Kesal dikatai habis-habisan oleh Athala terlebih saat cowok itu meremehkan kemampuannya membuat Aoi merasa kepanasan dan siap membuktikan pada Athala bahwa ia jauh lebih baik dari cowok songong tersebut.
Hari ini cowok yang berstatus sebagai ketua itu menyuruh ia dan Kendra untuk berkumpul di rumah Kendra. Katanya hendak membahas kegiatan untuk dana.
Selesai mandi Aoi menggerakkan tungkainya ke rumah tetangga. Supaya tidak dibilang anak kurang attitude Aoi memencet bel, di halaman ada adiknya Kendra sedang bermain dengan seorang lelaki paruh baya.
"Kak Kendra dicali!" seru anak tersebut.
Figur Kendra terlihat keluar, saling bertegur sapa dengan sang ayah dan mempersilahkan Aoi masuk. Aoi bingung harus bersikap bagaimana saat melewati ayahnya Kendra cewek itu hanya menunduk dan tersenyum tipis.
"Di kamar gue yuk!"
"Apa?!" Aoi bertanya untuk memastikan.
"Maksudnya kita kerja di kamar takutnya adek gue gangguin kita nanti."
Aoi mengangguk, tidak perlu takut kalau cowok itu macam-macam ia bisa berLo riak atau melawannya. Toh juga orang tua cowok itu ada di sana.
"Si anjir belum dateng?" tanya Aoi.
"Tadi katanya sih lagi di jalan. Bentar lagi juga nyampe."
Aoi duduk di salah satu kursi panjang di balkon kamar Kendra yang mana langsung menghadap ke kamarnya.
"Ini kamar lo?"
Kendra mengiyakan, "Kamar kita tetanggaan. Gue sering liat lo beraktivitas di kamar, kebiasaan lo nggak pernah nutup jendela kamar kan?"
Aoi memejamkan mata. Ia sampai lupa kalau sekarang ia punya tetangga kamar. Mana Aoi lupa kegiatan yang pernah ia lakukan, jangan sampai ia sedang macam-macam dan cowok itu melihatnya.
"Gue nggak pernah aneh-aneh biasanya gue ganti baju di toilet."
"Gue sering denger lo main gitar. Bagus."
"Thanks. Gue gak tau kalau kamar lo di sini, setelah gue tau gue pasti bakal nutup jendela kamar. Maaf ganggu."
"Eh nggak gitu maksud gue, gue sih seneng aja apalagi waktu lo main gitar berasa ada hiburan."
"Tapi gue yang risih."
Kendra mengendikkan bahunya, cowok itu menuju lemari berganti dan masuk ke dalam toilet. Aoi menebak cowok itu akan berganti baju.
Aoi kembali menoleh begitu telinganya menangkap suara yang bersumber dari pintu masuk. Wanita paruh baya dengan anak kecil mengikuti dari belakangnya.
Lidya menaruh beberapa cemilan dan minuman tepat di depan Aoi.
"Terima kasih Tan." Aoi berkata tulus.
"Sama-sama. Dimakan ya, rasanya enak kok."
Aoi hanya mengangguk tidak bisa menyanggupi juga karena sebenarnya ia sedang kenyang.
Setelah kepergian Lidya bersamaan dengan keluarnya Kendra dari toilet. Sebelum duduk Kendra mengacak rambut adiknya gemas.
"Ngapain di sini? Sana pergi," usir Kendra.
Adiknya tampak menggeleng.
"Mau liatin."
"Gak bisa, gak bisa, lo suka jail mendingan secepatnya pergi."
Dengan muka imutnya anak itu mendesah kecewa. Tapi itu tak membuat Kendra merasa kasihan, diambilnya satu kue untuk diserahkan pada adiknya, kedua tangannya kemudian mendorong sang adik untuk segera pergi dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Teen FictionSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.