Sepi. Keadaan pantai Sanglen sore ini dan Samudera bersama Lingka masih bertahan duduk berdua di atas pasir. Meksipun angin kian berembus kencang bersamaan dengan deburan ombak yang mengiringi.
Setelah berjam-jam berkeliling JCM, Samudera kembali membawa Lingka ke pantai Sanglen, sebuah pantai yang berada di kabupaten Gunung Kidul. Butuh waktu dua jam untuk bisa sampai ke sana.
Jari kaki Lingka bergerak-gerak menyisir pasir putih. Menikmati setiap butiran pasir yang menggelitik.
"Gimana perasaan lo hari ini?" Pertanyaan Samudera membuat Lingka menoleh.
"Capek, tapi seneng." Bibir Lingka terangkat membentuk sebuah senyuman. Beberapa detik setelahnya, Samudera seakan lupa caranya bernapas.
Tak ada yang bicara lagi. Kedua mata Lingka beralih menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga, sebentar lagi matahari akan hilang dan Lingka suka momen ini.
Sedangkan Samudera lebih sibuk berdebat dengan pikirannya daripada memperhatikan mahakarya Tuhan di depan sana.
"Setelah ini kita pulang?" Lingka menoleh dan bertanya pada Samudera. Lebih baik bertanya dari sekarang daripada nanti cowok itu kembali membawanya pergi lagi. Lingka tak bisa kalau harus meninggalkan ibunya sampai malam.
"Terserah, kita bisa kemana aja. Kalau lo mau pulang setelah ini juga enggak papa, tapi kita harus main-main dulu." Samudera tiba-tiba bangkit, tangan kanannya terulur di depan Lingka.
Gadis itu mengangkat wajah bingung. "Ngapain?" tanya Lingka.
"Ayo." Tangan Samudera bergoyang memberikan isyarat agar Lingka membalasnya. Dituruti Lingka setelahnya.
Samudera menggenggam erat jari-jemari Lingka. Menggiring gadis itu agar mendekat ke bibir pantai. Sontak Lingka berhenti mendadak, ia menggeleng takut.
Lingka suka pantai, tapi ia benci air dipantai. Selain tidak bisa berenang, Lingka pernah hampir terseret ombak dulu saat berkunjung ke pantai Glagah.
Tubuh Samudera berputar agar berhadapan dengan Lingka. "Ada gue enggak usah takut." Seakan mengerti apa yang Lingka rasakan, Samudera berusaha meyakinkan. Lagipula Samudera juga tidak akan membiarkan gadis kesayangannya kenapa-napa.
Tanpa menunggu jawaban Lingka, samudera kembali menarik Lingka agar semakin mendekat dengan deburan ombak. Lingka memberontak, dia juga tak mau basah-basahan. Bajunya cuma satu dan Lingka tak bisa membayangkan bagaimana tidak nyamannya nanti kalau ia pulang dengan keadaan basah, tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Samudera.
Cowok itu semakin bernafsu menyeret Lingka. Bahkan nekat menggendong Lingka. Seberapa keras usaha Lingka menghindar, ia kalah. Seluruh tubuhnya basah detik itu juga begitupun Samudera.
"Samudera!" Lingka berteriak begitu ombak tiba-tiba menerpa tubuh keduanya. Ia reflek memeluk cowok itu erat, tak ingin kalau Samudera tiba-tiba melepaskan pegangannya.
Samudera tertawa di tengah suara debur ombak. Acara main-main nya benar-benar mendatangkan berkah. Bisa modus sana sini.
"Ayo pulang aja, aku enggak bisa berenang. Kalau kita hanyut gimana?" Lingka terus mengoceh dengan wajah yang tenggelam di leher Samudera. Seperti bukan Lingka yang Samudera kenal.
"Kan ada gue, percaya aman." Suara Samudera terdengar di samping. Lingka tau, Samudera tak membawanya sampai ke pinggiran yang dalam, tapi sama saja ombak yang tercipta mampu membuat jantung Lingka deg-degan.
"Coba nikmati." Embusan napas Samudera terasa jelas di telinga Lingka. Gadis itu sedikit mengangkat wajah, kedua matanya langsung bertubrukan dengan netra gelap Samudera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Lingka! [ON HOLD]
Teen Fiction[Follow dulu baru bisa baca] Banyak yang bilang kalau Lingka itu menyeramkan, putih pucat, berambut panjang berantakan dan penghuni taman belakang yang terbengkalai. Tak ada yang berani mendekat. Awalnya hidup Lingka damai meksipun tanpa teman, samp...