lulu menjadi kacau. Lulu, gadis itu hidup dengan usahanya sendiri. Ya meski dia masih menumpang tempat tinggal di rumah yang sudah bagaikan neraka itu, Lulu tak pernah sedikitpun meminta atau mengemis uang untuk hidupnya.
Lulu menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan belajar agar terus bisa bersekolah dengan mengandalkan beasiswa. Tapi semua itu membuat sosok lain merasa iri dan semakin benci kepadanya.
Aria, adik tiri Lulu yang selalu memendam kebencian kepadanya. Aria selalu gencar melayangkan tuduhan-tuduhan yang tak benar hingga mengakibatkan Lulu menjadi sasaran kekerasan ayahnya sendiri yang emosi.
Aria juga yang membuat para teman-teman Lulu perlahan menjauhinya, Aria dia adalah duri yang sangat berambisi untuk benar-benar menyingkirkannya.
"Gue bakal nikahin lo, dengan begitu lo akan bebas dari neraka itu."
Kala itu Viko adalah satu-satunya sahabat yang ia punya setelah yang lain menjauhinya karena tuduhan tak benar Aria.
Viko mengatakan bahwa ia akan menikahinya, dan bertanggung jawab atas dirinya. Tapi, Lulu tidak mengambil kesempatan itu. Ada perasaan lain yang mendorongnya untuk tidak menerima tawaran yang Viko berikan.
"Gue bakal nikah secepatnya agar gue bisa keluar dari neraka itu secepatnya, tapi..." Lulu menatap Viko yang juga menatapnya penuh harap. "Gue nggak bakal nikah sama lo."
"..."
"Lagian ini baru awal SMA dan gue bakal cari seseorang yang pas yang bisa jadi penyelamat gue," kata Lulu kemudian.
"Maaf."
"Lo nggak perlu minta maaf, semua ini masalah punya gue, jadi gue yang bakal selesaiin semuanya."
Viko menatap sendu pada Lulu yang berada dihadapannya, kemudian pemuda itu meraih tangan Lulu dan menggenggamnya erat, seolah-olah ia sedang menyalurkan kekuatan seorang teman kepada sahabatnya itu.
"Hm, terimakasih..."
°•°•°•°•°•°
Oke kita sudahi flashback disini mhuehehe, apakah kalian sudah menangkap sesuatu disini? Awokawok
Siapkan hati kalian untuk part depan yeu😚✨
Btw vote sama komennya author tunggu~
Sampai jumpa di part depan gaess😉👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Or Bad Couple? [END]
Fiksi Remaja"nikahi gue!" "Apa?! Lo gila?!" "Gue waras! nikahi gue!" "Shit, gimana bisa?! Gue masih SMA!" "Gue ngga nanya status Lo! Gue cuma minta satu!, N-I-K-A-H-I G-U-E!" "GILA!" * Zio dan Lulu adalah sepasang insan remaja yang dipertemukan dalam sebuah tra...