“Gue sayang lo, Je. Dan lo tau itu.”
Jessie tersenyum mendengarnya. “Hm. Gue tau,” tapi cuma sebatas temen, kan?
“Theo! Buruan!”
Jessie seketika mengernyit mendengar suara lain menyahut dari seberang sana, suara perempuan. Dan Jessie hapal betul dengan suara itu. Dia kembali mengulas senyum, berusaha menegarkan dirinya sendiri bahwa hubungannya dengan Theo tak akan pernah bisa berjalan dengan indah seperti bayangan dan mimpi-mimpinya selama ini.
“Je, gue tutup du—
“Theo, aku udah laper.”
“Iya, sebentar, sayang.”
“Gue tutup, ya, Je. Jangan begadang, gak baik. Nanti mata panda lo makin gede. Have a nice dream, Jeje.”
Jessie berusaha menahan isak tangisnya yang sebentar lagi akan keluar. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan.
“Hm. Jaga baik-baik sahabat gue, The.”
Telpon terputus setelah Theo mematikannya. Membuat air mata Jessie yang sedari tadi ditahannya kini tumpah membasahi pipi tanpa diminta. Jessie membenamkan wajah diantara kedua kaki yang ditekuknya. Dia kembali menangis malam ini, dengan penyebab yang sama. Duduk disamping tempat tidur dengan keadaan lampu kamarnya mati, hanya ditemani cahaya bulan yang menembus dari balik jendela yang Jessie biarkan terbuka. Lagi-lagi, Jessie membiarkan hawa dingin malam menusuk kulit putihnya.
Theo tak akan pernah tau bahwa Jessie lebih menyayangi lelaki itu dibanding dia menyayangi dirinya sendiri.
Theo tak akan pernah tau bahwa Jessie sudah jatuh hati dan menaruh perhatian pada lelaki itu sejak pertemuan pertama mereka di bangku SMP, hingga sekarang mereka sudah duduk di bangku kuliah semester lima. Dan perasaan Jessie belum juga berubah, justru perasaan itu makin tumbuh setiap kali dia melihat sosok Theo. Lelaki itu tak akan pernah tau bahwa Jessie melihatnya sebagai sosok lelaki, bukan lagi sahabatnya.
Tapi nyatanya takdir berkata lain.
Sampai kapanpun Jessie tau hanya dirinya yang memiliki perasaan ini. Sedangkan Theo hanya menganggapnya sebagai sosok sahabat yang perhatian. Tak lebih, karena semenjak kedatangan cowok itu ke kelasnya, Theo hanya menaruh perhatian pada sahabat Jessie, Jean.
Hingga akhirnya saat baru saja mereka memasuki masa kuliah, Theo menelponnya dan mengatakan, “Makasih, Je. Berkat lo gue sama Jean udah pacaran hari ini.”
Jessie masih ingat malam itu. Walaupun tak melihat langsung, dia tau bahwa Theo mengatakannya dengan wajah bahagia.
Rasanya sangat sakit bagi Jessie membantu seseorang yang disukainya mendekati perempuan lain, terlebih lagi perempuan itu adalah sahabat Jessie sendiri.