Heyooo Daxter kembali lagi nih hahaha...
Happy reading semuanya.
💛💛💛
Daxter Nugraha
Albion Bagaskara
💛💛💛
Laki-laki tampan itu berjalan pelan memasuki perusahaan sambil memainkkan ponselnya. Orang-orang yang menyapa sama sekali tak dipedulikannya karena sekarang dirinya sedang sibuk dengan ponsel kesayangannya.
"Daxter" panggilan itu membuat si lelaki mendongak dan menghela nafasnya saat menemukan managernya di sana, sedang menunggunya dengan tatapan tajam.
"Apa maksud lo mau batalin kontrak? Lo bahkan nggak bilang sama gue!" sang manager, Albion Bagaskara berteriak nyaring saat keduanya telah memasuki sebuah ruangan yang diperuntuhkan untuk meeting.
"Lo tahu kalau lawan main gue itu Delia dan lo masih ambil itu, Mas?! Maksud lo apa?!" laki-laki itu, Daxter Nugraha ikut berteriak mengungkapkan kekesalannya. "Lo tahu gue masih belum bisa move on dari dia!" lanjutnya sebelum mendudukkan diri di kursinya.
Albion menyugar rambutnya yang sudah disisir rapi, "Lo harus segera debut main film, Dax. Dan gue harus buat lo jadi bintang utamanya di sana. Lo tahu, gue nggak akan sia-siain film sebesar ini" katanya sebelum menepuk bahu Daxter pelan.
"Gue minta maaf kalau memang ini bikin lo nggak nyaman, tapi hanya ini yang bisa gue lakukan selaku manager lo sekaligus sahabat lo. Gue mau yang terbaik buat lo, jadi bersikap profesional dan terima film ini" lanjut Albion sebelum berlalu.
"Mas! Woi! Nggak bisa gitu dong!" Daxter berteriak tak terima, namun Albion sudah lebih dulu menutup pintu sehingga suaranya kini teredam.
Daxter meremas rambutnya kesal. Dia memang membutuhkan film sebesar itu untuk memulai debut actingnya, tapi entah bagaimana ceritanya lawan mainnya nanti adalah Aura Delia Khairuna, mantan pacarnya saat kuliah dulu.
Delia adalah sahabatnya saat sekolah menengah atas dan keduanya pun melanjutkan kuliah di tempat yang sama. Daxter dan Delia pun mengambil jurusan yang sama yaitu administrasi bisnis, namun entah kenapa keduanya malah berakhir menjadi seorang foto model dan bintang iklan.
Tak mau berlama-lama berdiam diri di tempat sepi itu, Daxter memutuskan untuk naik ke atap, tempat favoritenya di perusahaan modeling tempatnya bernaung. "Mau kopi" kata Daxter kepada seorang office boy yang langsung diturutinya.
"Thank you" katanya setelah menerima kopi yang diinginkannya.
Daxter menatap langit yang cerah pagi ini, tak seperti beberapa hari terakhir yang selalu mendung. Diseruputnya kopi hangatnya pelan-pelan, menikmati aromanya yang khas dan selalu mampu menenangkannya. Mungkin itulah yang Revano -Papanya- rasakan saat meminta kopi kepada Arini -Mamanya- saat Daxter sudah membuatnya naik darah.
Laki-laki itu sibuk menikmati pemandangan kota sambil mengeluarkan kalung berbandul cincin berukuran kecil yang selalu menempel di lehernya. Daxter tidak tahu sejak kapan kalung itu ia gunakan, yang Daxter tahu, kalung itu selalu bisa memberikan aura positif kepada dirinya yang sangat mudah tersulut emosi.
Drttt...
Ponselnya bergetar, membuat Daxter segera mengangkatnya saat menemukan nama Albion di sana. "Kenapa, Mas?" tanyanya sambil kembali menyeruput kopi di tangannya.
Brushhh...
Kopi di mulutnya tersembur begitu saja saat mendengar penuturan Albion. "Kok bisa?" tanyanya sebelum meletakkan gelasnya di atas meja dengan kasar. "Gue ke sana sekarang" kata Daxter sebelum mematikan panggilannya sepihak.
Daxter memijat kepalanya yang pening. Main film dengan Delia saja sudah membuat kepalanya pusing lalu bagaimana jika gadis itu akan satu perusahaan dengannya? Bisa-bisa dia jantungan setiap hari karena bertemu dengan gadis itu.
Daxter mengambil gelasnya, dengan segera melangkahkan kaki menuruni tangga menuju ruangan tempat CEO Logan Modeling berada. Dia ingin bertanya secara langsung, apa maksud wanita itu mengajukan kontrak kerja kepada Delia saat kontrak kerja wanita itu dengan perusahaan lamanya sudah habis. Padahal wanita itu tahu jika dirinya sangat tak menyukai menghirup udara yang sama dengan wanita bernama Delia itu.
Brakkk...
Daxter terkesiap saat gelas di tangannya jatuh begitu saja sedangkan kopinya sudah membasahi baju orang yang barusaja ditabraknya. Parahnya lagi baju wanita yang ditabrak Daxter berwarna putih sehingga kopinya ketara sekali di sana, mengotori baju mahal itu.
"Duh sorry-sorry" kata Daxter berusaha membersihkan baju wanita itu dengan sapu tangan yang ada di kantong celananya.
"Tangan kamu!" si wanita menyingkirkan tangan Daxter yang mencoba membersihkan noda kopi di daerah dadanya.
Plakkk...
Pipi kiri Daxter terasa panas saat sebuah tamparan mendarat di pipinya, hadiah dari wanita tak dikenalnya. Dalam hati Daxter mengumpat, kenapa hari ini dia sial sekali sih?! Salah apa dia akhir-akhir ini sampai kesialan tak kunjung berhenti mendatanginya?!
"Kamu tahu apa yang kamu lakukan itu sama sekali nggak sopan?! Bisa-bisanya kamu menyentuh dada seorang wanita dengan seenaknya!" katanya yang membuat Daxter kembali mengumpat. Dia bahkan tak sadar jika yang dibersihkannya adalah daerah terlarang semua wanita.
"Sorry gue nggak maksud. Gue cuma panik aja makannya langsung bersihin gitu tanpa lihat apa yang gue pegang" jelas Daxter apa adanya yang membuat wanita di depannya itu menghela nafas.
"Lain kali hati-hati, anak muda. Jangan bermain handphone saat sedang berjalan" si wanita segera mengenakan jaket kulit yang sebelumnya ada di tangannya, mencoba menutupi noda yang ada di dress putihnya.
"Anak jaman sekarang" gerutunya saat meninggalkan Daxter yang membuat Daxter berdecak kesal.
"Anak muda? Emang berapa umurnya dia? Perasaan dia sama gue seumuran, atau bahkan tuaan gue" gerutunya sambil menatap wanita yang barusaja ditabraknya masuk ke dalam lift.
"Ya gimana ya, emang wajah gue itu imut-imut awet muda gitu jadi banyak yang salah paham. Padahal gue udah dua puluh tiga tapi banyak yang bilang gue masih tujuh belas. Tujuh belas pala bapak kau" Daxter masih menggerutu sambil melangkah menuju lift yang lain.
💛💛💛
What do you think about part 2?
See you soon.
Much love💚
Jiwoo Lee👰🏻♀️
07 Oktober 2021🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scandal✔
RomanceSweet Scandal *** Jovanka Alixie, seorang fashion designer sukses di Perancis harus kembali ke Indonesia karena Mama-nya. Tak habis akal, Jovanka pun membangun bisnisnya di Indonesia dengan menggandeng sahabatnya semasa kuliah di Perancis. Namun hal...