Chapter 30. Sunrise

639 108 209
                                    

Lemot kali wifi :(





....

Dua pemuda berdiri berhadapan di bawah payung yang sama. Terdiam ditengah hujan yang membombardir beserta tiupan angin. Salah satunya memandangi pihak lain penuh selidik.

Tampak seperti tanpa ekspresi tapi terdapat celah yang entah bagaimana bisa dia dilihat. Membawa getaran yang berbeda dari istilah dingin yang biasa disematkan, matanya menangkap jejak kelembutan.

'Ini...'

Terasa aneh tapi kelembutan ini hampir menyerupai aura Hyunjin dan Chan yang ditunjukkan secara terang-terangan. Tidak, tidak, kesimpulannya terlalu berani.

Tapi iris kecoklatan itu masih menatapnya lekat. Sorot mata yang membawa dingin lagi tenang namun terdapat gelombang samar, hampir tidak terlihat namun entah bagaimana, lagi-lagi dia bisa melihat dan yakin ada kehangatan disana.

Seungmin rasa jantungnya meluncur dan terjun bebas ke dasar perut, hampir tidak berdetak selama beberapa detik. Apakah mungkin..?

Ketika tangannya digenggam lebih erat dan binar mata yang semula disembunyikan kini muncul ke permukaan, menghujaninya dengan manis madu juga kasih, Seungmin semakin terdiam dan tungkainya mulai terasa lemas. Apakah benar..?

"Cukup kaya gini."

Benar, ...

"Aris..."

...ini bukanlah permintaan dari seorang teman. Bahasa tubuhnya menunjukkan perasaan yang lebih intim, mengingatkannya pada dua orang yang sangat dihapal.

Dengan ini, dia mengerti. Minho memberitahu jika dia menyimpan rasa untuknya.

"Ayo buruan. Gak mau sakit kan kamu?"

Seungmin tidak menjawab, dari ujung kepala sampai kaki hanya kaku yang dirasa.

Dirasa tidak ada pergerakan, pihak lain melangkah mendekat lalu berbisik persis disamping telinganya.

"Widya."

Seungmin merinding. Bisikannya sangat halus sampai membuatnya bergidik geli.

"Wid."

Kali ini sedikit lebih keras.

"Widya..."

Tapi kenapa terdengar berbeda---

"WIDYA!"

"!"

Mata Seungmin seketika terbuka dan wajah yang pertama kali dia lihat adalah teman sebangkunya.

"...Hah?" Responnya setengah sadar.

Jisung menatap dengan serius, sedang memeriksa apakah nyawa Seungmin sudah berkumpul atau masih berkeliaran, "Les akuntasi bareng Farrel jadi ga?"

Bangun, Seungmin merasa leher dan bahunya sakit. Sepertinya karena dia tidur dalam posisi yang salah. Tunggu--

"Widya tidur?"

"Heem." Alis Jisung tertekuk sedikit membuat ekspresi bingung, "Gak inget?"

Gelengan kepala Seungmin berikan.

"Awalnya lagi ngelamun, ditinggal sebentar buat buang sampah eh udah tidur."

"Oh." Balasnya pendek. Cukup masuk akal karena sebenarnya dia mengantuk, semalam tidak bisa tidur karena terus terpikirkan tentang Minho. Dan barusan, bisa-bisanya, kejadian sore kemarin malah terbawa mimpi.

Mengacak-acak rambut, Seungmin berdiri dan berjalan keluar kelas, "Ke toilet dulu bentar."

"Cepetan, keburu Farrel dateng." Ingat Jisung yang dibalas dengan acungan jempol.

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang