Bab 2: Pertemuan Pertama
Bulan membawa ransel berisi sedikit pakaian, buku bacaan dan ipod yang berisi lagu-lagu kesukaannya, duduk sendiri di sebuah dart yang membawanya menuju County Donegal. Hari masih pagi ketika ia berangkat, Profesor O'Faolain memberitahu kalau seseorang telah diminta menyambut kedatangannya di nursing home. Para penghuni rumah kosnya masih terlelap, suasananya sepi ketika ia bertolak pergi. Mungkin karena ini akhir pekan, dan orang-orang Irlandia suka menghabiskan waktu mereka minum-minum hingga dini hari, merangkak dari pub ke pub, Jum'at malamnya.
Sepi itu juga terus memanjang hingga stasiun, Bulan mendapati hanya ada seseorang yang menunggu dart dengan tujuan sama, sementara gerbong yang dimasukinya kosong melompong. Hal itu tidak berubah hingga dart memasuki Enniskillen. Hanya ada seorang penumpang masuk dan duduk di ujung yang berjauhan, membiarkan Bulan duduk termangu, sama sekali tak terganggu oleh kehadirannya.
Hamparan padang hijau terhampar, bergerak tiada akhir, berikut gerumbul domba-domba putih bercap merah atau biru yang menandai peternaknya. Lama setelahnya, Bulan menapakkan kaki keluar dari kereta itu di tengah-tengah padang yang mirip. Stasiun kecil terbuka itu menjadi satu dengan lembah. Langkah Bulan terhenti, mengamati pemandangan itu. Setelah hampir satu semester ia berkutat dengan buku dan tugas, ini pertama kalinya ia keluar dari ibukota dan apa yang dijumpainya sama sekali tak mengecewakan. Ia menghirup semua itu ke dalam benaknya, merekamnya ke dalam memori.
Dari stasiun kecil itu ia berjalan menyusuri setapak menuju pemberhentian bus, tetapi bus yang ditunggunya tak kunjung datang. Ia bertanya-tanya ke mana orang yang seharusnya menjemput Bulan. Tak tampak sedikitpun orang maupun kendaraan yang lewat. Dari kejauhan, Bulan melihat mobil pick-up dengan bak terbuka yang datang mendekat. Gadis itu tak menimbang terlalu lama, ia tak ingin mengambil resiko. Ketika mobilnya semakin dekat, Bulan mengacungkan tangannya meminta pengendaranya berhenti.
Seorang petani, pikir Bulan, melirik sekilas ke arah karung-karung di belakang yang berisi biji-bijian. Terhadap pria itu, Bulan tersenyum dan menatapnya dalam. Kaca mobilnya yang masih berembun terdengar bergerit ketika tangan petani itu terulur untuk menurunkannya secara manual.
"Bolehkah saya menumpang sampai Letterbarrow?" tanya Bulan, tersenyum, menatapnya penuh arti.
Petani itu melihat Bulan dan tak memiliki pilihan lain. Wajahnya yang semula netral, perlahan berubah melembut. "Naiklah di belakang," katanya, tanpa lebih dulu menyatakan apakah arah mereka sejalan.
Bulan mengangguk, masih tersenyum. "Terimakasih," ujarnya, lalu berjalan memutar dan duduk di bak terbuka mobil petani itu. Kakinya tergantung, sneakers tuanya terantuk-antuk. Bulan mengamati tiang pemberhentian bus yang semakin lama mengcil, tertinggal di belakang.
***
Bulan membuka matanya ketika dirasakan olehnya, mobil itu terhenti. Ia menatap sekeliling, menjumpai lansekap yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Satu setengah jam lamanya ia tertidur, Bulan mengecek jam tangan, pipi dan tangannya masih kebas karena dipakai bersandar pada karung biji-bijian.
"Letterbarrow," ucap petani dari kursi pengemudi.
Bulan bergegas turun.
"Terimakasih," ucapnya, yang dibalas suara klakson dan lambaian tangan lewat jendela. Hanya beberapa menit, mobil itu menghilang di tikungan, meninggalkan Bulan sendiri di persimpangan. Bulan mengecek koneksi internetnya, tapi tak berhasil terhubung. Ia menyadari, kalau kini dirinya ada di tempat yang sama sekali asing.
Untung saja ia membawa peta Letterbarrow dan mengedarkan pandangannya, ia mendapati hutan pohon pinus lebat di kejauhan, yang dipisahkan oleh sungai dangkal dengan batu-batu dan arus beriak cepat. Instingnya membuat Bulan memutuskan mengambil jalan setapak kecil, keluar dari jalur utama, menuju ke arah bukit, karena semestinya desa kecil itu terletak di baliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Serigala
Werewolf[21+] Mereka bergerak seperti kawanan, silih berganti mengikuti Bulan. Entah apa yang menyebabkan mereka tak segera menangkap gadis itu. Bulan tahu kalau larinya tak seberapa cepat, dan kini seolah-olah mereka hanya bermain-main saja. Menghibur dir...