Chapter 9 : Berharap Kembali

2.5K 319 25
                                    

Di sebuah gedung yang terbengkalai Mikey hanya menatap datar Sanzu yang dengan semangatnya menembak tiga orang yang ikut dalam transaksi penjualan obat-obatan terlarang. Berawal dari tangan, lalu kaki dan berakhir di kepala. Sanzu melakukannya dengan senyuman lebar yang terpasang di wajahnya. Rindou yang berada tak jauh dari Sanzu juga hanya menatap bosan temannya tersebut seraya berjongkok dengan tangan menopang dagu.

"Sanzu kalau sudah selesai cepatlah. Aku akan keluar duluan." ucap Mikey sebelum beranjak dari tempatnya menuju pintu keluar tempat itu. Disini banyak debu dan pintu besinya juga berkarat sehingga saat Mikey melewatinya membuat ia sedikit bernostalgia.

'Ck merepotkan! Kau saja yang makan sana!'

'Bagaimana aku bisa makan jika kondisimu memprihatinkan seperti itu? Aku tidak mau dituduh sebagai pembunuh jika kau mati kelaparan disini.'

'Haa?? Bukannya kau yang tadi ingin memakannya?'

'Ck baiklah, kau duluan saja karena aku lebih kuat menahan lapar ketimbang dirimu.'

*Ini yang di chapter 1 ya, mereka kan pernah dikunci di gudang sama Hinata & Takemichi.

Mikey tersenyum kecil mengingat masa lalunya. Kala itu ia berselisih dengan Draken dan walaupun berselisih Draken tetap peduli padanya. Mikey jadi ingin tau bagaimana kabar orang itu sekarang. Walaupun diam-diam Mikey sering mencari informasi tentang Draken tapi tetap saja ia benar-benar ingin tau keadaan Draken secara langsung, bukan dari orang suruhannya.

"Mik--Oi Rin! Apa yang kau lakukan?!" Sanzu yang hendak memanggil Mikey harus mengurungkan niatnya ketika Rindou menarik tangannya.

"Jangan usik dia dulu bodoh! Kau tau kan suasana hatinya sedang tidak baik?!" Rindou memberi peringatan, membuat Sanzu memutar bola matanya bosan.

"Ya. Ya. Aku akan jadi anak baik hari ini." Sanzu kembali tersenyum lebar. Pemuda itu baru saja bersenang-senang dengan pistolnya tentu saja moodnya sedang sangat baik hari ini.

Rindou walaupun juga sering membunuh tapi ia tidak maniak seperti Sanzu.  Ia masih bisa mengontrol dirinya, dan ia akan langsung mengakhiri hidup seseorang tanpa harus menyiksanya karena itu hanya akan membuang waktu.

"Rin.." panggil Sanzu membuat pemuda itu menoleh.

"Apa?" sahut Rindou yang kini menatap Sanzu yang fokus menatap kedepan dimana Mikey berjalan lebih dulu dari mereka.

"Kau lihat tubuh indah itu dari belakang? Dari belakang saja sudah seindah itu apalagi jika dari depan. Ingin sekali aku menandainya."

Rindou kesal. Selalu saja Mikey yang ada di otak Sanzu. Ingin rasanya ia mencuci otak Sanzu dan menanamkan hanya Haitani Rindou yang bisa ia puja dan miliki.

"Rin kau mendengarku kan?" tanya Sanzu yang tidak mendapat respon dari pemuda disebelahnya.

"Iya! Sangat terdengar jelas! Jalanmu lama sekali, aku akan menyusul Mikey!" Rindou yang kesal meninggalkan Sanzu dan berjalan cepat menyusul Mikey. Pemuda itu tampak berbicara dengan Mikey dan Mikey menggerakkan tangannya membuat isyarat menelfon. Setelah itu Rindou tampak mengeluarkan smartphonenya untuk menghubungi seseorang. Itu pasti untuk menelfon orang agar membersihkan mayat yang berada di bangunan terbengkalai tersebut.

"Mikey.."

Mikey tersentak mendengar suara familiar itu. Ia menoleh dan mendapati pemuda yang model rambutnya tetap tidak berubah dari mereka remaja sampai kini beranjak dewasa.  Pemuda yang baru saja ia pikirkan dan pemuda sama yang selalu ia rindukan.

"Kenchin." sahut Mikey dengan suara yang amat pelan.

"Draken ya? Lama tidak bertemu."

Draken menoleh keasal suara dan menekuk alisnya. Ia tentu tau pemuda berambut rosy pink yang kini berdiri disebelah Mikey. Ia telah mendapat banyak informasi tentang Mikey dan komplotannya karena itu ia tau orang itu adalah Sanzu. Dulu pemuda itu memiliki rambut pirang panjang dan selalu memakai masker di wajahnya jadi wajar jika tanpa informasi yang ia dapat mungkin Draken tidak akan mengenali Sanzu.

Best friend or Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang