Sakit

18 4 0
                                    


Pertama kalinya memasuki usia dewasa, aku duduk termenung ... memberikan akses udara pagi yang begitu dingin menerpa pori-pori wajahku. Sekilas aku teringat pada karya Tere Liye yang menjadi salah satu buku favoritku.

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.

Mengeja dengan perasaan yang mulai kalut, aku tersadar jika takdir yang aku dapat tak seharusnya kubenci.

Menurutmu, hubungan jarak jauh itu bagaimana? Apa terasa menyenangkan? Apa akhirnya akan selalu baik? Apa pasanganmu tidak pernah berbohong?

Jujur, terlalu banyak yang aku cemaskan tentang hal ini. Mengingat tidak setiap hari bisa berkabar, dan yang paling sulit tidak bisa bertemu.

Ini keenam kalinya aku mengecek ponsel sejak kemarin siang, demi melihat apa ada sebuah kabar yang kunanti. Hubungan yang sudah ku pupuk selama lima bulan ini terasa dibibir jurang.

Dia jarang berkabar jika aku tidak mengirim pesan, ketikannya berbeda dari awal hubungan kita terbentuk. Aku bukan lah gadis bodoh yang tak tahu waktu, tetapi ... apa sulitnya memberi kabar?

Tak lama kemudian, dia membalas pesanku.

Sayang, ayo akhiri semua ini. Kita terbatas, bukan rumah yang jauh, hubungan LDR paling jauh adalah ketika sudah beda perasaan. Aku berada di posisi itu.

Kalau kamu tahu, aku tidak membenci jarak, yang aku benci adalah kabarmu yang tak kunjung hadir, sekalipun hadir hanya menorehkan luka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LDR || DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang