"Godfrey, kau sudah pulang!"
Godiva melihat suaminya sedang memasuki gerbang kastil kecil mereka di atas kudanya, melihat ke arah Godiva yang berdiri di balkon lantai dua. Pria itu sekarang berambut panjang dengan cambang di wajahnya yang lebat, kentara sekali ia mungkin sama sekali tidak terpikir untuk bercukur selama masa tugasnya. Pria itu nampak lebih tua dan muram dibanding terakhir ia melihatnya, namun Godiva tahu itu bisa saja karena Godfrey melakukan perjalanan jauh yang perlahan memakan usianya.
Godiva turun dari lantai dua menuju gerbang untuk menyambut suaminya. Setibanya di sana, ia melihat tidak ada siapa-siapa di gerbang, hanya ada pengurus kastil.
"Di mana Tuan Godfrey, Argus?"
"Tuan Godfrey di istal, memasukkan kudanya dulu. Lebih baik nyonya menunggu di dalam, dia sedikit lelah dan ingin beristirahat."
Ketika Godiva memasuki kastil lagi, ia melihat suaminya itu sudah berada di dalam, menyambutnya dengan sukacita.
"Godiva sayangku, akhirnya aku melihatmu lagi. Kau sudah menunggu saat-saat ini bukan? Kau terus bicara tentang bayi di rumah kita."
"Aku sangat merindukanmu, Godfrey."
Semua berlangsung begitu cepat, hingga Godiva sudah mendapati dirinya berada di tempat tidur, dengan kedua tangannya diikat di palang ranjang besar itu. Kedua kakinya terentang lebar, dan Godfrey ada di sana, telanjang sambil mencengkeram kedua kaki Godiva dan menyatukan tubuh mereka hingga gadis itu menjerit-jerit penuh kenikmatan. Godfrey nampak sangat berantakan, buas dan bernafsu hingga ia bercinta dengan Godiva dengan tenaga seekor kuda jantan yang tengah berhasrat untuk berketurunan.
"Ah... Jangan terlalu keras, Godfrey..."
Kau tak biasanya seperti ini, Godfrey... Ada apa?
"Kau akan segera hamil dengan cara seperti ini, sayang. Dengan ini akan semakin banyak benihku yang masuk ke dalam rahimmu, dan kau akan segera hamil. Kau akan segera melahirkan bayi kita! Kau akan segera menjadi ibu dari anak-anak sah kita!"
"Kuharap kau benar. Aku sudah tidak sabar!"
"Nyonya Godiva!"
Godiva mendengar suara itu memanggilnya saat ia mendengar dirinya sendiri menjerit karena kepuasan dalam mimpinya, dan ia membuka matanya.
"Ternyata hanya mimpi. Godfrey belum pulang."
Ia mendorong selimutnya dan duduk, melihat dirinya masih telanjang bulat di ranjangnya sendirian. Ia tidak benar-benar bercinta dengan siapapun, tapi kemaluannya terasa basah kuyup.
Semuanya berawal dari malam tadi, ia begitu merindukan momen bercinta dengan Godfrey yang sangat memuaskan hingga ia pun berakhir dengan memuaskan dirinya sendiri. Ia agak malu mengingat bagaimana Sybilla menyanjung sekaligus mencaci bagaimana tubuh Godiva mudah terangsang dan terpuaskan saat bercinta, seolah tubuh gadis itu diciptakan hanya untuk berhubungan seks. Sejak haid pertamanya, tubuhnya sudah didoktrin untuk selalu haus akan bercinta. Benar-benar pelacur sejati yang diajari untuk tidak pernah merasa puas dengan hanya satu kali saja.
Dan sialnya, gara-gara ini juga dia khawatir akan kehilangan kendali, walaupun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk setia pada Godfrey. Pernikahan ini suci, ia hanya memastikan dirinya hanya boleh disentuh Godfrey.
Semoga Godfrey juga begitu. Semoga dia menjaga dirinya untukku selama tugasnya di Tanah Suci. Semoga hanya aku perempuan yang bersemayam di hatinya.
Ini sudah hampir lima bulan. Untuk perjalanan sejauh itu mungkin kedengarannya singkat, tapi bagiku sudah bertahun-tahun lamanya.
"Nyonya Godiva! Anda sudah bangun?! Kami sudah menyiapkan sarapan untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption of Succubus
Fantasia‼️TW‼️: 21+ ke atas. Tuhan memberikan pertolongannya lewat siapapun, termasuk lewat tangan iblis. Desa Locksley, Britania 1128. Paska Perang Salib Pertama. Godiva, seorang pelacur generasi kedua di rumah bordil tempatnya bernaung mulai mendambakan k...