5%

2.2K 126 9
                                    

Selamat membaca💚.

Aca berjalan sangat lambat menuju gerbang sekolah. Aca sudah membayangkan apa yang terjadi saat ia berada dirumah nanti.

Apalagi sang papa sudah pulang dari kerjanya. Membuat Aca semakin tertekan dengan segala perintah Juna.

Aca tidak juga bisa meminta bantuan Amira mamanya. Karna saat Aca dimarahin oleh abang dan papanya pasti Amira sudah disuruh masuk kamar oleh Juna.

Selalu seperti ini Amira tidak dapat membantu banyak disaat Aca disudutkan abang dan papanya.

Karna berjalan terlalu lambat dan melamun tanpa sadar orang suruhan Cakra sudah berdiri disamping Aca.

"Mari nona saya antar kemobil." ucap Orang itu sopan.

"Nggak usah aku bisa sendiri." tolak Aca.

"Tapi ini perintah tuan Cakra nona. Anda harus segera pulang."

"Hmm yaudah."

"Mari dipercepat jalannya nona."

"Lo bawel banget sih. Ya sabar dong gue ini juga lagi jalan."

"Maaf nona."

"Hmm.."

Dengan terpaksa Aca memercepat langkahnya daripada mendengar suara orang suruhan Cakra ini lagi.

Dan sesampainya di gerbang depan, Aca segera masuk kedalam mobil.

Aca berdiam didalam mobil sambil melihat keluar kaca. Membayangkan betapa murkanya Juna nanti melihat kelakuan Aca hari ini.

Juna sangat melarang keras Aca untuk berdekatan dengn lawan jenis apapun alasannya Juna tidak akan mau mendengarkan.

Ya begitu lah sifat Juna Alexander sangat egois dan keras kepla. Tidak pernah mau mendengat alasan orang lain dulu. Kalau orang itu melanggar aturannya Juna akan bersikap tegas.

.
.
.

Sesampainya dirumah Aca berjalan pelan memasuki rumah. Jantungnya sedari tadi berdetak dengan cepat. Tangan yang sudah berkeringan dingin. Sungguh untuk melangkah saja Aca gemetaran.

Membuka perlahan pintu utama masion. Sampai diruang tengah Aca melihat Juna menghampirinya. Aca langsung menundukan kepalanya. Tatapan tajam dari Juna sudah mengarah kepada Aca.

Aca yang tau Juna akan menghampirinya semakin menundukan kepalanya.

Tepat didepan Aca, Juna mendongkak kan kepalanya anaknya dengan jari telunjuknya. Walapun itu tindakan kecil mampu membuat Aca kalang kabut dibuatnya. Takut takut papanya mencekram rahang Aca.

Karna telunjuk Juna masih berada didagu Aca, otomatis Aca harus menatap wajah garang sang papa.

Juna menatap tajam Aca, baru pulang dari kerjaan sudah disuguhkan masalah putrinya.

Karan Aca tidak sanggup menatap langsung mata Juna akhirnya Aca mengalihkan pandangannya untuk melihat telinga Juna. Tidak mau menatap langsung mata sang papa.

"Tatap mata papa, Aca!" titah tegas Juna.

Dan dengan terpaksa Aca menatap mata Juna. Tangan Aca sudah menggenggam seragam sekolahnya dengan keras. Menyalurkan perasaan takutnya saat ini.

"Papa baru pulang kerja, kamu sambut dengan sifat ngebangkang kamu ya!" tegas Juna.

"Maaf papa."

"Masuk kamar! Dan nanti keluar saat papa udah suruh kamu keluar, paham?!"

"Iyaa paham pa."

"Eh ini ada apa?" tanya Amira yang baru saja menghampiri Juna dan Aca.

"Anak kamu buat ulah." ucap Juna dingin.

Salsabila🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang