"Tan... Ahhh... Mmh..." Atan terus menyodok miliknya di milikku. Sambil melumat bibirku, mengendus leher, dan meremas payudara ku.
"Ahh... Ahh... Dikit lagi Naaa... Hhh..." aku menggenggam ujung meja sekolah.
"Ahh... Taaan... "
"Ouuhh..." aku merasakan hangat dan ada yang mengalir.
"Atan, lo keluarin dimana?"
"Haha maaf." Atan mengecup bibirku. Ia langsung memasangkan ku baju.
"Langsung pulang ya?" aku mengangguk. Mengambil celananya yang berada di atas meja dan memberikan kepadanya.
Aku Tariana, teman-teman biasa memanggilku Tari atau terkadang Arin, entah darimana. Dan lelaki di depanku adalah Selatan atau biasa dipanggil Atan. Berbeda denganku yang biasa saja, Atan begitu tampan dan terkenal.
"Heh! Ngelamun apa? Pengen lagi?" Tanyanya membuyarkan lamunanku.
"Itu celana lo robek ya?" tanyaku.
"Iya udah lama."
Aku tertawa, teringat kejadian sebulan yang lalu. Berkat menguping pembicaraannya, aku bertemu dengannya.
_____
Tidak ada yang lebih sial dari bangun terlambat ke sekolah saat awal semester.
"Yah ini kan awal semester pak? Masa gak boleh masuk?" tanya ku sembari bernegosiasi bersama satpam sekarang.
Aku bahkan tidak bisa melewati gerbang sekolah. Sial, baru naik kelas sebelas SMA aku sudah tidak disiplin begini.
"Ya lihat jam dong dek. Ini udah mau jam istirahat."
Aku mendengus sebal. Lalu tiba-tiba teringat cerita seseorang di kantin kepada teman nya, entah siapa.
"Kek gembel aja celana lu robek njir."
"Tadi gua manjat tembok belakang sekolah njing. Nyangkut."
"Kesiangan mulu lu.
"Eh oke juga sih kalau mau lu bawa ke penjahit tuh celana. Jadiin celana pensil aja, ngebuang bagian yang sobeknya."
"Gak ah. Gegara celana ntar malah keluar masuk ruang konseling gua."
Ada gunanya juga menguping pembicaraan. Dan sekarang aku sudah berada di bagian belakang sekolah, menatapi tembok tinggi. Emang tembok sekolah begini ya? Gimana bisa manjatnya coba?
"Lu telat?" seorang lelaki berseragam sama denganku, aku melirik name tag sekolahnya, Selatan. Dia Selatan. Siapa yang tidak tahu anak populer tampan di sekolah?
"Mau naik?" tanyanya lagi.
"Oh? Eh, iya," sahut ku gugup. Gila, emang ganteng banget sih.
"Bukan di sini naikannya. Ikut gue!" ajaknya.
Aku berjalan di belakangnya. Menatap bahunya yang lebar dan rambutnya yang tebal. Gayanya urakan, tapi entah kenapa terlihat begitu keren.
"Gue udah bantu tapi gak gratis. Lu ngerti kan?"
"Oh oke. Pilih aja nanti di kantin." jawabku. Dia tersenyum dengan bibir sebelah seperti mengejek setelah mendengar ucapanku. Apa kurang?
"Nah gue naik duluan ya. Lu lihat pijakannya. Ntar gue bantuin lu dari atas juga."
Selatan benar-benar membantuku. Ku pikir pasti aku sangat menyusahkan dirinya karena memanjat dan turun dari tembok sekolah memang tidak mudah. Memerlukan tenaga ekstra. Pantas saja dia terlihat mengejek. Kalau cuman traktir makanan kantin sih kurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS KHUSUS [18+]
Любовные романыKamu tahu seberapa jeniusnya aku? Kamu tahu berapa penghargaan akademik yang sudah ku dapatkan? Lalu kenapa aku berada di kelas terburuk di sekolah ini??! Ini cerita ku bersama Selatan, siswa bandel dan bodoh di kelas.